Suhail bin Amr merupakan salah seorang Quraisy yang pandai
berpidato, yang isinya menjelek-jelekkan Rosulullah. Suhail menjadi seorang
tawanan perang Badar pada saat tahun ke 2 H. Wajar bila Umar bin Khatab ingin
mencabut kedua giginya, agar dia tidak bisa menjelek-jelekkan lagi Rosulullah.
Namun Rosulullah menolaknya, dan berujar,”Jangan wahai Umar!
Saya tidak hendak merusak tubuh seseorang, karena nanti Allah akan merusak
tubuhku, walaupun saya ini seorang Nabi... !” Kemudian Rosulullah menarik Umar
ke dekatnya, lalu katanya : “Hai Umar! Mudah-mudahan esok, pendirian Suhail bin
Amr akan berubah menjadi seperti yang kamu sukai....!”
Pada tahun 6 H, Rosulullah bersama sahabatnya pergi ke
Mekkah untuk melaksanakan ibadah umroh. Rombongan beliau tiba di desa
Hudaibiyah, setelah peristiwa Bai’atur Ridwan, diutuslah Suhail bin Amr sebagai
juru runding kafir Quraisy. Kedua belah pihak setuju mengadakan perdamaian.
Peristiwa ini disebut peristiwa Perdamaian Hudaibiyah.
Dalam peristiwa Perdamaian Hudaibiyah, Suhail menolak
kalimat Bismillahirrahmannirrahim dan Rosulullah (utusan Allah). Rosulullah
setuju usulan Suhail, kalimat tersebut diganti dengan bismikaallahuma dan
Muhammad bin Abdullah dalam konten perjanjian damai. Pada saat itu para sahabat
Nabi kebanyakan geram dengan sikap Suhail, namun Rosulullah menenangkannya.
Suhail bin Amr baru masuk Islam ketika terjadinya peristiwa
Fathul Mekkah (penaklukkan kota Mekkah). Di sana tidak ada sama sekali pertumpahan
darah. Padahal Rosulullah dan umatnya telah diusir dari kota Mekkah pada saat
itu. Inilah betapa mulianya akhlak Rosulullah Saw.
Wafatnya Rosulullah pada tahun ke 11 H, telah membuat umat
Islam bingung. Tidak sedikit umat Islam yang keislamannya lemah kembali murtad.
Tidak sedikit pula umat Islam menolak membayar zakat.
Abu Bakar tampil di kota Madinah dengan berpidato, “Barang
siapa yang menyembah kepada Nabi Muhammad, maka sesungguhnya Nabi Muhammad
telah wafat. Barang siapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tetap
hidup dan takkan mati selama-lamanya...” Pidato beliau berhasil menghilangkan
kebingungan dan keraguan yang melanda penduduk Madinah.
Di kota Mekkah, tampillah Suhail bin Amr dengan memukau. Ia
memaparkan bahwa Muhammad itu benar-benar Rosul Allah dan ia tidak wafat
sebelum menyampaikan amanat dan melaksanakan tugas risalah. Dan sekarang
menjadi kewajiban bagi orang-orang mu’min untuk meneruskan perjalanan menempuh
jalan yang telah digariskannya.
Tindakan Suhail bin Amr ini berhasil meredam keraguan
keislaman penduduk Mekkah setelah mendengar wafatnya Rosulullah.
Tindakan yang telah dilakukan oleh Suhail bin Amr terdengar
sampai ke Madinah. Umar bin Khatab hanya tersenyum dan tertawa dengan mengingat
ramalan Rosulullah pada waktu itu. Andaikan Rosulullah tidak melarang keinginan
Umar mencabut giginya Suhail, entah apa yang akan terjadi.
Selesai di kaki Gunung Gede Pangrango
Iman Munandar