Dakwah Secara Terbuka (10)

Tiga tahun lamanya Rosulullah Saw. berdakwah secara rahasia, pengikut Islam semakin bertambah. Bahkan berita Islam telah tersiar di Mekkah dan menjadi pembicaraan orang.  Turunlah perintah Allah Swt. Kepada beliau untuk berdakwah secara terang-terangan. Firman Allah swt;

“Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu pedulikan orang musyrik.” (QS. Al-Hijr [15] : 94)


Sejak saat itu Rosulullah Saw. naik ke bukit Shafa lalu beliau menyeru, “Wahai bani Fihr, wahai bani ‘Adi,” sehingga mereka berkumpul dan orang yang tidak bisa hadir mengirimkan wakilnya.  Rosulullah Saw. berkata, “Bagaimanakah pendapatmu jika aku kabarkan bahwa di belakang gunung ini ada sepasukan kuda musuh yang datang akan menyerangmu, apakah kamu mempercayaiku?” Jawab mereka, “ Ya, kami belum pernah melihatmu berdusta.” Kata Nabi, “ketahuilah sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepada kalian dari siksa yang pedih.”  Abu Lahab, seorang paman Nabi, memprotes, “Sungguh celaka sepanjang hari. Hanya untuk inikah kamu mengumpulkan kami.” Turunlah firman Allah Qur’an Surat al-Masad (al-Lahab), “Binasalah kedua belah tangan Abu Lahab, sesungguhnya dia akan binasa...”

Selanjutnya, Rosulullah berdakwah kepada keluarga dan kerabatnya, sebagaimana perintah Allah dalam Qur’an Surat as-Syu’ara [26] : 214-215. Beliau menyerukan, “Wahai bani Ka’b bin Lu’ai, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai bani Murrah bin Ka’b, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai bani Syams, selamatklanlah dirimu dari api neraka! Wahai bani Abdul Muthalib, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak akan dapat membela kalian di hadapan Allah selain bahwa  kalian mempunyai tali kekeluargaan yang akan aku sambung dengan hubungannya.”

Ketika Rosulullah mengumpulkan bani Hasyim untuk berdakwah, paman Rosul yang bernama Abu Lahab mencela dan menolak dakwahnya. Abu Lahab meminta saudaranya Abu Thalib untuk segera mengambil tindakan terhadap Rosul, namun berulang kali Abu Thalib membela dan melindungi aktivitas dakwah keponakannya, kendati pun dirinya tidak pernah menyatakan diri masuk Islam.

Rosulullah berdakwah secara terang-terangan kepada orang-orang Quraisy untuk meninggalkan agama mereka dari warisan nenek moyang, dan agama tersebut tidak memberikan manfaat sama sekali. Rosulullah mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan akal mereka dari belenggu taklid.

Kaum Quraisy menolak dan menentang dakwah Rosul, mereka mengirim utusan kepada Abu Thalib untuk memintanya agar bersedia menghentikan dakwah keponakannya. Abu Thalib menolak permintaan mereka secara halus, dan Rosul tetap berdakwah sebagaimana mestinya.

Pada fase dakwah ini, Rosulullah Saw. berdoa kepada Allah Swt. untuk menguatkan dakwah ini dengan salah satu diantara dua Umar. Maksud beliau, Umar bin Khatab atau Amr bin Hisyam, Abu Jahal.

Semenjak perintah dakwah secara terang-terangan, ujian akan datang kepada Rosul dan umat Islam. Insya Allah akan dibahas pada bab selanjutnya.

Selesai di gunung Gede Pangrango
Iman Munandar
Sumber rujukan;
-          Sirah Nabawiyah karya Said Ramadhan al-Buhty
-          Sirah Nabawiyah karya Shafiyur-Rahman al-Mubarakfury
-          Sirah Nabawiyah karya Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri
-          Khulashoh Nurul Yaqin juz 1 karya Umar Abdul Jabbar

0/Post a Comment/Comments