Oleh
: Nur khofifah
Salah satu ciri manusia modern di akhir zaman ini adalah mudah
kehilangan pegangan. Dia cepat galau dan gampang terjebak kabar hoax alias
berita bohong. Anehnya fenomena itu bukan karena mereka kekurangan pengetahuan
atau miskin wawasan. Bukan pula sebab orang itu tak paham kecanggihan
teknologi. Justru semua itu dikuasai secara mumpuni.
Sayangnya ada satu hal yang terlupa. Mereka begitu pandai tentang
urusan dunia yang sifatnya fana, tapi buta dan lalai terhadap perkara akhirat yang
sudah pasti.
Sebagaimana
firman Allah SWT :
“ Mereka
hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedangkan mereka
tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Ar-Rum [30]:7).
Akibatnya meski mereka punya
Al-Qur’an sebagai panduan hidup, nyatanya umat islam tetap saja jadi
terbelakang dan terpinggirkan. Bukan karena isi Al-Qur’an yang berubah atau
kekuatannya diambang kadaluarsa, tetapi karena kaum Muslimin jauh dari ajaran
Al-Qur’an. Padahal Al-Qur’an adalah sumber kekuatan. Al-Qur’an adalah jalan
untuk menuju kemenangan. Itulah yang membuat generasi Islam terdahulu bisa
berjaya.
Oleh karena itu, mari
kita kaji kembali kekuatan Al-Qur’an yang dahsyat itu. Sekaligus menelaah apa
sebenarnya yang hilang dari umat Islam saat ini.
Dahsyatnya Al-Qur’an
Di akhir zaman ini, manusia akan
diliputi keresahan. Seolah berada dititik kulminasi, tepat dipuncak
kegelisahan. Pada zaman dahulu, banyak ramalan-ramalan dan
analisis kehidupan akhir zaman sudah muncul. Malapetaka dan musibah berulang
kali terjadi didepan mata. belum lagi soal ledakan penduduk, kurangnya stok
makanan, polusi udara, pemanasan global, pertikaian
antar bangsa yang tiada henti, dan masih banyak masalah lainnya.
Persoalan diatas semakin menegaskan
tentang penting umat islam agar kembali kepada Al-Qur’an. Inilah pegangan hidup
yang sebenar-benarnya, yang mampu menjawab semua tantangan zaman. Allah SWT
sudah meletakkan kaidah-kaidah dasar untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan.
Seberapa pun
beratnya persoalan, semua pasti bisa diatasi dengan panduan Al-Qur’an.
Allah
SWT berfirman :
“Bulan
Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur’an sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” (Al-Baqarah [2]:185).
Namun mengapa al-Qur’an ini seolah
tidak seindah dan tak semenarik sebagaimana mestinya? Mengapa kebanyakan
manusia mengakui al-Qur’an sebagai pedoman hidup, tapi cenderung
mengabaikannya?
Disadari atau tidak, terkadang manusia merasa punya kemampuan hebat
pada dirinya. Ada rasa jumawa, seolah tidak butuh dengan petunjuk al-Qur’an.
Akhibatnya, petunjuk, penjelasan, hingga kekuatan yang terkandung di balik
al-Qur’an tak pernah benar-benar serius digali dan dipelajari oleh kaum
Muslimin. Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Umat islam
harus segera menyadari peran besar al-Qur’an untuk kebahagiaan dan keselamatan
manusia di dunia dan akhirat.
Dalam sejarah, kaum Muslimin sebenarnya telah kaya dengan
pengalaman masa lalu. Bahwa kemelut serta keresahan yang melanda manusia tidak
ada yang mampu diselesaikan secara tepat kecuali dengan al-Qur’an.
Bahkan sebelum satu kasus terjadi, jauh hari al-Qur’an telah
menjelaskan semua peristiwa di alam semesta. Sehingga ketika itu terjadi, jawaban
itu sudah ada dalam kitab yang mulia tersebut. Allah SWT yang menururnkan
al-Qur’an memang sudah tahu persis setiap permasalahan manusia. Ini berlaku
hingga akhir zaman. Jadi, sebenarnya manusia ini tak perlu bngung apalagi
kehilangan keseimbangan hidup.
