Kekayaan al-Ash


“Bawalah pakaian dan senjatamu, lalu datanglah kepadaku,” tandas perintah Rasulullah pada Amru bin al-Ash. Perintah Rasul disampaikan melalui seorang utusan.
Amru bin al-Ash pun berlekas mendatangi Rasul. Ditemuinya Rasul yang tengah berwudhu.
“Saya ingin mengutusmu sebagai komandan pasukan sariyah Dzatus Salasil,” ucap Rasul setelah melihat Amru. “Semoga Allah melimpahkan keselamatan dan ghanimah padamu. Saya sangat senang jika engkau mendapatkan harta,” pungkas Rasul pada Amru.
Amru terkesiap, terutama di bagian doa Rasul. Tentang kelimpahan ghanimah dan harta yang didapat dari sariyah.
Amru merasa tidak nyaman dengan kata-kata Rasul. Benar, ia memang baru saja memeluk Islam empat bulan lamanya sebelum diminta datang menghadap Rasul guna memimpin pasukan sariyah itu. Seakan ia masuk Islam sekadar urusan harta benda belaka. Perhatikan dengan mata khazanah dan bacaan yang luas ketidaknyamanan Amru ini dengan kejadian berikutnya di kalangan Quraisy terpandang yang memeluk Islam saat Fathu Makkah (semisal Abu Sufyan)—yang terjadi masih di tahun 8 Hijriyah.
“Wahai Rasulullah, saya masuk Islam bukanlah karena harta, namun saya masuk Islam lantaran kecintaan kepada Islam dan agar saya bisa bersama engkau shallallaahu ’alaihi wasallam,” timpal Amru.
ÙŠَا عَÙ…ْرُÙˆ Ù†ِعْÙ…َ الْÙ…َالُ الصَّالِØ­ُ Ù„ِÙ„ْÙ…َرْØ¡ِ الصَّالِØ­ِ
“Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang saleh,” sabda Rasul.
Demikian kisah dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Ibnu Hibban. Patik tutur ulang dari syarahan Sirah Nabawiyah Dr Ali Muhammad ash-Shalabi.
Amru bin al-Ash adalah kecerdasan dan kepemimpinan, ini pernah patik ungkai di tulisan beberapa hari lalu. Meskipun Umar bin Khathab tercatat setidaknya dua kali memprotes terkait kebijakan panglima Amru di Dzatus Salasil (tentang larangan menyalakan api unggun dan mengejar musuh yang kalah), Umar juga yang nantinya paham bahwa sahabatnya dan bawahannya ini punya kapasitas di atas rata-rata. Kala beberapa negeri Islam, Syam dan sekitarnya, didera wabah tha’un, Amru bin al-Ash-lah kawan diskusi Umar, dan idenya mujarab mengurangi hingga menuntaskah pandemik masa itu.
Amru pula yang ketika menjabat gubernur Mesir dengan limpahan kekayaan negeri Nil di tangannya membuktikan hadits di atas. Madinah yang tengah krisis pangan pada 18 Hijriyah di masa Khalifah Umar bin Khathab, teratasi—salah satunya—dengan suplai logistik dari Mesir di bawah kepemimpinan Amru.
Umar menyurati Amru dengan kalimat lugas, mengancam dalam arti harfiah, namun bermakna ukhuwah tingkat tinggi ala dua sahabat Nabi ini—meminjam ungkapan Ustad Budi Ashari dalam salah satu khutbah Jumat.
“Apakah kamu tidak melihat kami di sini kelaparan sementara di sana kamu menikmati kehidupan?” tulis Umar.
Amru bin al-Ash langsung merespons, berkirim surat. “Akan aku kirimkan kafilah-kafilah (pembawa sumber-sumber makanan) yang bagian terdepannya di Madinah dan bagian belakangnya di sini, Mesir.”
Dan benar-benar barakah kekayaan di tangan Amru. Persis seperti doa Rasul. Seribu kafilah unta berangkat melalui jalur darat. Membawa makanan untuk menuntaskan krisis di Ibu Kota kaum Muslimin. Seraya berlayarlah 20 bantuan kapal melalui jalur laut.
Sebelum ada krisis pangan di Madinah dan sekitarnya, keberkahan harta di tangan Amru terasa bagi masyarakat Mesir. Beberapa infrastruktur di negeri futuhat Muslimin itu dibandung. Amru-lah yang membangun kota al-Fustat, dan membuka jalur pelayaran dari Sungai Nil ke Laut Merah untuk menghubungkan kafilah dagang dari Mesir ke Hijaz.
Begitulah ketika harta halal berada di tangan orang-orang saleh, keberkahan akan meruah. Dan Amru bin al-Ash mengajarkan pada kita. Seturut bagaimana kita meresapi pesan Rasul padanya.
“Semoga Allah melimpahkan keselamatan dan ghanimah padamu. Saya sangat senang jika engkau mendapatkan harta!”
“Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta yang dimiliki oleh hamba yang saleh!”
Maka, senyampang harta diingatkan Allah untuk tidak membuat kita terkena ujian fitnah, Allah juga sebutkan bahwa harta merupakan perhiasan (زِينَØ©ُ). Pada Amru bin al-Ash kita ditantang, diperintahkan, untuk mengikuti langkahnya. Tentu tidak sekadar modal semangat tanpa menggeledah diri kapasitas kita.
Di tengah krisis medis di depan mata tersebab keberadaan Corvid-19, paceklik pangan bersiap untuk muncul pula. Kepemimpinan yang cerdas dan salehlah yang akan mampu mengatasi semua krisis tersebut. Bila kepemimpinan di tangan orang pandir dan tak saleh, bersiagalah. Termasuk ketika mereka ini mengelola harta benda rakyat banyak.
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” (Qurat surat an-Nisa ayat 5) []
Ilustrasi: Pinterest

Sumber : FB


0/Post a Comment/Comments