Update Terkini Ghuta Timur Suriah*

Kelompok bersenjata di Ghuta dapat dikatakan sedang mengalami kekalahan besar, pada akhirnya mereka harus keluar dari Ghuta Timur menuju Idlib, salah satu kota yang paling "aman" bagi kelompok oposisi bersenjata, setidaknya untuk saat ini.

Militer Suriah telah berhasil menguasai lebih dari 80 persen wilayah Oposisi di Ghuta Timur setelah dihajar habis-habisan, dan dibagi menjadi 3 wilayah yang terkepung, hal tersebut telah memaksa kelompok Oposisi untuk mengalah dan melakukan negosiasi dengan pihak Rusia dan Suriah untuk mendapatkan jalan keluar serta cease-fire, karena melanjutkan perang sama dengan bunuh diri, karena hasil akhir perang sudah jelas.

Pasukan Faylaq Rahman dan Ahrar Sham telah bersedia keluar dari Harasta dan menyerahkan senjata berat dan sedang mereka kepada pemerintah Suriah, dan sebelumnya ribuan warga sipil juga telah keluar dalam kondisi yang menyedihkan menuju shelter-shelter yang sudah disediakan oleh pemerintah.
Warga sipil yang selamat mengisahkan cerita pilu mereka selama perang terjadi, serangan udara tanpa henti memaksa mereka tinggal di bunker-bunker di bawah tanah tanpa makanan dan minuman yang memadai, mereka hanya ditemani oleh dingin, kutu busuk dan kecoa di bunker.
YFI, sejak perang dengan Israel, hampir di seluruh Suriah ada bunker yang dibuat oleh pemerintah sebagai tempat bersembunyi bila kelak terjadi perang kembali. Makanya, kalau jalan di kota Damaskus atau di taman-tamam yang tersebar di seluruh kota, pasti kamu akan sering melihat kotak besi berukuran 2x3 atau 1x2 dan dikunci, itu adalah pintu masuk bunker.
Masyarakat Internasional telah mengecewakan rakyat Ghuta, negara-negara yang selama ini mendanai dan mempersenjatai kelompok bersenjata hanya diam saja, baik AS, Eropa maupun negara Teluk. Karena korban sipil kita marah, marah bukan saja kepada pemerintah dan Rusia yang ikut serta secara barbaric membumi hanguskan Ghuta Timur, tetapi juga kepada negara-negara yang selama ini "mengompori" dan mendanai kelompok bersenjata.
FYI, dulu ketika kelompok oposisi masih kuat sekali di Ghuta, ketika Jaiys Islam masih dipimpin oleh alm. Zahran Allusy, pernah mereka akan menyerang Ibukota dan men-take it down, bahkan telah mengumumkan zero hour, tetapi negara "donatur" tidak mengijinkan! Artinya, negara-negara itu tidak ingin pemerintah jatuh dan oposisi berkuasa, mereka hanya ingin Suriah hancur, rakyat dengan pemerintahnya saling bunuh-bunuhan. Karena, dalam tempo 10 tahun terakhir, 2000-2010, perkambangan Suriah itu "meroket", ekonominya tumbuh pesat, tourism melejit, hutang luar negeri 0%, kesehatan dan pendidikan gratis, kalau biaya hidup di Mesir dikenal paling murah di Kawasan, maka di Suriah lebih murah. Dan hal itu tidak disukai oleh negara sekitarnya.
Perang Ghuta hampir selesai, kelompok bersenjata mulai keluar, hal itu merupakan capaian besar bagi pemerintah Suriah, karena dengan itu maka Damaskus tidak akan lagi terancam dengan mortar "asal tembak" yang datang dari wilayah oposisi, kelompok apapun itu, yang pasti warga kota sudah bisa beraktifitas tenang.
Serangan habis-habisan yang dilakukan pemerintah ke Ghuta merupakan implementasi dari kemarahan pemerintah atas ketidak-amanan ibukota yang sering menjadi target kelompok bersenjata, bahkan airport internasional Damaskus saja sering menjadi target. Bagaimanapun ibukota adalah wajah pemerintahnya, mana ada pemerintah yang mau menerima ibukotanya diserang oleh kelompok bersenjata yang ingin menjatuhkannya.
Warga sipil tak berdosa adalah yang paling banyak menjadi korban, seperti perang-perang sebelumnya di Aleppo, Homs, Dier Zour, dan Hama, dan mungkin juga sebentar lagi di Idlib. Kisah pilu dari warga sipil yang selamat sangat menyayat hati, mereka tidak punya pilihan lain, mereka juga tidak mau berada di posisi itu, tapi apa daya.
Sudah kita katakan sebelumnya bahwa Ghuta akan berakhir seperti ini, skenario Aleppo akan terulang di Ghuta, dan bus hijaupun akan antri menunggu kelompok bersenjata untuk diangkut ke Idlib. Kita katakan itu sejak awal bukan karena kita dukun, tetapi karena melihat pengalaman sebelumnya, dan yang terpenting kita sangat yakin bahwa negara-negara pemilik Media yang setiap hari memberitakan tentang perang Ghuta tidak akan mengirimkan bantuan pasukan atau pesawat untuk menyelamatkan warga Ghuta, mereka cukup berperan sebagai "tukang gembosi" saja, sama seperti sebelumnya di Aleppo, Homs dan kota-kota lain, setelah menyebarkan #SaveAleppo #SaveHoms ya sudah, #SaveGhuta pun akan segera dilupakan, mungkin kita akan menunggu #SaveIdlib!

Semoga Allah merahmati para korban perang itu, baik dari pihak pemerintah maupun pihak oposisi, apapagi warga sipil yang tak berdosa. Setelah episode Ghuta, pertanyaan selanjutnya wilayah mana lagi yang akan "di-Ghuta-kan"? Untuk itu, biarlah waktu yang menjawab. Tahrir Rakyul Youm.





*Keterangan : Sumber dari fb. Judul hanya tambahan dari admin, sementara konten tulisan diambil dari akun FB penulisnya

0/Post a Comment/Comments