Oleh : Sajidah
Istiqomah
Social
entrepreneur melihat masalah sebagai
peluang untuk membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat
sekitar. Hasil yang ingin dicapai bukan keuntungan materi atau kepuasan
pelanggan, melainkan bagaimana gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak
baik bagi masyarakat Mereka seperti seseorang yang sedang menabung dalam
jangka panjang karena usaha mereka memerlukan waktu dan proses yang lama untuk
dapat terlihat hasilnya. Seperti yang dilakukan oleh Pak Sugeng salah satu
pegiat kewirausaan social yang sudah merintis usaha sosialnya dari tahun 2003
sejak itu Pak Sugeng masih berstatus mahasiswa tingkat akhir dan ditahun yang
sama beliau mendapatkan beasiswa dari BAZNAZ dimana para penerima beasiwa
tersebut dibina untuk mengelola dana zakat menjadi pemberdayaan masyarakat dan
bantuan berupa materil pada masyarakat yang masuk dalam delapan asnab zakat.
(sumber : /tbmceria.blogspot.com/) |
Modal utama
untuk menjadi social entrepreneur hanya satu yaitu idealisme. Idealisme
bahwasannya bisnis yang dijalankan bukan untuk profit pribadi semata tapi untuk
pemberdayaan masyarakat. Menjadi social entrepreneur memang terbilang membutuh
proses panjang dalam menjalankannya.
Ada dua
kunci utama untuk menjaga semangat menjadi social entrepreneur versi Pak Sugeng
yaitu inovasi dan networking. Inovasi adalah kunci pertama untuk langkah awal
dalam memikirkan model bisnis apa yang tepat agar kehadiran bisnis tersebut
kehadirannya menjadi penyelesaian social yang ada disekitar. Kenapa harus
selalu berinovasi dalam pengembangan social entrepreneur? Karena ketika sudah
terjun dalam pasar tidak dapat dipungkiri bahwa pesaing itu pasti lumrah ada.
Oleh karena itu inovasi dalam model bisnis, segi pemasaran, segi produksi dan
segi pengelolaan operasional sangat diperlukan agar selalu terjaga nya
stabilitas profit yang nantinya bermanfaat untuk kegiatan social. Networking
atau jaringan atau relasi. Networking juga penting kita selalu bangun dalam
proses pengembangan social entrepreneur, karena kita memiliki kemampuan yang
terbatas seperti; ingin menerapkan program daur ulang kotoran hewan menjadi
sesuatu yang bernilai. Hal tersenut tidak dapat di handle seorang diri dengan
Pak Sugeng karena Pak Sugeng memiliki keahlian di bidang lain. Oleh karena itu
disini lah peran networking atau relasi deperlukan, mencari relasi yang memiliki
keahlian di bidang peternakan dan daur ulang untuk bekerja sama dengan memiliki
visi yang sama.