Panasnya Proxy War di Suriah*

Oleh Saief Alemdar



Qatar Pipeline adalah salah satu sebab utama pecahnya konflik di Suriah tujuh tahun lalu, dan sekarang tidak menutup kemungkinan perang yang lebih besar akan terjadi di Kawasan karena ladang gas dan minyak mentah di Timur Sungai Eufrate dan Propinsi Dier Zour Suriah.
4 pesawat terbang telah jatuh di Kawasan dalam satu minggu terakhir, pertama pesawat tempur F-16 Israel yang ditembak oleh rudal Surah; kedua Sukhoi-25 Rusia yang ditembaki oleh kelompok Oposisi di Suriah dengan misil MANPAD AS di Utara Suriah; ketiga Drone Iran yang ditembaki Israel di atas Palestina; dan keempat Helikopter Turki yang ditembaki di atas kota Afrin oleh pihak yang sampai saat ini masih dicari.

Setidaknya terdapat 6 negara yang “berseliweran” di wilayah Udara Suriah, diantaranya dua negara besar yaitu Rusia dan AS, sementara di Darat beberapa proxy war sedang terjadi, baik oleh kekuatan negara-negara Arab maupun kekuatan Internasional, hal ini mengisyaratkan adanya “cold war” yang sedang berlangsung dan setiap hari semakin memanas, dan semua kemungkinan dapat terjadi.
Kemarin, pemerintah Rusia melalui Jubir Kemlu, Maria Zakharova mengakui bahwa terdapat 5 warga Rusia yang tewas dalam serangan pesawat tempur AS ke wilayah pasukan pro-pemerintah Suriah di Dier Zour minggu lalu. Sumber setempat menyebutkan bahwa warga Rusia tersebut merupakan tentara bayaran yang dikontrak untuk berperang bersama kelompok tertentu di Suriah.
Sejak konflik Suriah terjadi, ini adalah pertama kali warga Rusia tewas dalam serangan AS langsung, bukan melalui kelompok-kelompok bersenjata yang didukung dan dipersenjatai oleh Washington, hal ini sangat mengkhawatirkan, karena dampaknya akan sulit diprediksi. Zakharova terpaksa keluar untuk mengklarifikasi insiden tewasnya warga Rusia, setelah banyak media yang membesar-besarkan jumlah warga Rusia yang tewas. “Bukan 400, atau 200, atau 100, tapi hanya 5 orang saja!” begitu kata Zakharova dalam jumpa pers dengan nada tinggi.
Masalahnya bukan pada berapa jumlah yang tewas, tetapi pada dampak ke depannya, dan dampak langsungnya dalam proxy war yang sedang terjadi di lapangan antara AS dengan Rusia, dan sangat besar kemungkinan terjadinya bentrok langsung antara keduanya, bisa jadi karena kesalahan-kesalahan kecil di sana-sini yang kurang diperhitungkan, baik sengaja atau tidak. Jangan lupa, kalau Perang Dunia Pertama terjadi adalah karena pembunuhan atas pewaris tahta Austria-Hongaria, Franz Ferdinand!
Indikasi kuat lainnya adalah AS tidak mau menarik 2000 pasukannya dari Suriah, meskipun ISIS yang menjadi sebab kehadiran mereka telah “bubar”. Beberapa Pati Militer AS menyatakan bahwa pasukan AS akan tetap berada di Suriah sampai waktu yang belum ditentukan, untuk menghalangi ekspansi pengaruh Iran di Kawasan.
Banyak pengamat menyakini bahwa Presiden Trump ingin mengulangi scenario Afghanistan di Suriah dengan menjadikan pasukan Kurdi, SDF dan faksi-faksi ekstrimis yang didukungan dan dipersenjatai oleh AS lainnya sebagai “Mujahidin Baru” yang akan melawan pasukan Rusia seperti yang dilakukan oleh pasukan Mujahidin Afghanistan terhadap pasukan Uni Soviet tahun 80-an.
Mungkin bukan sebuah kebetulan ketika Presiden Erdogan mengatakan “Ente belum pernah merasakan The Ottoman Slap!” setelah Mayjend. Paul Funk mengatakan bahwa AS tidak akan ragu membalas apabila Turki menyerang pasukan AS di Membej. Bukan hanya itu, Ketua Partai MHP Turki, Devlet Bahçeli, dalam pidatonya di Anatolia kemarin juga mengatakan bahwa Turki akan membuat AS merasakan 5 kali yang pernha dirasakan di Vietnam! Sekali lagi “Ente belum pernah merasakan The Ottoman Slap!”.
Tampaknya The Last Gunslinger tidak akan membiarkan AS mengulangi scenario Afghanistan di Suriah, Rusia sudah banyak berkorban di Suriah sejak internvensinya tahun 2015, di Kawasan Rusia juga memimpin sekutu yang cukup dapat diandalkan, yaitu Iran, Turki, Suriah dan Hizbullah Lebanon, selain itu eksistensi Rusia di Suriah memiliki payung hukum, berbeda dengan eksistensi AS yang “ilegal dan tidak diundang”, seperti yang sering disebut dalam Literatur Klasik Rusia dan Suriah!
AS yang gagal melengserkan Rezim Suriah dimana sebelumnya telah berhasil melengserkan Rezim Libya dan Irak, saat ini tidak lagi disukai di Kawasan, kecuali oleh sekutu barunya Kurdi dan Israel sekutu lamanya saja. Kalau kunjungan Tillerson ke Ankara gagal, dan hubungan AS-Turki yang sudah terbina selama 70 tahun rusak, maka KTT Istanbul (Rusia-Turki-Iran) mendatang akan meraih sukses besar dan terbentuknya Aliansi baru yang kuat tak dapat dibendung.
Kita sedang berbicara tentang perdamaian di Kawasan, karena proyek itu sudah terlanjur dikubur. Yang pasti, kalau perang terjadi, Negara-negara Teluk akan dituntut untuk membayar “bill” setiap peluru yang ditembakkan oleh pasukan AS. Hari-hari ke depan akan penuh dengan kejutan, tapi kita tidak ingin memprediksikan lebih jauh, biarlah waktu yang menjawab. Tahrir Rakyul Youm

*Judul hanya tambahan dari pihak redaksi. konten tulisan dan gambar diambil dari akun fb penulis

0/Post a Comment/Comments