Al-Qur’an merupakan kebutuhan manusia secara mutlak, lebih dari
sekedar isi dan kandungannya. Kalau Cuma isinya, al-Qur’an tak perlu diturunkan
sebanyak 114 surah. Tidak perlu pula mengulang-ulang kisah yang sama seperti
kisah Nabi Adam, Ibrahim, Musa, dan Nabi Muhammad sendiri. Al-Qur’an juga bukan
sekedar pengertiannya yang dipentingkan. Meskipun membaca al-Qur’an tanpa
memahami maknanya, jangan dikira tidak akan mendatangkan manfaat.
Apalagi jika dibaca dengan mengaktifkan seluruh instrumen diri dalam
mentadabburi bacaan. Akan ada tali kecapi batin yang tersentuh. Ia bisa
melahirkan kekuatan luar biasa, bahkan melampaui dimensi-dimensi yang selama
ini dijangkau otak manusia yang terbatas.
Kemunduran umat islam saat ini tidak lain karena berkurangnya
keyakinan bahwa ada kekuatan Maha Hebat yang dititipkan pada mukjizat
al-Qur’an. Mereka tidak memerankan potensi yang dititip Allah SWT kaitannya
dengan tugas kekhalifahan untuk berkarya dan mengelola dunia. Karena
sesungguhnya al-Qur’an itu spektakuler sepanjang masa.
Solusi
Dari al-Qur’an
Jika
kaum muslimin sudah lama mengetahui potensi ilahiah, potensi kekhalifahan,
serta jalur menemukan potensi hebat tersebut, boleh jadi kita sudah lama
melakukan hal-hal spektakuler. Uniknya, kebanyakan manusia menganggap sebagai
sesuatu yang aneh. Padahal sebenarnya hal itu terlalu mudah jika Allah SWT
menghendaki.
Allah
SWT berfirman:
“Wahai
bangsa jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit
dan bumi, maka lintasilah. Kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan.” (Ar-Rahman [55]: 33).
Masing-masing kita tentu punya
pengalaman yang berbeda dengan lainnya. Misalnya setiap membaca al-Qur’an
terasa ada hal baru yang diberikan Allah SWT.
Acap kali ia mengulang membacanya,
seolah ada sesuatu lagi yang Dia sampaikan dalam dialog tersebut. Selalu ada
hijab yang tersingkap, ada jawaban yang terbentang, ada pemecahan masalah yang
ditemukan setiap menyimak huruf-huruf dari al-Qur’an sebagai wahyu ilahi. Saat
ini manusia modern begitu disibukkan dengan berbagai macam berita dan peristiwa
yang dibaca melalui berbagai media cetak maupun elektronik. Karena konsumsi
yang berlebihan, syaraf-syaraf diotak mereka menjadi tegang. Berbeda ketika
membaca al-Qur’an rutin setiap hari. Bukan saja akan mendapatkan kesegaran otak
dan ketenangan jiwa, tetapi juga memperoleh bayangan-bayangan dari peristiwa
yang terjadi disekitarnya. Kedengaran aneh dan seperti tidak mungkin. Tapi
kalau mau jujur, seringkali ada lintasan inspirasi dan ilham saat membaca atau
usai menyimak bacaan al-Qur’an.
Untuk itu sekali lagi, bacalah
al-Qur’an secara rutin setiap hari. Selama keyakinan itu terpatri bahwa
al-Qur’an adalah wahyu Ilahi dan mukjizat sepanjang zaman, niscaya bagaimanapun
sulitnya otak memahami, namun kenyataan berkata, ada keajaiban yang terjadi.
Diluar dugaan tiba-tiba seseorang
memperoleh ketenangan disaat firman Allah SWT asyik dibaca dan ditadabburi.
Bahkan terkadang ketegangan dan kegundahan yang begitu mengusik perasaan dan
menjadi beban hidup, tiba-tiba lenyap seketika. Demikian itu sesungguhnya
dampak dari penyakit al-wahn yang diderita oleh kebanyakan manusia.
Merka begitu mencintai dunia dan disaat yang sama begitu takut terhadap urusan
Akhirat. Setiap waktu urat syarafnya tegang karena menghadapi tekanan dari
obsesi urusan duniawi yang tak pernah ada habisnya. Ia lupa bahwa dengan membaca
al-Qur’an, bukan hanya memenangkan pikiran saja tetapi juga akan menentramkan
hati, tapi juga akan memberikan solusi dari segala kesusahan dan segala
keruwetan hidup.
Amalkan
dan Rasakan Nikmatnya
Al-Qur’an
bukanlah bacaan apalagi nyanyian yang sekedar dibaca berulang-ulang tanpa
makna. Al-Qur’an adalah pedoman dan sumber kekuatan untuk meraih kejayaan dan
kemenangan.
