Dualitas Gelombang-Partikel—Prinsip Komplementer

Efek fotolistrik, efek Compton, dan percobaan lain telah menempatkan teori cahaya partikel pada basis percobaan yang kuat. Namun bagaimana dengan percobaan Young dan lainnya terhadap interferensi dan difraksi yang telah menunjukkan bahwa teori cahaya gelombang juga mempunyai sebuah landasan percobaan yang kuat.
Cahaya bisa bersifat seperti Gelombang dan juga Partikel

Kita terlihat seperti dalam dilemma. Beberapa percobaan menandakan bahwa cahaya bertingkah laku seperti sebuah gelombang; percobaan yang lain menandakan bahwa cahaya bertingkah laku seperti sebuah aliran partikel. Kedua teori ini seperti tidak cocok satu sama lain, namun keduanya telah menunjukkan validitas. Fisikawan akhirnya mengambil kesimpulan bahwa dualitas cahaya ini harus diterima sebagai kenyataan hidup. Fakta ini dianggap sebagai dualitas partikel-gelombang. Kelihatannya, cahaya adalah sebuah fenomena yang lebih kompleks daripada sekedar sebuah gelombang sederhana atau sebuah berkas partikel sederhana.
Untuk menjelaskan situasi ini, fisikawan Denmark Niels Bohr(1885-1962) mengusulkan prinsip komplementer, teori tersebut menyatakan bahwa untuk memahami sebuah percobahan, terkadang kita menemukan sebuah penjelasan yang menggunakan teori gelombang dan terkadang menggunakan teori partikel. Namun, kita harus sadar tentang kedua aspek cahaya yaitu gelombang dan partikel jika kita ingin mempunyai pemahaman penuh tentang cahaya. Oleh karena itu kedua aspek cahaya ini melengkapi satu sama lain.

Tidaklah mudah untuk menggambarkan dualitas ini. Kita tidak bisa dengan mantap menggambarkan sebuah kombinasi gelombang dan partikel. Dari pada itu, kita harus mengenali bahwa dua aspek dari cahaya adalah wajah berbeda dari cahaya yang ditunjukkan pada percobaan-percobaan.
Bagian dari cabang kesulitan berasal dari bagaimana kita berpikir.
Gambaran visual(atau model) dalam pikiran kita berdasarka pada apa yang kita lihat dalam dunia sehari-hari. Kita menerapkan konsep gelombang dan partikel pada cahaya karena dunia makroskopik yang kita lihat bahwa energy dipindahkan dari tempat ke tempat lain dengan dua metode ini. Kita tidak bisa melihat langsung apakah cahaya adalah sebua gelombang atau partikel, sehingga kita melakukan percobaan secara tidak langsung. Untuk menjelaskan percobaan ini, kita menerapkan model gelombang atau pertikel pada sifat dari cahaya. Nemun model ini ini adalah sebuah abstraksi dari pikiran manusia. Ketika kita mencoba untuk memahami sebenarnya apa cahaya itu kita bersikeras pada sebuah gambaran visual. Nmun, tidak ada alasan kenapa cahaya harus memenuhi model ini (atau gambara visual) yang diambil dari dunia makroskopis. Sifat sebenarnya dari cahaya (jika hal tersebut berarti segalanya) tidak mungkin digambarkan. Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah mengetahui bahwa pengetahuan kita terbatas pada percobaan tidak langsung dan dalam situasi bahawa dan gambaran sehari-hari, cahaya menampakkan baik itu sifat gelombang maupun partikel.
Tidaklah benar mengatakan bahwa cahaya adalah gelombang dan atau partikel. Cahaya bisa bertindak seperti sebuah gelombang atau sebuah partikel.
Penting untuk dicatat bahwa Persamaan Einstein E=hf sendiri menggambarkan sifat partikel dan gelombang dari berkas cahaya. Dalam persamaan ini, E merujuk pada energy dari sebuah partikel, dan pada sisi lain dari persamaan, kita mempunyai frekuensi f dari gelobang yang berpasangan.
(Abu Ahmad)

0/Post a Comment/Comments