Para Ilmuwan Palestina Jadi Target Operasi Intelijen Israel

Masih ingat dengan pembunuhan misterius terhadap imam masjid asal Palestina di Malaysia baru-baru ini? Selain sebagai imam masjid dan penghapal al-Qur'an, ia merupakan ilmuwan asal palestina yang terkemuka dalam bidang energi. Berikut analisa oleh Saief Alemdar, kenapa ia menjadi target operasi intelijen.


Tampaknya Israel sudah sangat menyadari bahwa Gerakan Hamas semakin hari semakin mengikuti metode “self-defense” Hizbullah Lebanon, yaitu dengan mendidik anak mudanya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan menciptakan senjata mutakhir, khususnya rudal dan drone. Makanya, Israel terus membersihkan para ilmuwan Islam dan Palestina yang ahli dalam bidang tersebut, terakhir adalah operasi Mossad yang membunuh Dr. Muhammad Zouari (49 tahun) di Tunis 2016 dan dua hari lalu membunuh Dr. Fady Al Batsh (35 tahun) di Malaysia.

Operasi intelijen Israel yang menargetkan para ilmuwan Palestina di dalam ataupun luar Palestina tampaknya telah mendorong Hamas dan kelompok resistensi lainnya untuk memindahkan perang dengan Israel ke luar Palestina. Terkait hal ini, setidaknya ada dua kubu di dalam Hamas sendiri yang memiliki perspektif yang berbeda dalam menyikapi perkembangan terakhir tersebut:
Pertama: Kubu pertama meminta agar Hamas langsung membalas setiap kejadian pembunuhan terhadap kader-kader Palestina, baik di dalam maupun di luar Palestina. Seperti yang pernah dilakukan oleh PLFP dulu ketika membunuh Menteri Pariwisata Israel, Rehavam Ze'evi.
Kedua: Kubu ini meminta Hamas untuk hati-hati, karena ini adalah “trap” yang dibuat Israel untuk menarik Hamas agar melakukan operasi pembalasan di luar Palestina, dengan ini Israel dapat dengan mudah menyematkan label “teroris” kepada Hamas, seperti yang disematkan kepada PLFP sebelumnya, ketika PLFP melakukan pembajakan pesawat, dan peledakan Kedutaan Israel di berbagai negara pada tahun 80-an. Kubu ini mengajak Hamas untuk bergerak seperti Hizbullah Lebanon, yang hanya melakukan operasi di dalam saja, kecuali sekali-kali boleh lah. Seperti, peledakan bus yang mengangkut para wisatawan Israel di Bulgaria dan peledakan Kedutaan Israel di Buenos Aires beberapa tahun lalu, meskipun sampai saat ini belum ada bukti nyata bahwa pelakunya adalah Hizbullah, namun demikian yang dituduhkan oleh Israel.
Kubu pertama berasumsi bahwa Mossad sudah keterlaluan, para kader Hamas dibunuh sesukanya di negara-negara Arab dan negara Islam, tetapi tidak ada kecaman sama sekali baik dari negara-negara Arab maupun negara Barat terhadap tindakan tersebut. Lagian, Hamas sudah terlanjur dimasukkan dalam kategori kelompok teroris, jadi nothing to lose kalaupun Hamas melakukan operasi di luar.
Tidak jelas kubu mana yang akan menang, yang pasti terbunuhnya Zouari dan Batsh merupakan kerugian besar bagi Hamas, khususnya Al Qassam selaku sayap militernya. Zouari adalah warga Tunisia dan juga otak dibalik terciptanya drone Ababil Hamas, sedangkan Batsh adalah otak dibalik pengembangan teknologi roket Hamas. Meskipun pejuang seperti itu di tubuh Hamas akan mudah digantikan, karena belum patah sudah tumbuh, belum hilang sudah berganti!
Revenge atas pembunuhan Fadi Al Batsh pasti akan dilakukan, hanya masalah tempat dan waktu saja. Sama seperti dulu Al Qassam pernah berjanji akan membalas atas pembunuhan Yahya Ayyash tahun 1996, dan janji itupun ditepati.

Ini adalah perang panjang, dan pembunuhan terhadap para pejuang adalah salah satu episodenya. Namun pada akhirnya, kebenaran akan menemui jalannya sendiri, meskipun jalurnya berkelok-kelok. Biarlah waktu yang menjawab. Tahrir Rakyul Yaum





Sumber : Fb. konten dan gambar diambil dari akun fb penulis

0/Post a Comment/Comments