Jika Mendapat Perlakuan Tidak Menyenangkan dari Petugas Pajak

Oleh Aylan Zein

Maaf sebelumnya, judulnya nampak provokatif.  Bukan ya, kali ini saya ingin bahas tentang tindakan yang seharusnya dilakukan jika mendapatkan perlakuan kurang menyenangkan dari petugas pajak (dalam hal ini petugas di KPP) dan hal ini dirasakan tidak profesional.  Awal cerita bermula dari cerita antar teman sesama alumni kursus brevet pajak A dan B yang berkumpul di grup whatsapp.   Biasanya kami bahas tentang update info perpajakan, sharing tentang kendala di aplikasi pajak atau masalah pajak yang dihadapi antar teman atau info lowongan kerja.  Kemarin tak biasanya ada sedikit bahasan “curhat”, tentang pajak tentunya.

Salah satu rekan saya yang bernama “AA” menceritakan bahwa ia baru saja pulang dari KPP Pratama ….. (sensored) dan bertemu petugas disana.  Saya tak bertanya petugasnya itu help desk/AR/petugas TPT tapi yang jelas ia menyebutkan nama petugas ybs di grup.  AA bilang seperti ini kurang lebih ;
rekan, maaf nih. Ada yang pernah ketemu dengan Bapak ITU (dia sebut namanya).  Kok rasanya Bapak ITU pas tadi ketemu bawaannya kayak ngajak  orang berantem ya.  Aduh saya bukannya lebay, tapi gimana ya.  Saya dibentak sama Bapak itu”  kata rekan saya yang bernama AA.
eh ternyata banyak rekan saya di forum whatsapp yang sama menyampaikan keluhannya tentang sikap Bapak ITU yang kurang baik ketika menghadapi Wajib Pajak, padahal menurut rekan-rekan saya, mereka sudah bersikap sesopan mungkin dan sebaik mungkin.


            Di grup Whatsapp tersebut ada juga beberapa pengajar les brevet kami yang juga petugas pajak di DJP, dengan bijak beliau berkata,

“Jika memang tidak profesional, buktinya ternyata juga banyak, demi utk perbaikan pelayanan jg utk kemajuan Ditjen Pajak, bisa disampaikan surat ke Kanwil DJP  yang menaungi wilayah KPP tersebut.  Rekan AA (yang mengaku dibentak tadi) bisa lakukan itu, tapi dengan nama dan alamat jelas, biar gakk disebut surat kaleng, nanti dianggapnya fitnah.  Nama pengirim surat dijamin kerahasiaannya“

Masih menurut guru les brevet saya, di DJP ada Whistleblower (Pelaporan Pelanggaran).  Melalui adanya system tersebut bahkan petugas DJP pun dapat melaporkan sesame rekannya sendiri jika dianggap hal itu membahayakan DJP.   Info lebih lengkap mengenai Whistleblower dapat dibaca di web DJP pada  http://www.pajak.go.id/content/whistleblowing-system.  Dengan demikian laporan harus dilengkapi nama pelapor (identitas jelas seperti yang disebutkan di atas) dan DJP akan merahasiakan nama pelapor untuk ditindak lanjuti.   DJP akan senang dengan adanya laporan seperti itu, agar tidak melebar kesana kemari dan dapat di cari solusi untuk kebaikan bersama.


Untuk generasi millennial seperti kita, kalaupun laporan akan dilampirkan dengan gambar foto orang yang dilaporkan juga saya rasa tidak apa-apa ya.  Kebiasaan generasi zaman now kan “ambil gambar dulu” kalau mau ngapa-ngapain.  Tapi jangan lupa, gambarnya buat di lampirkan di surat laporan tadi ya, bukan di upload ke sosmed ^_^.  Terima kasih, semoga bermanfaat.

0/Post a Comment/Comments