Erdogan, "Kita akan menghancurkan kelompok teroris di Irak dan Suriah tanpa meminta ijin dari siapapun!"

Dengan dikuasainya kota Al qaim oleh pasukan Irak dan dikuasainya kota Dier Zour oleh pasukan Suriah, maka berakhirlah film kolosal berjudul "ISIS" secara geografis di Kawasan, dan dimulainya babak baru serta aliansi-aliansi baru di Kawasan untuk menghadapi "reborn terorist".

Kemarin, presiden Recep Tayyip Erdogan mengejutkan kita semua dengan pernyataannya dalam sebuah pidato di kota Manisa Turki, "Kita akan menghancurkan kelompok teroris di Irak dan Suriah tanpa meminta ijin dari siapapun!".

Pernyataan itu jelas menggambarkan peta perang selanjutnya di Kawasan. Ketika Presiden Erdogan mengatakan akan menghancurkan "kelompok teroris", dapat dipastikan yang dimaksud itu bukanlah ISIS ataupun Jabhat Nusra (kama qola AS), tapi yang dimaksud Erdogan adalah Kurdish PKK, PYD, dan YPG yang ada di utara Suriah, utara Irak dan selatan Turki.
Pada tahun 1995, Presiden Suleyman Demirel dan Presiden Saddam Hussein pernah menandatangani MoU yang pada intinya mengijinkan pasukan Turki untuk masuk 15 km ke dalam wilayah Kurdistan Iran untuk menghajar pasukan PKK Kurdi. Sekarang Presiden Erdogan ingin melakukan hal yang sama tanpa memperbaharui MoU dengan keyakinan penuh bahwa Irak dan Suriah akan memberikan clearance.
Satu hal lagi yang paling berbahaya yang diungkapkan Sang Sultan dalam pidatonya adalah "Siapa yang mendukung kelompok teroris, maka kami anggap teroris!". Ini artinya, sipil dan lainnya akan menjadi korban karena Turki menganggap setiap milisi Kurdi di utara Irak dan Suriah adalah teroris.
Dalam hal ini, Presiden Erdogan tidak akan berani menyatakan hal itu tanpa ada koordinasi dengan Irak dan Suriah plus Iran sebelumnya, atau setidaknya Turki sudah yakin kalau 3 negara yang akan terlibat dalam perang nantinya itu sudah setuju.
Turki memilih waktu yang tepat untuk menghajar Kurdi, mengingat Kurdi di Irak baru "kacau" pasca referendum, pasukan Irak pun baru saja mengambil alih perbatasan Irak-Turki dari Kurdi dan menguasai Kirkuk serta Sanjar. Selain itu, Turki setidaknya memiliki 3 pangkalan militer terdekat yang akan dijadikan landasan untuk perang dengan "teroris" Kurdi. Pangkalan Gairiluk, 40 km dari Ammadiya, Pangkalan Kani Masi 115 km dari Utara Dahuk, dan pangkalan Serce sekitar 30 km dari utara Zakho di perbatasan Irak-Turki. Plus pangkalan Bashiqa dekat Mosul yang saat ini memiliki sekitar 1000 pasukan Turki beserta persenjataan berat lengkap.
Meskipun demikian, kita tetap menunggu reaksi Suriah dan Irak atas pernyataan Erdogan tersebut.
Sisa satu pertanyaan penting, apa reaksi AS dalam hal ini mengingat Kurdi adalah sekutu utama AS di kawasan yang telah dilatih dan dipersenjatai dengan ribuan ton senjata dan amunisi, khususnya pasukan Suriah Demokratik? Apakah AS akan tetap kekeuh dengan sikapnya mendukung Kurdi sebagai kartu AS untuk menekan Iran, Irak dan Suriah? Dan apa tanggapan Rusia dalam hal ini?
Namun yang pasti adalah Kurdi dimanapun mereka berada akan menjadi target, perang melawan Kurdi akan menjadi perang baru selanjutnya di Kawasan pasca hancurnya ISIS. Sepertinya Pak Mesut Barzani sudah memprediksikan skenario ini ketika mengatakan dalam pidato pengunduran dirinya "Saya akan tetap memakai seragam Peshmerga dan siap naik gunung kembali".
Btw, di wilayah Kurdi ada azan nggak ya? Katanya dimana ada azan disitu tanah air beta...😁
Pada akhirnya, ini hanyalah opini, untuk lebih lanjut biarlah waktu yang menjawab...

Catatan : Judul dikutip dari konten tulisannya. Sumber dari akun Fbnya

0/Post a Comment/Comments