Dakwah Antara Imam Ahmad dan Imam Syafe'i

Imam Ahmad dan Imam Syafe'i hidup ketika paham Mu'tazilah (Al Qur'an adalah makhluk) berjaya. Para Ulama, Fuqaha, dan Qadhi yang tidak sepaham dengan Mu'tazilah digelandang ke penjara Ar Riqqah dan disiksa. 

Imam Ahmad memilih konfrontasi pemikiran secara langsung dengan penguasa Kerajaan bani Abbasiyah yang menganut paham Mu'tazilah. Akibatnya Imam Ahmad digelandang ke penjara dan mengalami siksaan setiap harinya sampai usia lanjut.

Sementara Imam Syafe'i lebih memilih menghindar dan hijrah ke Mesir. Bukan berarti Imam Syafe'i seorang pengecut. Ia hendak bersiasat, membangun basis dakwah baru di Mesir yang jauh dari  pusaran paham Mu'tazilah. Ia hendak membina kader-kader ulama tangguh. Jika waktunya tiba, murid-muridnya yang cerdas dan penuh integritas akan menyebar, menebar, dan menusuk ke jantung pemikiran Mu'tazilah. Kelak muncul murid-muridnya bernama Abul Hasan Al Asy'ary menghabisi pemikiran Mu'tazilah.

Jika Mursyid 'Am Ikhwanul Muslimin, Hasan Ismail Al Hudhaibi bersama Sayyid Quthb memilih berhadapan langsung dengan otoriternya rezim Gamal Abdul Nasser, justru Yusuf Qardhawi hijrah ke Madinah lalu Ke Qatar. Sayyid Sabiq, Muhammad Al Ghazali, dan Muhammad Quthb hijrah ke Mekkah. Said Ramadhan Al Buthy ke Suriah, dan  Kamal As Sananiry ke Afganistan. Mereka berperan seperti Imam Syafe'i, berdakwah dengan siasat. Menyusun basis dakwah baru, dan menyiapkan kader2 terbaik.

Selesai di kaki gunung Gede Pangrango

Iman Munandar
(Disimpulkan dari Jalan Cinta Para Pejuang karya Salim A. Fillah)

0/Post a Comment/Comments