Arab Saudi Mengancam Hizbullah*

Arab Saudi sudah berkali-kali secara jelas-jelas dan terang-terangan mengancam akan menghajar Lebanon cq. Hizbullah. Israel pun sepertinya memberikan “lampu hijau”. Namun, beberapa pengamat militer Timur Tengah meragukan kemampuan Saudi untuk melakukan serangan itu, setidaknya secara logistik perlu dikaji ulang meskipun Saudi memiliki persenjataan yang cukup canggih dan secara militer menduduki ranking 24 setelah Korea Utara (23) dan sebelum Aljazair (25).

Arab Saudi memang cukup baik dalam memperkuat pertahanannya selama 30 puluh tahun terakhir, Saudi yang dulu berbeda dengan Saudi sekarang. Dengan Defense Budget sekitar USD 56,7 miliar (2017) Arab Saudi telah berhasil menempatkan dirinya pada posisi 10 Negara Besar pemilik Alutsista terbaik dan tercanggih di dunia. Namun demikian, Arab Saudi merupakan salah satu negara yang mengandalkan kesepakatan kolektif dan bilateral untuk perlindungan dan keamanannya, karena tidak dapat memberikan perlindungan untuk dirinya sendiri dengan sumber daya militernya.

Untuk pengalaman perang, Arab Saudi tidak pernah memiliki pengalaman tempur yang memadai, satu-satunya pengalaman tempur adalah Decisive Storm Operation di Yaman sejak 3 tahun terakhir, perang melawan negara miskin, tertinggal dan lemah secara sosial dan militer. Setelah 3 tahun bertempur “mengeroyok” Yaman, kini pasukan Houthi Yaman sudah mengetuk gerbang Riyadh dengan misil balistik beberapa hari yang lalu.
Arab Saudi memiliki Angkatan Udara yang kuat dengan peralatannya yang canggih, namun mereka tidak memiliki pengalaman perang udara yang memadai untuk menghajar target, makanya serangan udara Saudi di Yaman lebih banyak menghancurkan pemukiman sipil dari pada markas Houthi. Saat ini PBB mulai mengusut adanya Kejahatan Perang yang dilakukan oleh Saudi di Yaman.
Pesawat tempur Saudi F-16 dan Tornado mampu mencapai target di jantung Lebanon, tetapi kesulitan yang akan dihadapi adalah pesawat tempur Saudi tidak akan dapat melihat target yang akan diserang, karena Hizbullah tidak memiliki pangkalan militer yang jelas dan terbuka. Kalau seandainya Hizbullah memiliki pangkalan militer terbuka, mungkin dari dulu sudah dihajar oleh AS atau Israel. Kecuali kalau Saudi mau membumi-hanguskan seluruh Lebanon, dan itu tidak mungkin.
Satu-satunya cara yang memungkinkan Angkatan Udara Saudi untuk menghajar target Hizbullah adalah dengan memasuki wilayah udara Israel atau Suriah dan menghajarnya dari sana. Tampaknya, Israel tidak akan rela wilayah udaranya dipakai oleh Saudi untuk menghajar Lebanon, karena kalau itu sampai terjadi, maka secara tidak langsung Israel telah mengumumkan perang dengan Hizbullah dan Lebanon. Kalau Suriah? Sudah dapat dipastikan bahwa S-400 Suriah dan Sukhoi-sukhoinya akan menjatuhkan F-16 dan Tornado Saudi.
Arab Saudi tidak memiliki Armada Angkatan Laut yang mampu berlayar di perairan Lebanon untuk melancarkan serangan militer terhadap Hizbullah. Pasca Perang Juli 2006, Angkatan Laut Israel mulai bergerak menjauh dari perairan Lebanon setelah Corvette Sa’ar-5 milik Israel dihajar oleh rudal Hizbullah dari daratan Lebanon.
Selain itu, Arab Saudi juga tidak memiliki Pasukan Operasi Khusus (Special Operations Forces) untuk diterjunkan ke Lebanon, seperti Pasukan Operasi Khusus Delta Force dan Navy Seal milik AS, atau SBS-nya Inggris, ataupun seperti Spetsnaz Rusia. Bahkan sekarang Pasukan Operasi Khusus Israel saja sudah jarang “nongkrong” di Lebanon untuk menargetkan titik-titik sensitif Hizbullah, padahal secara geografis Israel-Lebanon cukup dekat, dan Pasukan Operasi Khusus Israel juga tidak diragukan lagi kemampuannya. Kalau Arab Saudi memiliki Special Operations Forces, pasti sudah diterjunkan di Yaman, biar cepat kelar perang yang tidak jelas dan sudah berlarut-larut itu.
Kalau melihat instruksi pemerintah Saudi kepada warganya di Lebanon untuk segera meninggalkan Lebanon, maka besar kemungkinan scenario itu akan dilaksanakan. Tetapi, kalau Saudi mau menimbang sekali lagi jam terbangnya di medan tempur, maka kemungkinan terburuk yang akan dilakukan adalah melakukan embargo ekonomi atas Lebanon untuk menekan pemerintahnya.
Kalau berbicara jam terbang di medan tempur, Pasukan Saudi tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Hizbullah, selain pernah berperang melawan Israel tahun 2000 dan 2006, 7 tahun konflik Suriah sangat cukup untuk mengasah keahlian tempur Hizbullah.
Peralatan tempur yang bagus itu perlu, tapi keahlian menggunakannya jauh lebih penting. Kalau kata The Last Gunslinger "I do not shoot with my hand; he who shoots with his hand has forgotten the face of his father. I shoot with my mind.
I do not kill with my gun; he who kills with his gun has forgotten the face of his father. I kill with my heart.”
Itu hanya opini, apapun yang akan terjadi dalam hari-hari ke depan, biarlah waktu yang menjawab

*Catatan : Judul mendapat tambahan dari redaksi, karena dari sumber akun fb penulisnya tidak memakai judul. konten dan gambar diambil dari akun fb penulis

0/Post a Comment/Comments