Oleh Iman Munandar
Di antara pembaca mungkin sudah kenal dengan nama Waraqah
bin Naufal. Dalam berbagai buku Sirah Nabawiyah (Sejarah Nabi Muhammad Saw.)
disebutkan, tatkala Rosulullah Saw. Pertama kalinya menerima wahyu dari
malaikat Jibril, dan beliau masih belum yakin atas peristiwa tersebut (diutus
sebagai Rosul), Istrinya tercinta Khadijah binti Khuwalid membawa beliau
menghadap Waraqah.
Waraqah dikenal sebagai saudara sepupu Khadijah, seorang
pemeluk kristen, dan mengetahui seluk beluk kitab Injil dan Taurat. Setelah
Khadijah menceritakan kejadian yang dialami suaminya, Waraqah membenarkan
bahwasanya Muhammad seorang Rosul Allah (utusan Allah). Itu sekilas yang saya
ketahui tentang Waraqah.
Kali ini saya akan menceritakan mengapa Waraqah memilih
agama yang berbeda dengan agama leluhurnya (Jahiliyah) sebagaimana kaum Quraisy
pada umumnya.
Dalam buku Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, terdapat 4
orang Quraisy yang tidak mengikuti kebiasaan kaumnya seperti mengagungkan
patung yang ada di Ka’bah, duduk berdoa disisinya, menyembelih hewan kurban
untuknya, dan thawa di sekililingnya. Mereka berempat bersahabat dan berjanji
memegang rahasia di antara mereka berempat. Mereka adalah Waraqah bin Naufal,
Ubaidillah bin Jahsy, Utsman bin AlHuwairits, Zaid bin Amr. Sebagian di antara
mereka berkata kepada sebagian yang lain: "Demi Allah, belajarlah kalian,
karena kaum kalian tidak berada pada kondisi yang bisa diandalkan. Karena
mereka telah menyeleweng dari agama nenek moyang mereka, Ibrahim. Batu yang
kita thawaf di sekitarnya itu hanyalah batu yang tidak mendengar, tidak
melihat, tidak bisa memberi madharat, dan tidak bisa memberi manfaat. Wahai
kaum, carilah satu agama untuk untuk diri kalian, kalian tidak berada pada
sesuatu yang tidak benar." Lalu mereka menyebar ke berbagai negeri untuk
menemukan agama Ibrahim yang lurus (hanafiyyah).
Waraqah bin Naufal masuk kristen, dan mempelajari
kitab-kitab dari ahli kitab. Dan ia memperoleh ilmu dari mereka. Ia
mendengarkan cerita Khadijah tentang pengalaman permulaan wahyu yang dialami
oleh suaminya. Ia menegaskan apa yang dialami oleh Rosulullah Saw., pernah
dialami juga oleh Nabi sebelumya. Seperti malaikat Jibril yang diutus oleh
Allah kepada Nabi Musa. Ia merupakan seorang yang sudah lanjut usia dan
kehilangan penglihatan. Tutur katanya di hadapan Rosulullah Saw., andaikan ia
masih muda perkasa dan masih hidup tatkala Rosulullah diusir oleh kaumnya, ia
akan sekuat tenaga membantu Rosulullah Saw. Setelah itu Waraqah meninggal
dunia, sementara dalam beberapa waktu lamanya Rosulullah tidak menerima wahyu
lagi.
Ubaidillah bin Jahsy, ketika ia mencari hanafiyyah Ibrahim
hingga masuk Islam. Ia ikut bersama istrinya (ummu Habibah binti Abu Sufyan)
hijrah ke Habsyah. Tatkala di Habsyah, ia keluar dari Islam dan memeluk agama
Kristen, dan mati dalam keadaan memeluk agama Kristen. Kemudian, Raja Najasy
menikahkan Ummu Habibah dengan Rosulullah. Sementara yang menjadi wakil
Rosulullah adalah Khalid bin Sa’id bin al-Ash.
Utsman bin AlHuwairits pergi menemui Kaisar Romawi, kemudian
masuk Islam. Dan memperoleh kedudukan di sisinya. Ibnu Hisyam tidak
menceritakan secara detail.
Sedangkan Zaid bin Amr tidak memeluk agama Yahudi maupun
Kristen. Ia meninggalkan agama kaumnya. Di depan kaumnya menyuarakan secara
lantang tentang penyimpangan agama kaumnya dari Hanafiyyah Ibrahim. Kaumnya tidak
menyukainya, tatkala ia menentang dan mengkritik penyimpangan kaumnya, ia
selalu diusir dan dikeroyok karena khawatir merusak agama nenek moyang mereka. Ia
pergi ke arah Syam menelusuri Hanafiyyah Ibrahim, dan bertanya ke tiap pendeta hingga
bertemu dengan seorang pendeta di bukit di wilayah AlBalqa'. Ia menanyakan
tentang agama Ibrahim, kemudian pendeta menjelaskan tentang kemunculan dan
telah diutusnya seorang Nabi dari negerinya Zaid. Kemudian ia kembali ke Mekkah,
namun di tengah perjalanan di negeri-negeri Lakhm, penduduknya membunuhnya.
Komentar Rosulullah tentang Zaid bin Amr
Ibnu Ishaq berkata: Aku diberitahu bahwa anak Zaid, Sa id
bin Zaid bin Amr bin Nufail, dan Umar bin Khaththab, ia adalah sepupunya
berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam: "Bolehkah kita
memohon ampunan untuk Zaid bin Amr?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa
Sallam bersabda: "Boleh. Sungguh, dia akan sendirian sebagai satu
umat." (dikutip dari Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam)
Kerusakan akidah yang menimpa penduduk Mekkah sudah semakin
parah, jadi wajar 4 orang Quraisy menelusuri hanafiyyah Ibrahim. Mungkin sedikit
yang saya jelaskan. Sampai ketemu lagi di tulisan berikutnya.
Iman Munandar, selesai di kaki Gunung Gede Pangrango yang
dingin.