Mengenal Kemajuan Ekonomi dan Ilmu Pada Zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid

Oleh Laila Maisyarah


Suatu negara dikatakan maju apabila rakyat yang berada di negara tersebut terpenuhi segala kebutuhannya. Baik itu kebutuhan sandang, pangan dan juga papan serta kebutuhan akan kebebasan menyampaikan pendapat, memperoleh ilmu pengetahuan dan fasilitas kesehatan yang memadai serta kebutuhan lainnya. Dalam mencapai negara yang maju dengan rakyat yang makmur, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang hebat. Pemimpin yang bijaksana, cerdas dan memikirkan kepentingan masyarakat diatas kepentingannya sendiri. Dan hal ini pernah terealisasikan pada zaman kekhalifahan Abbasiyah dibawah kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
   Harun Ar-Rasyid terlahir pada tahun 763 M di Rayy, Teheran, Iran. Beliau merupakan putera dari Khalifah Al-Mahdi bin Abu Ja’far Al-Mansur khalifah Abbasiyah ketiga dengan ibunya bernama Khaizuran. Khalifah Harun Ar-Rasyid kecil ditempa dengan pendidikan agama islam dan pemerintahan di lingkungan istana. Dengan salah satu guru yang populer yaitu Yahya bin Khalid. Ditempa dengan ilmu pendidikan yang baik membuat Khalifah Harun Ar-Rasyid tumbuh menjadi anak yang berkepribadian kuat, berotak encer dan fasih dalam berbicara. Dan pendidikan dari kecil inilah yang membuat Harun Ar-Rasyid sangat mencintai ilmu pengetahuan. Yang nantinya akan beliau realisasikan pada saat masa pemerintahannya.
Sebelum dinobatkan sebagai khalifah, saat remaja Khalifah Harun Ar-Rasyid ditempa sang ayah dengan memimpin ekspedisi militer untuk menaklukan Bizantium, dan juga pernah menjadi gubernur di As-Siafah pada 779 M. Khalifah Harun Ar-Rasyid menduduki tahta tertinggi sebagai Khalifah pada tahun 786 M, dan menjadi khalifah kelima di Dinasti Abbasiyah. Kemajuan intelektual memicu bangkitnya zaman pencerahan islam. Dan hal ini dilakukan oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid, dimana pada pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid ilmu pengetahuan berada pada puncak keemasannya. Pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid, Islam berada pada masa keemasan atau dikenal dengan The Golden Ages of Islam. Pada masa ini, kaum cendikiawan datang ke kota Baghdad membawa berbagai macam aliran serta disiplin ilmu pengetahuan.
Selain itu, khalifah juga mendorong para ulama untuk menerjemahkan kitab-kitab bahas asing ke dalam bahas arab agar mudah dipelajari oleh umat Islam. Untuk menunjang semua hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, Khalifah Harun Ar-Rasyid pun mendirikan Baitul Al-Hikmah. Dimana Baitul Al-Hikmah ini merupakan pusat ilmu pengetahuan Baghdad saat itu. Selain ilmu pengetahuan, Khalifah Harun Ar-Rasyid juga berusaha dalam memajukan perekonomian umat Islam, sehingga pada masa itu perekonomian umat islam sangat berkembang pesat.
Demi mendukung pertumbuhan ekonomi, Khalifah Harun Ar-Rasyid mendirikan Baitul Maal untuk mengurusi keuangan negara. Kemudian khalifah menunjuk seorang wazir (menteri) yang mengepalai beberapa diwan. Pertama, Diwan Al-Khazanah yang bertugas mengurusi perbendaharaan negara. Kedua, Diwan Al-Azra’ yang bertugas mengurus kekayaan negara yang berbentuk hasil bumi seperti pertanian, emas, perak, tembaga dan besi. Ketiga, Diwan Khazain As-Siyah yang bertanggung jawab atas kesejahteraan para tentara, termasuk kesejahteraan keluarga tentara saat mereka berjuang di medan perang.
Sumber pendapatan pada masa ini yaitu kharaj, jizyah, zakat, fa’i. Ghanimah, usr, dan harta warisan yang tidak memiliki ahli waris. Kharaj merupakan pajak dari hasil pertanian dan perkebunan, yang diwajibkan kepada non-muslim sebagai pengganti zakat. Jizyah merupakan pajak yang dibayarkan non-muslim kepada negara, karena negara telah memberikan perlindungan kepdanya. Zakat ada hal yang wajib harus dibayarkan oleh umat Islam dan disetorkan kepda negara. Ganimah merupakan harta rampasan hasil dari sebuah peperangan. Sedangkan usr adalah pajak perdagangan atau biasa kita kenal dengan bea-cukai.
Sumber pengeluaran negara sendiri terdiri dari pembiayaan riset dan penelitian ilmiah, penerjemahan buku-buku Yunani, biaya pertahanan dan belanja pegawai, serta membiayai para tahanan dalam rangka menyediakan makanan dan pakaian, baik itu musim dingin maupun musim panas. Dari masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan mengembangkan ilmu pengetahuan, selain mencerdaskan masyarakat kita juga dapat membangun dan membangkitkan perekonomian. Karena dengan masyarakat yang cerdas sebuah negara akan memiliki banyak sumber daya manusia yang berkompeten dalam mengurus masalah terkait perekonomian yang ada pada negara tersebut. 

0/Post a Comment/Comments