Oleh Farhan
Abyandzaka
1. Tekonologi dan Informasi
Teknologi informasi yang terus berkembang pesat juga berdampak pada
cara atau teknik pemasaran baru yang mengandalkan kemajuan teknologi informasi.
Tidak lama setelah Internet menjadi lebih global, sudah ada model pemasaran
berdasarkan Situs web (situs web) dan juga e-mail. Semua perusahaan, terutama
perusahaan besar harus memiliki situs web perusahaan, tujuannya adalah tidak
lain agar semakin dikenal oleh konsumen atau klien sebagai pengguna internet
dengan mengakses situs web perusahaan yang dituju. Selain itu, banyak
perusahaan baru telah muncul di internet yang dikenal sebagai bisnis atau
perusahaan online. Bahkan banyak perusahaan offline masuk ke bisnis online.
Kemudian muncul istilah e-commerce dan e-bisnis. Cara pemasaran
melalui internet diberi istilah e-marketing[1].
Setelah waktu itu cara pemasaran datang melalui blog dan kemudian situs
jejaring sosial juga digunakan sebagai media pemasaran. Tujuan memanfaatkan
situs jejaring sosial ini terutama untuk menjangkau target audiens dalam jumlah
besar mengingat pengguna situs tersebut masing-masing telah mencapai puluhan
juta, bahkan situs Facebook telah menembus angka ratusan juta. Selain itu,
pemasaran digital adalah pemanfaatan media elektronik oleh pemasar untuk
mempromosikan produk atau layanan ke pasar. Tujuan utama pemasaran digital adalah
menarik pelanggan dan memungkinkan mereka berinteraksi dengan merek melalui
media digital. Pemasaran digital beradaptasi dengan cepat ke tempat pelanggan
Anda dan memberikan pengalaman yang konsisten dan personal menjadi tantangan.
Terlebih
Di mana pun mereka berada, pelanggan Anda mengharapkan Anda juga
hadir di sana - menawarkan pengalaman lancar yang konsisten dan terhubung di
semua saluran dan perangkat. Untuk memenuhi harapan ini, Anda harus dengan
cepat mengirimkan kampanye lintas saluran dalam kecepatan mendekati waktu nyata
yang dipersonalisasi dan mudah diingat. Tapi mencapai prestasi seperti itu
membutuhkan lebih dari sekadar kecakapan pemasaran, serta membutuhkan sistem
manajemen konten yang memiliki fleksibilitas dan kemampuan bawaan untuk mengelola
channel pemasaran dengan kecepatan, kecerdasan, dan skala.
Dalam dunia digital, konten bersifat dinamis - dapat digunakan
kembali dan diubah untuk berbagai jenis pengalaman yang ingin Anda sampaikan
kepada pelanggan Anda. Namun, mengumpulkan konten terbaik dan menyusun
pengalaman yang dapat beradaptasi dengan preferensi pribadi pelanggan Anda
tetap menjadi tantangan dan koneksi dengan analogi "virus",
jumlah individu yang terhubung ke informasi jaringan dengan mudah dan instan
akan diperkuat oleh penggunaan teknologi interaktif seperti email, blog, situs
obrolan, buletin online dan situs jejaring sosial. Menyatakan bahwa dalam model
virus[2]
atau yang kita sebut dengan viral, seseorang menginfeksi beberapa orang dengan
tawaran dan kemudian orang itu akan menyebarkannya ke pihak lain atau teman,
hingga semua lingkungan virtual dapat terpapar. Dan proses ini analog dengan
pemasaran viral yang merupakan bentuk pemasaran internet yang sangat kuat dan
efektif. Ini adalah bentuk baru dari mulut ke mulut melalui internet. Dalam pemasaran viral, seseorang menyampaikan
pesan pemasaran kepada orang lain dan seterusnya. Selain itu, masing-masing
konsumen memiliki sudut pandang yang berbeda untuk membuat keputusan dalam
menerima pesan pemasaran yang ditetapkan oleh konten pemasaran.
Pengambilan keputusan konsumen untuk membeli sesuatu yang telah
dipengaruhi sebelumnya oleh iklan sebenarnya dibuat oleh perilaku pembelian
konsumen. Perilaku pembelian konsumen dapat dimulai dengan pengaruh neuromarketing[3]
pada alat pemasaran. Pelanggan mengharapkan pengalaman luar biasa di setiap
titik perjalanan mereka, dan ketika Perusahaan tidak memberikan, mereka akan
beralih ke pesaing Perusahaan. Agar konten Perusahaan mengalir ke pelanggan
Perusahaan, apa pun saluran atau perangkat yang digunakan, perusahaan
memerlukan sistem manajemen konten dan pengalaman yang dapat menjangkau
organisasi, memungkinkan sistem kolaboratif dan cerdas, dan memberikan
pengalaman terhubung di seluruh saluran dan perangkat secara real time.
