Mungkin di antara kita selalu berpikir bahwa orang yang bisa
bersedekah itu orang-orang yang kaya. Tidak sedikit orang beranggapan bahwa
orang kaya yang suka bersedekah lebih mulia dibandingan dengan orang miskin. Ibadahnya
shalat orang kaya dengan orang miskin sama, puasanya orang kaya dengan orang
miskin sama juga. Bedanya orang kaya bisa bersedekah dengan kelebihan hartanya,
sementara orang miskin? Jangankan bersedekah dengan kelebihan harta, dengan
kebutuhan sendirinya masih kesulitan.
Suatu ketika banyak
orang miskin dari kalangan Muhajirin, dan sedikit dari kalangan Anshor
tidak bisa memperbanyak amal kebaikan, karena tidak memiliki harta untuk
disedekahkan. Sementara mereka sering mendengar ayat-ayat al-Qur’an dan hadist
Nabi yang mendorong untuk diinfakkan/disedekahkan hartanya, memuji orang-orang
yang berinfakkan hartanya, dan menjanjikannya surga yang luasnya seluas langit
dan bumi. Para sahabat Nabi yang kaya berlomba-lomba untuk berinfak/bersedekah
hartanya, ada yang beribu-ribu dinar, ada pula yang menyedekahkan seluruh
hartanya. Rosulullah Saw. selalu mendoakan dan memohon ampunan bagi mereka yang
telah mengeluarkan hartanya karena Allah.
Sementara para sahabat Rosul yang miskin, tidak bisa
berlomba-lomba dalam kebaikan sebagaimana yang dilakukan oleh sahabatnya yang
kaya. Mereka berkumpul, lalu menghadap Rosul smbil bertanya, “Ya Rosulullah,
orang-orang kaya telah mendapatkan pahala yang banyak, sedangkan kami tidak.
Karena mereka juga shalat sebagaimana kami shalat, mereka juga puasa
sebagaimana kami puasa. Tidak ada kelebihan sama sekali dalam hal ini. Akan
tetapi, mereka lebih dari kami, karena mereka bisa berinfak dengan kelebihan
hartanya. Sedangkan kami tidak memiliki apa pun yang kami infakkan agar bisa
menyusul mereka. Padahal kami benar-benar ingin bisa mencapai kedudukan mereka.
Apa yang perlu kami perbuat?”
Rosulullah betul-betul memahami keinginan mereka yang kuat
untuk mencapai derajat yang tinggi di sisi Tuhannya. Lalu beliau bersabda, “Bukannya Allah telah menjadikan sesuatu yang
bisa kalian sedekahkan? Sesungguhnya setiap tasbih (Subhanallah) adalah
sedekah, setiap tahmid (Alhmadulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (laa
illaha illallah) adalah sedekah, menyeru
kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah kemungkaran adalah sedekah, dan
bersetubuh dengan istri juga sedekah.” Mereka kaget, lalu bertanya kembali,
“Wahai Rosulullah, apakah jika di antara
kami menyalurkan hasrat biologisnya (kepada istrinya) juga mendapatkan pahala?”
Beliau menjawab, “Bukankah jika
disalurkan pada yang haram, dia berdosa?, maka demikian pula jika disalurkan
pada yang halal, dia mendapatkan pahala.”[1]
Subahanallah, pintu sedekah terbuka selebar-lebarnya untuk
orang-orang miskin. Bahkan dalam hadist Arbain yang ke 26 mendamaikan dua orang
yang bertikai secara adil pun disebut juga sedekah, bahkan menghilangkan duri yang mengganggu para pengguna berkendaraan di jalan pun itu namanya
sedekah..
Selesai di kaki Gunung Gede Pangrango.
sumber rujukan : Syarah Hadist Arbain karya Musthafa Gieb al-Bugha dan Muhyidin Mistu.