Allah
SWT berfirman:
“Wahai
manusia (sungguh) telah datang kepadamu pelajaran (al-Qur’an) dari Tuhanmu,
penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang yang beriman.” (Yunus [10]: 57).
Dahulu, sering ada kisah soal
keyakinan yang mengagumkan di kalangan para ulama atau orang-orang shalih.
Orang-orang tua juga seringkali mengisahkan hal serupa.
Cerita sederhananya, terkadang ada
rasa merinding jika sedang berjalan sendirian ditengah hutan atau tempat yang
gelap. Entah karena takut dengan binatang buas atau sesuatu yang lainnya. Maka
cukup dengan membaca beberapa ayat saja, rasa takut itu seketika hilang.
Contoh diatas bisa saja dianggap
sugesti dalam diri saja. Tapi sebenarnya itu adalah bagian kayakinan terhadap
alQur’an sebagai mukjizat. Makhluk-makhluk menakutkan itu bisa disingkirkan
oleh getaran wahyu. Mereka juga makhluk dan ada Zat Maha Kuat yang mengendalikannya.
Lebih dari itu, jiwa manusia bisa tenang dengan membaca ayat-ayat Allah SWT.
Demikian halnya saat lapar, lalu kita membaca al-Qur’an. Terkadang
kalu sudah keasyikan membaca, rasa lapar itu tidak terasa lagi hingga ia
menyelesaikan bacaan al-Qur’an. Diakui, keasyikan terhadap pekerjaan lain juga
bisa menimbulkan hal yang sama. Lupa terhadap apa yang dirasakan sebelumnya.
Tapi karena ini wahyu dan firma Allah SWT, maka tidak mustahil saat ayat-ayat
itu dicerna, tiba-tiba ada sesuatu yang menyenangkan tanp melalui proses
biasanya.
Jadi tak perlu diherankan lagi, kendatipun kelihatannya tidak
ilmiah. Ini adalah kerja malaikat yang mesti diyakini orang beriman.
Setidaknya ayat diatas tadi bisa menjadi motivasi buat kita semua
untuk mendorong agar kita terus membaca dan membersamai al-Qur’an, serta
mempelajari dan mengamalkannya sebagai satu-satunya sumber yang tak pernah
habis digali potensinya. Beda dengan
potensi alam sekitar kita, yang sudah hampir habis dikuras oleh manusia itu
sendiri.sedangkan potensi diri dan
potensi al-Qur’an belum tergali sebagaimana yang telah Allah SWT perintahkan
kepada kita (manusia).
Umat islam harus meyakini bahwa akan tiba masa dimana para pemikir,
cendikiawan, ataupun ilmuwan, selama tidak berbasis dengan nilai al-Qur’an,
akan kebingungan dengan ilmunya sendiri. Dan pada saat itu kita datang
menawarkan dan meneguhkan al-Qur’an. Siapa yang mengamalkan ajaran al-Qur’an
sebagaimana mestinya, niscaya akan betul-betul meraih ketenangan, kenikmatan,
dan kemenangan dalam hidupnya. Semua permasalahan hidup yang menderanya selama
ini akan terkikis dengan sendirinya.
Itulah keyakinan yang harus terpatri dalam diri orang beriman.
Kendati secara kuantitas jumlah mereka sedikit, ilmu mereka sangat terbatas,
dengan dukungan yang juga begitu pas-pasan, kalau tak ingin disebut kekurangan.
Namun kelompok kecil tersebut tak boleh sampai berjiwa kerdil, sebab mereka
sedang mengamalkan dan menghidupkan al-Qur’an, meski hanya sejumput dari isi
dan kandungan al-Qur’an.
Allah SWT niscaya “turun
tangan” mencurahkan petunjuk ilham, mengajari mereka gagasan-gagasan
kreatif dan produktif. Dengan demikian, mereka akan mampu membuat langkah yang
betul-betul dibutuhkan dan yang ditunggu-tunggu oleh umat sekarang ini.
Daftar
Pustaka :
Majalah
Suara Hidayatullah. Edisi 12. April 2019. “Cahaya Al-Qur’an”. Kota
Surabaya. Penerbit PT Lentera Jaya Abadi.
Halaman
refrensi : 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17.
Oleh
: Nur khofifah
Mahasiswi
: STEI SEBI, Depok.