Dengan kemampuan ini, konten Perusahaan tidak hanya mengalir keluar, pelanggan
Anda juga akan melirik perusahaan Anda hingga akan menjadi loyal costumers
ataupun pelanggan tetap.
2. Marketing Viral
Viral marketing adalah bentuk pemasaran internet yang sangat kuat
dan efektif. Ini adalah bentuk baru dari mulut ke mulut melalui internet. Dalam
pemasaran viral, seseorang menyampaikan pesan pemasaran kepada orang lain dan
seterusnya. Viral marketing adalah "serangkaian luas strategi
WOM online yang dirancang untuk mendorong komunikasi online dan peer-to-peer
tentang merek, produk atau layanan". (Golan & Zaidner, 2008). Prinsip
di balik bentuk pemasaran ini adalah bahwa dari mulut ke mulut (lewat informasi
dari orang ke orang melalui komunikasi lisan).
Word-of-mouth (WOM) adalah
komponen penting dari hubungan publik, apa pun media yang digunakan (ucapan,
teks, foto, video, dll.) Segala bentuk komunikasi dan informasi dapat
dibagikan. Dalam sektor pemasaran, komunikasi WOM[4]
didefinisikan sebagai "komunikasi informal yang diarahkan pada konsumen
lain tentang kepemilikan, penggunaan, atau karakteristik barang dan jasa
tertentu dan / atau penjualnya" (Westbrook, 1987). Menurut Asosiasi
Pemasaran WOM (WOMMA), (http://womma.org/main/) Pemasaran WOM “memberikan
alasan kepada orang-orang untuk berbicara tentang perusahaan, merek, produk dan
layanan, dan memudahkan percakapan tersebut berlangsung. Ini adalah strategi di mana merek memanfaatkan interaksi konsumen-ke-konsumen
dan pemasar-ke-konsumen dalam konteks tujuan pemasaran ”. Banyak studi yang
menganalisis implikasi yang dimiliki WOM terhadap proses pemasaran. Saat
mempertimbangkan masalah komunikatif, pesan pemasaran menjadi viral akan
mencapai target konsumen potensial dengan mentransformasikannya menjadi agen
aktif yang melibatkan orang lain dengan membagikan pesan tersebut. Sehubungan
dengan prospek teknologi, perlu memiliki teknologi yang fleksibel, mudah
diakses, sangat terintegrasi yang memungkinkan berbagi pesan dengan cepat.
Manfaat paling penting dari pemasaran viral adalah memungkinkan konsumen untuk
menyampaikan pesan pemasaran dengan cara yang mudah dengan menyebarkannya
seperti virus biologis (Patrizia Grifoni, 2012). Proses pemasaran viral
diilustrasikan pada Gambar 1.
Gambar
1. Proses Marketing Viral (Patrizia Grifoni, 2012)
“Digital content marketing is the management process responsible
for identifying, anticipating, and satisfying customer requirements profitably
in the context of digital content, or bit-based objects distributed through
electronic channels” Rowley (2008). Oleh karena itu, Rowley (2008)
mengklasifikasikan pemasaran konten sebagai proses manajemen yang harus
difokuskan pada pengidentifikasian faktor-faktor yang memenuhi kebutuhan
pelanggan, agar perusahaan mendapatkan keuntungan menggunakan saluran
elektronik. Seperti yang
diidentifikasi Berger dan Milkman (2012), salah satu alasan orang dapat berbagi
cerita, berita, dan informasi adalah karena mereka mengandung informasi yang
berguna untuk orang lain. Konsumen
dapat berbagi konten praktis yang bermanfaat untuk alasan altruistik (mis.,
Untuk membantu orang lain) atau untuk tujuan peningkatan diri (mis., Agar
tampak berpengetahuan, lihat Wojnicki dan Godes, 2008).
Dalam marketing viral, Perusahaan membutuhkan konten pemasaran yang
dijadikan sebagai pemancing daya tarik konsumen pada suatu brand ataupun
iklan yang terjun langsung di hadapan konsumen pada suatu channel pemasaran.
Agar iklan yang ditawarkan diminati dan dijadikan titik fokus konsumen, maka
konten pemasaran tersebut haruslah dibuat semenarik mungkin.
Bahkan semenarik mungkin tidak hanya cukup, tapi buatlah konten
sesuai dengan apa yang disukai dan diminati konsumen, jika konten berhasil
memikat beberapa segmen konsumen yang menyukai iklan tersebut, mereka akan
dengan suka relawan menyebarkan kembali konten tersebut, aktifitas ini biasanya
disebut dengan syndicate content, dimana proses
penerbitan ulang konten di situs atau channel pemasaran yang dilakukan
konsumen ataupun pihak ketiga. Hal ini tentu membuat iklan ataupun konten
pemasaran terjangkau lebih luas dan menangkap lebih banyak pembaca yang
tentunya akan meningkatkan rating insight konsumen terhadap iklan produk.
