Perbandingan Kekuatan Jaringan Politik antara Prabowo dan Jokowi

Dalam negara yang menganut sistem demokrasi, kekuatan jaringan sangat diperhitungkan untuk memenangkan pesta demokrasi. Begitu pula Indonesia akan mengadakan pemilu serentak, khususnya Pilpres 2019 kekuatan jaringan mutlak diperlukan oleh pasangan Capres-cawapres. Presiden Jokowi sebagai petahana sudah fiks maju kembali, sementara Prabowo kemungkinan besar maju lagi berhadapan dengan Jokowi. Kali ini admin akan memposting "Hitung-hitungan Jaringan Politik Jokowi & Prabowo" yang ditulis oleh Tengku Zulkifli Usman.


Hitung Hitungan Jaringan Politik Prabowo & Jokowi.
****
Salah satu hal yang harus dipertimbangakan dengan matang oleh capres dengan negara tipikal indonesia adalah Jaringan.
Jaringan yang dimaksud disini meliputi jaringan elit politik, elit intelijen, jaringan media, elit pendukung logistik materi dan jaringan lobi luar negeri.
Saat ini, hanya ada 4 partai politik di indonesia yang memiliki semua jaringan diatas dengan baik. PDIP, Golkar, Gerindra dan Demokrat.
Jaringan ini sangat urgen bahkan lebih urgen dari sekedar sebuah partai politik pendukung atau pengusung.
Jaringan elit politik misalnya adalah dimana seorang calon presiden bisa mengakses sebanyak mungkin sumber daya untuk pemenangannya dalam pemilu.
Jaringan intelijen misalnya dimana seorang capres bisa mengakses semua kebutuhan informasi informasi sensitif untuk meminimalisir kecurangan dan lebih mengetahui gerak gerik lawan di level elit.
Jaringan dana misalnya dimana seorang capres bisa memenuhi kebutuhan perjuangan menuju istana, mengingat mayoritas rakyat indonesia masih hidup dengan income perkapita dibawah 5000USD, dana perjuangan beda dengan money politic, dana perjuangan disebabkan indonesia adalah negara besar dan luas.
Jaringan media juga merupakan kebutuhan vital mengungat ini adalah era informasi dan era millenial-digital, dimana 100 juta penduduk indonesia saat ini sudah mengakses internet.
Jaringan luar negeri juga tidak kalah penting mengingat negara dengan tipikal indonesia masih membutuhkan kerjasama luar negeri untuk membuat deal deal yang "saling menguntungkan" pasca kemenangan pilprs nanti, hal ini tidak bisa dihindari. Dalam politik disebut dengan teori interdependensi.
Melihat realitas diatas, maka sudah sangat tepat jika prabowo berkoalisi dengan Demokrat, dua partai ini sama sama punya semua jaringan diatas dengan baik untuk mengimbangi poros PDIP-Golkar yang mengusung Jokowi.
Di blok prabowo kali ini kekuatannya sudah mulai berimbang dengan kekuatan petahana jika melihat semua kebutuhan jaringan diatas, kita masih ingat pilpres 2014 bagaimana jaringan jokowi bermain cantik sampai ke MK. Mau duakui atau tidak ini adalah ranah politik yang memang serba abu abu.
Prabowo kekurangan banyak jaringan elit di 2014 sehingga dengan mudah dikalahkan oleh blok jokowi. Prabowo 2014 terlalu mengandalkan jaringan menengah kebawah dan tidak terlalu menguasai medan elit atas baik intelijen maupun media.
Jika melihat komposisi kekuatan yang saat ini mengusung prabowo, maka nafas prabowo ada di jaringan Prabowo sendiri, jaringan SBY-Demokrat, dan secara personal ada jaringan Anies Baswedan dan Tommy Seoharto yang juga tidak kalah kuat.
Sedangkan Secara partai Politik, PAN-PKS-PBB-Berkarya tidak akan memberikan banyak kontribusi karena survei terbaru menunjukkan ketiga partai ini dalam posisi dititik nadir dibawah 4%.
Jika melihat komposisi kekuatan politik yang saat ini mengusung Jokowi, maka nafas Jokowi ada pada jaringan PDIP, Golkar dan Jaringan PKB, selebihnya hanya pelengkap, Jokowi sendiri bahkan gak punya jaringan apa apa dan hanya sebagai pigura semata.
Karena kalau secara partai politik pengusung Jokowi, PPP-Nasdem-Perindo-Hanura sama sama tidak membawa efek apa apa. Mereka juga dititik nadir. Media milik HT dan Surya Paloh saja yang sedikit ngefek dalam hal ini.
Sedangkan secara Personal, Jaringan Luhut, Moeldoko dan Jusuf Kalla layak diperhitungkan secara matang oleh blok prabowo, kekuatan jaringan personal ini bisa dibendung oleh kekuatan Hasyim, Tommy dan Jenderal jenderal di belakang Prabowo kelak, Prabowo harus lebih agresif merekrut jenderal dari sekarang.
Kalau melihat secara menyeluruh, kekuatan jaringan saat ini antara blok prabowo dan jokowi sama sama kuat dan bisa dikatakan sudah draw. Plus nya prabowo saat ini adalah dengan adanya SBY-Demokrat disamping prabowo maka kualitas dan kuantitas jaringan Prabowo bertambah kuat dari 2014.
Sedangkan kekuatan jaringan Jokowi saat ini tidak banyak mengalami peningkatan, Jokowi hanya menang karena posisi nya sebagai petahana, selain itu belum ada peningkatan kaulitas jaringan yang signifikan, dengan hitung hitungan diatas kertas, maka peluang prabowo mengalahkan Jokowi semakin terbuka lebar jika tidak ada gempa politik.
Bagaimana dengan mitos 9 naga disamping Jokowi 2019? Info terkini mereka juga sudah mulai hitung hitungan untuk nguras dompet lebih dalam buat jokowi jika kondisi jokowi masih stuck sampai sekarang yang hanya punya elektabilitas masih dibawah 50%.
Presiden Indonesia 2019 berpeluang berganti, istana berpeluang besar dihuni oleh presiden baru.

Tengku Zulkifli Usman.
Analis Politik.

Sumber : Fb

0/Post a Comment/Comments