Joserizal (1963-2020)


Dan ia pun pergi. Selamanya, dengan masih konflik berdarah di mana-mana yang biasanya galib ia terjun mengatasi. Keberanian yang langka berintim dengan bidikan senjata. Justru ketika beberapa pejabat publik kita menyuka pose memesona saban mengulurkan kepedulian.
Joserizal Jurnalis. MER-C. Dua nama sukar dipisahkan. Mencuat di hati umat saat kekerasan atas Muslimin di Ambon terjadi. Pada 1999-2000.
Periode 2000-2001 pula awal mula saya berinteraksi dengan dua nama ini. Tidak dengan interaksi langsung, melainkan lewat sinergi gerakan mahasiswa yang saya terlibat di dalamnya dengan MER-C. Ditambah lagi kebanyakan aktivis relawan lembaga kemanusiaan ini masih satu komunitas epistemik dengan kami: Tarbiyah. Sampai sering dipersepsikan bahwa lembaga ini, berikut Joserizal, adalah ikhwah. Atau sekurangnya al-akh hanif yang banyak membantu perjuangan kita. Begitu di benak kami.
Persepsi itu ternyata juga bisa ditemui di kalangan lain. Ini imbas MER-C dan Joserizal berkiprah lintas kelompok. Apalagi dalam isu Palestina, semua komponen umat Islam mesti menyokong. Tak ayal, rumah sakit Indonesia di Gaza yang salah satunya inisiatif MER-C, mendapat respons tinggi dalam galang donasi di tanah air kita.
Karena keterlibatan di daerah konflik, Joserizal memahami anatomi situasi yang ada. Sampai kemudian pecah kekerasan di Suriah. Joserizal memiliki pandangan berbeda dengan sebagian kalangan pegiat kemanusiaan. Tentang siapa yang berposisi "benar" dalam arus pusara konflik Suriah yang begitu rumit. Dan embusan lama pun terucap: simpatisan Syiah. Pada Joserizal terhunjam kuat, yang kadang mengenai jua MER-C sedikitnya. Akibat Joserizal tanpa pandang bulu dalam membela korban aksi peperangan, namun dalam kasus Suriah bersimpati pada rezim penguasa setempat.
Bahwa kita bisa keliru dalam membaca peta konflik, mungkin saja. Tapi, mengutuk keras secara abadi pada Joserizal, tidaklah bijak. Ada banyak legasi lain dalam kiprahnya di kemanusiaan. Kiprah yang malah membantu umat. Juga menyadarkan kita tentang arti kerelawanan di garis depan tempat Malaikat Pencabut Nyawa bersinggah.
Pada akhirnya, seturut doa atas kembalinya Joserizal ke hadirat Ilahi Rabbi, mari hargai dan teruskan serta sokong garis perjuangan membela kemanusiaannya.
Arsip: Suara Hidayatullah edisi 10/XIV, Februari 2002.
Sumber : FB

0/Post a Comment/Comments