Iklan yang tersebar tanpa dimaksudkan sebelumnya oleh perusahaan yang memulai
pembulikasian pertama kali akan terjangkau kepada konsumen baru lagi, bahkan
menjangkau konsumen yang belum kenal produk perusahaan dan nantinya konsumen
tersebut akan mengenal dan berpeluang tertarik pula dengan konten sekaligus brand
perusahaan tersebut.
Inovasi
pemasaran viral, tentu mengkombinasikan antara data base perusahaan
terhadap profil segmen pasar yang menjadi targeting, kemudian
berhubungan dengan manajemen konten yang akan dibuat oleh perusahaan, hingga
mengandalkan neouromarketing atau juga bisa dikenal dengan salah satu
marketing input yaitu consumer behavior.
4.
Tahapan proses startegi pemasaran marketing viral
1.
Perusahaan akan melakukan personalization content, dimana perusahaan menganalisa
data base dengan mengandalkan marketing automation, yaitu teknologi
marketing yang menyatukan semuanya. Ini
adalah teknologi hebat yang mencakup analitik, formulir online, melacak apa
yang dilakukan orang ketika mereka datang ke situs web atau channel pemasaran,
mempersonalisasikan konten situs web, mengelola kampanye email, memfasilitasi
penyelarasan penjualan dan pemasaran melalui penilaian skor dan peringatan
otomatis kepada tenaga penjualan, menginformasikan hal ini kegiatan dengan data dari CRM
perusahaan dan sumber pihak ketiga, dan banyak lagi.
Pada proses ini, pengolahan data base yang dimiliki
perusahaan akan dianalisa. Penganalisa ini dilakukan untuk mengetahui consumer
behavior yaitu terkait apa yang disukai dan diminati konsumen saat itu,
baik dari segi barang maupun selera. Hal ini juga dapat disimpulkan terkait
yang dianalisiskan oleh perusahaan yaitu “kira – kira apa yang sedang viral dan
disukai oleh konsumen saat ini”.
Jikalau
semua data telah dianalisis, perusahaan akan dengan mudah menentukan konten
yang tepat sesuai dengan minat dan selera konsumen yang dituju.
2.
Setelah melakukan personalization, content creator ataupun copy
writer akan siap melakukan manajemen content dan membuat konten yang
disesuaikan dengan targeting pasar yang nantinya dibungkus dengan
kreatif, inovatif dan menarik.
3.
Marketing konten akan dipublikasikan melalui channel digital seperti media
social, website, hingga market place berupa podcast, infographic,
kits, generated content, video, tip sheets dan lainnya.
4.
Ketika marketing content berhasil menuju pada konsumen yang ditargetkan sesuai
dengan konten yang diminati oleh konsumen tersebut, maka akan ada integrasi
antara matketing content dengan marketing input[5]
berupa consumer behavior. Jika hal ini terjadi akan melahirkan
experience dari konten tersebut.
Jika experiences
ini lahir pada diri konsumen, konsumen akan berpeluang besar menyukai brand
perusahaan tersebut, bahkan akan merekomendasikannya kepada konsumen lain.
Tentu hal ini disebut dengan WOM (word of mouth).
5. WOM
yang terdigitalisasi ini lah yang disebut dengan syndicate content,
dimana iklan tersebut akan dipulikasikan kembali kepada konsumen lainnya,
hingga siklus tersebut dikenal dengan marketing viral.
Daftar Referensi
Patrizia Grifoni, A. D. (2012). An
Integrated Framework for On-line Viral Marketing Campaign. National
Research Council, Italy, 23.
Roth, V. A. (2013). The Potential of Neuromarketing as a. University
of Twente, 7.
[1] E-marketing atau online-marketing adalah segala upaya yang dilakukan untuk
melakukan pemasaran suatu produk atau jasa melalui atau menggunakan media
elektronik atau Internet.
[2] Marketing
viral dianalogikan sebagai virus yang bersifat menyebar.
[3] Neuromarketing adalah aplikasi praktis dari temuan
neurologis untuk sains yang mencoba memahami perilaku, emosi, dan pikiran
manusia. (Esch, Möll, Elger, Neuhaus, & Weber, 2008; Kumlehn, 2011;
Camerer, Loewenstein, & Prelec, 2004).
[4] Definisi lain
word of mouth (WOM) adalah komunikasi dari mulut ke mulut oleh orang lain
mengenai suatu produk (Suryani,2013:169).
[5] neuromarketing pada input
pemasaran (1) perilaku pembelian konsumen, (2) iklan, (3) harga, (4)
pengembangan produk baru, ( 5) komunikasi, (6) distribusi produk, (7) branding
dan (8) pengambilan keputusan (Roth, 2013)