Catatan Singkat, Dinamika Sosial-Politik Buton Utara Menjelang Pilcaleg 2019



  Oleh  Hasruddin Jaya*
                                                         
Sudah hampir dua minggu saya berada di Buton Utara, berkeliling kesana kemari. Berpindah dari ruang koja-koja warga yang satu ke yang lainnya, semua tak lain untuk bersilaturahmi.

Ruang itu cukup memberi banyak pelajaran dan manfaat yang tidak bisa dituangkan dalam tulisan singkat ini, tetapi insya Allah bisa di obrolkan.

Selain pelajaran dan manfaat, diruang koja-koja itu saya di pertemukan dengan berbagai keluh kesah, kesyukuran, kritik, pujian, dan sanjungan atas prilaku pemerintah di Negeri saya saat ini.


Dua tahun lagi menjelang Pilkada, siapa Bupati selanjutnya.? Ungkapan itu selalu menjadi perbincangan menarik menjelan Pilcaleg 2019 mendatang diberbagai ruang koja-koja yang saya jumpai.

Ruang koja-koja warga yang saya jumpai telah berbicara soal itu. Menurut saya ini tidak salah, semua dibenarkan dalam undang-undang kebebasan berbicara dan berpendapat dimuka umum baik lisan maupun tulisan.

Apa lagi menjelang Pilcaleg 2019, tentu hitungan-hitungan konkritnya dimulai dari peroleh kursi Partai Politik di DPRD. Maka tak heran bila komposisi figur ditiap tiap partai mulai diramu dan dipersiapkan sematang mungkin untuk bertarung di Pilcaleg 2019 mendatang.

Sebahagian nama-nama itu telah terkuak dan menjadi perbincangan publik. Bermula dari nama-nama tersebut muncul perbincangan perolehan kursi DPRD dimasing-masing Partai Politik.

Kemudian dari prediksi perolehan kursi DPRD masing-masing Partai Politik tersebut menghadirkan perbincangan siapa Bupati Buton utara selanjutnya.? Apakah masih akan dipegang oleh petahana, Drs. H. Abu Hasan, M.Pd atau di isi oleh sang penantang.? Ini masi misteri.

Namu bila peroleh jumlah kursi Partai Politik dijadikan sebagai acuan untuk menyatakan siapa Bupati Buton Utara selanjutnya, saya adalah orang pertama yang tidak bersepakat dengan pendapat demikian.

Sebab pada Pilkada Buton Utara, 2015  lalu telah terbantahkan. Drs. H. Abu Hasan, M.Pd telah membuktikan, diusung oleh empat kursi DPRD dari Partai Politik mampu menumbangkan petahana yang diusung oleh puluhan kursi DPRD dari berbagai Partai Politik.

Olehnya saya berpandangan, Bupati Buton selanjutnya akan sangat ditentukan oleh karismatik figur dan kemampuan mengelolah opini serta kepiawaian mencipta momentum. Sedangkan perolehan kursi DPRD Partai Politik adalah kendaraan polituk menuju pertaruang antara petahana dan penantang, singkatnya adalah tiket untuk menjadi calon.

Bila para figur hendak maju sebagai calon Bupati kedepan, maka menurut saya, design geraknya harus sudah diramu sebelum pelaksanaan Pilcaleg 2019 mendatang. Ini penting menurut saya dalam menentukan langkah dan kerja-kerja kedepan.

Menurut saya, langkah yang berkemungkinan dilakukan oleh petahana dalam waktu sekarang adalah memperkuat komposisi figur di Pilcaleg 2019, mengeratkan hubungan kembali dengan arus bawah khususnya para tokoh, memasifkam program-program kerakyatan yang tepat sasaran, memperbaiki kerja-kerja birokrasi, dan memaksimalkan sisa jabatan untuk menarik simpati berbagai kalangan.

Sedangkan langkah yang berkemungkinan dilakukan oleh penantang dalam waktu sekarang adalah memantapkan diri, mendorong lahirnya komposisi figur yang kuat di Pilcaleg 2019, merekayasa lahirnya kelompok simpatisan dari berbagai kalangan, membanguh hubungan baik dengan semua elemen, dan memaksimalkan segala peluang.

Langkah-langkah tersebut yang saya tulis diatas adalah kesimpulan singkat saya dari dinamika sosial-politik yang terjadi di Buton Utara. Kedua langkah tersebut bisa benar dan bisalah, semua tergantung situasi dan kondisi.

Kalibu, 20 Juni 2019.

* Anggota Komunitas Pemuda Peduli Buton Utara
(KOPI BUTUR)

Sekaligus Ketua Komisi Media PB HMI (MPO)

0/Post a Comment/Comments