Wahsyi merupakan seorang budak dari Habsyah yang dimiliki
oleh Jubair bin Muth’am, paman Jubair tewas dalam perang Badar. Ia ingin
membalas dendamkan atas kematian pamannya, lalu berkata kepada Wahsyi, “Berangkatlah
bersama orang-orang itu! Dan Jika kamu berhasil membunuh Hamzah, maka kamu
bebas...!” Mereka membawanya kepada Hindun bin Utbah. Hindun menawarkan harta
kekayaan kepada Wahsyi jika ia berhasil
membunuh Hamzah. Tawaran kemerdekaan dirinya dan harta kekayaan membuatnya
sulit untuk menolak. Keahlian Wahsyi ialah melontarkan tombaknya tepat sasaran.
Ketika pertempuran kedua pasukan terjadi dalam perang Uhud, Wahsyi mulai mencari-cari Hamzah dan mengintainya. Hamzah berhasil menyusup ke
tengah pasukan musyrikin Mekkah, menerjang kesana kemari.Wahsyi bersiap-siap
membunuh Hamzah, dan bersembunyi di balik pohon agar lontaran tombaknya tepat
sasaran.
Wahsyi mulai menggerakan tombak mengambil ancang-ancang,
setelah tepat sasaran, ia melontarkan
tombaknya hingga mengenai tepat perut bawah Hamzah hingga tembus ke
selangkangannya. Hamzah berupaya bangkit dan mencoba membunuhnya hingga
akhirnya rubuh. Wahsyi mendekatinya dan mencabut tombaknya, lalu kembali ke
kemah. Karena tugasnya telah selesai.
Setelah bebas dari perbudakan, Wahsyi menetap di Mekkah
hingga terjadinya penaklukkan kota Mekkah pada tahun 8 H, ia kabur ke Thaif. Ketika
Rosulullah menerima utusan dari Thaif untuk menyatakan keislamannya, Wahsyi hendak kabur entah ke Syam, Yamamah, atau lainnya. Di tengah bingungnya, datang
seseorang seraya berkata kepadanya, “Hai tolol! Rosulullah tak hendak
membunuh seseorang yang masuk Islam..!”
Wahsyi datang menemui Rosulullah di Madinah, berada di
depannya ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Ketika melihatnya, beliau
bertanya;
“Apakah kamu ini Washy...?”
“Benar ya Rasulullah, “ jawab Washy.
Beliau meminta Washy untuk menceritakannya tentang pembunuhan
Hamzah. Ia menceritakan semuanya pada Rosulullah. Sampai akhirnya beliau
bersabda, “Sangat menyesal..! Sebaiknya engkau menghindarkan perjumpaan
denganku..!”
Wahsyi selalu menghindarkan diri dari hadapan dan jalan yang
akan ditempuh oleh Rosulullah agar tidak kelihatan olehnya sampai beliau
diwafatkan oleh Allah. Ketika Abu Bakar memegang Kekhilafahan Islam pasca
Rosul, ia ikut serta dalam memadamkan pemberontakan.
Wahsyi ikut bergabung dengan pasukan Islam untuk memadamkan
pemberontakan yang dilakukan oleh Musailamah al-Kadzab (sang Nabi Palsu). Ia membawa
tombak yang pernah digunakan untuk membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib. Ia mencari
dan mengintai Musailamah, ia bersiap-siap menggerakkan tombak membuat
ancang-ancang hingga terasa tepat, ia melontarkan tombaknya hingga Musailamah
Nabi palsu itu terbunuh. Ia berkata, “Maka sekiranya saya dengan tombak itu
telah membunuh sebaik-baiknya manusia yakni Hamzah, saya berharap kiranya Allah
akan mengampuniku karena tombaknya itu pula saya telah membunuh sejahat-jahatnya
manusia yaitu Musailamah al-Kadzab...!”
(Kisah ini terdapat dalam bukunya Khalid Moh. Khalid yang berjudul karakteristik 60 Sahabat Nabi, penulis hanya melakukan mendaur ulang bahasanya)