Belajar dari Cheng Ho

Kita tentu pernah mendengar Cheng Ho seorang laksamana besar pada zaman dinasti Ming, tapi kita belum tentu tahu sejarahnya, terutama dari persfektif seni kepemimpinan dia dalam membawa armada laut yang sangat besar pada masa itu. Saya akan merangkumnya dari buku The Title Zheng He’s Art Collaboration:Understanding the Legendary Chinese Admiral from Management Perspective, by Hum Sing Hoon (terjemahan).

(Sumber gambar : Rangingshots.blogspot.com)
Cheng Ho Muda

Cheng Ho dilahirkan dari keluarga bangsawan Islam tahun 1371 di distrik jinning provinsi Yunnan. Nama marga Cheng Ho adalah “Ma”, bahasa cina dari “Muhamad”, dan awalnya dia dipanggil “Ma He” sejak lahir. Ma He dibesarkan dalam keluarga islam yang taat, dengan iman dan budaya islam yang kuat, ayah dan kakeknya pernah menunaikan ibadah haji ke Mekkah, sehingga bergelar haji. Ma He sejak kecilnya sudah berambisi, pandai, punya ingatan kuat, dia senang membaca buku-buku klasik, dan mempelajari ilmu beladiri.

Ma He dan saudara-saudarnya sering bermain ke danau Dianchi sambil memperhatikan bagaimana seorang nelayan membuat perahu, dan memperhatikan semua kegiatan perkapalan dan perdagangan, dari sinilah dia mendapatkan pelajaran berharga yang kelak sangat berguna baginya.

Provinsi Yunnan masih berada di bawah kekuasaan dinasti Yuan, yang merupakan seorang pangeran Liang dari Mongolia dan keturunan dari Khubilai. Pada tahun 1381, Kaisar Zhu Yuanzhang (dinasti Ming) berhasil menaklukan provinsi Yunnan, dan China berhasil bersatu lagi. Ayah Ma He terbunuh, dan Ma He sendiri ditawan sebagai budak untuk kasim.

Cheng Ho Dewasa

Menjadi seorang budak bagi Ma He (Cheng Ho) adalah masa yang kelam baginya, dia bingung akan menjadi seperti apa nantinya. Namun bagi Ma he, musibah itu membawa manfaat baginya dan kemampuan adalah kuncinya. Ma He sebagai orang yang pekerja keras untuk mengasah kemampuannya dalam bidang kepemimpinan dan militer. Ma He dikenal sebagai orang yang setia, cerdas, dan waspada.

Karena terjadi restrukturisasi militer pada dinasti Ming, Ma He dipindahkan untuk melayani Pangeran Yan, putera ke empat Kaisar, yang dikenal sebagai Zhu Di. Karena Ma He  seorang yang tulus, setia, pandai, dan sosok yang mempunyai kualitas kepemimpinan yang tinggi, maka pangeran Zhu DI menunjuknya sebagai pengawal kepercayaannya. Ma He terus dibina dan dipercayakan untuk tugas-tugas yang penting. Ketika perang Yunan, Ma He belajar seni berperang dan bertempur pada tuannya, Melindungi tuannya dari jarak dekat, dan memainkan peranan yang sangat penting sebagai pengawal kepercayaan dalam pertempuran melawan pasukan Mongol pada tahun 1390-an.

Pasca kematian Kaisar Zhu Yuanzhang pada tahun 1398, cucu tertuanya naik tahta, karena putera tertuanya meninggal terlebih dahulu. Hal itu menyebabkan ketegangan di antara pangeran, maka kaisar baru, kaisar  Hui (Jianwen), mengikuti nasihat Menteri Pertahanan Qi Tai untuk segera mengurangi kekuasaan para pangeran. Maka Pangeran Yan (Zhu Di) memakai  surat perintah kekaisaran  yang diberikan oleh Zhu Yuanzhang sebelum kematiannya, yang menyatakan bahwa para pengeran diperbolehkan mengadakan revolusi melawan para pejabat istana yang jahat, maka meletuslah Revolusi pada tahun 1399 yang dikenal pertempuran Jingnan. Selama pertempuran Ma he merupakan salah satu pengawal kepercayaan yang paling hebat dan cerdik, kemenangan pertempuran diraih oleh Pangeran Zhu Di, dan mengangkat dirinya sebagai Kaisar ketiga dari Dinasti Ming, bergelar Ming Chengzhu atau Kaisar Yongle.

Ma He pada awalnya ditempatkan untuk bertugas di puri Pangeran Yan. Dia berhasil dalam banyak pertempuran yang pada akhirnya dipromosikan menjadi orang Kasim Besar. Jabatan yang diberikan pada Ma He merupakan jabatan yang tertinggi yang bisa diberikan untuk seorang kasim. Jabatan ini merupakan jabatan di atas level 4 dalam Sembilan tingkatan bagi kesatuan militer dan pegawai. Karena kehebatan Ma He, Kaisar Yongle memberi Ma He nama keluarga “Cheng” (Zheng), maka Ma He dikenal sebagai Zheng He atau Cheng Ho.


Kaisar Yongle menunjuk Cheng Ho sebagai duta besar dan panglima besar dalam pelayaran ke wilayah Barat untuk melaksanakan visi dan misi kebijakan luar negeri Kaisar Yongle yang bersahabat dan damai seperti para pendahulunya. Sebuah misi yang mempertahankan perdamaian dan membina jalinan persahabatan antara China dan Negara-negara di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika. Misi kebijakan luar negeri kaisar Yongle yang diemban oleh Cheng Ho membawa kemajuan perdagangan untuk China dan menguntungkan Negara-negara lainya. Dari sinilah Cheng Ho mengukir namanya untuk sejarah.

Bersambung, * tulisan di atas pernah dimuat di blog saya yang lain pada tahun 2013

0/Post a Comment/Comments