Membaca Konfrontasi China-AS Pasca Covid19. (Bagian II)

                                Oleh Tengku Zulkifli Usman

Bagi anda yang sudah membaca tulisan saya yang chapter 1 (https://www.wartanusantara.id/2020/04/membaca-konfrontasi-as-cina-pasca.html), bisa melanjutkan ke tulisan ini.
Cina jauh jauh hari mempersiapkan diri menghadapi AS, bahkan AS sendiri tidak sesiap Cina dan tidak pernah menyangka Cina akan secepat ini menyalip.
Prepare for worst, hope for the best. Semua negara mungkin paham terminologi itu, tapi hanya sedikit negara yang mempersiapkan sebaik Cina mempersiapkannya.
Kita tidak bicara lagi soal ekonomi, karena Cina sudah menyalip AS dalam hal ini sejak satu dekade lalu.
Cina sering di istilahkan dengan naga besar, sedangkan di sana masih ada 3 naga kecil di Asia ini(Singapore-Taiwan-Hong Kong).
AS sudah lama mensupport 3 naga kecil tadi dengan harapan bisa melemahkan naga besar. Tapi kalkulasi AS lagi lagi meleset. Cina paham cara berpikir musuh. Menerapkan cara berpikir Sun Tzu.
Deng Xiao Ping dulu pernah berkata "kalau mau kaya, bangun dulu jalan raya". Prinsip ini sudah dipakai Cina 30 tahun lalu. Maka sekarang dia menuai hasilnya.
Cina sekarang mampu membangun gedung berlantai 40 dengan durasi waktu setengah pekan kurang. Ini perkembangan luar biasa untuk sebuah negara yang belum lama siuman dan bangun dari tidur.
Cina sengaja tidak mengganggu 3 naga kecil binaan AS tadi, padahal kalau Cina mau, 3 naga kecil tadi bisa ditaklukkan Cina dalam waktu 6 bulan.
Inilah kelebihan Cina dan kelemahan AS, Cina memfokuskan diri untuk konsolidasi dalam negeri dan mengurangi mengganggu rumah orang lain dan ini sangat berhasil.
Karena salah satu negara yang tidak akan mampu ditaklukkan oleh AS adalah negara dengan soliditas dalam negeri yang sangat kuat.
Iran dan Turki adalah contoh lain negara yang tidak akan mampu ditaklukkan oleh AS karena faktor kekuatan dalam negeri tadi.
Kembali ke persiapan Cina, jauh jauh hari AS sudah mengembargo Cina dalam segala bidang. Apa hasilnya? Nol. Gak ada. Cina justru semakin kuat di tengah embargo.
Dalam teknologi informasi, Cina sudah lama di embargo oleh AS, faktanya justru sekarang teknologi 5G dan Huawei justru mengalahkan AS di dunia.
Bagi anda yang pernah memakai smartphone Huawei buatan Cina. Coba lihat chipsetnya apa? Snapdragon? Bukan. Chipsetnya Silicon Kirin buatan Cina sendiri secara mandiri saat ZTE kena embargo AS.
Bahkan impor chipset smartphone Cina pertahun mencapai 350Miliar dolar, terbesar di dunia. Bahkan angka ini hanya juara dua dari seluruh pengeluaran Cina dalam bidang energi. Begitu serius nya Cina menjadi pemain dalam teknologi informasi.
Cina tau, perang di masa depan tidak lagi bertumpu pada perang militer tapi perang hybrid ini fokus utama di teknologi informasi dan intelijen. Termasuk juga perang wabah virus ini bagian dari bentuk perang masa depan.
Bolak balik AS memboikot teknologi 5G cina, tapi selalu gagal. Dan hari ini teknologi ini siap dipakai di 120 negara di dunia pasca covid19 ini. Hal ini sudah pernah saya singgung soal 5000 tower 5G cina yang saat ini sudah berdiri di seluruh Eropa.
Disisi lain, AS lemah secara internal. Naiknya Trump sebagai presiden AS semakin membuka jurang perpecahan itu. Trump dianggap sebagai bagian dari masalah dalam negeri AS.
Negara yang lemah secara internal tentu bukan tandingan Cina yang sangat solid secara internal. Maaf. Gelar akademik Presiden Cina Xi Jin Ping adalah PhD. Dia satu satunya pemimpin negara besar dengan gelar PhD.
Banyak negara terbelalak melihat pesatnya perkembangan Cina. Anda gak perlu lagi saya jelaskan soal kemandirian Cina dalam hal media sosial. Facebook, Twitter, Youtube dan semua platform medsos Cina sudah punya sendiri bahkan diklaim lebih safe ketimbang apa yang kita gunakan hari ini secara keamanan data dst.
Banyak yang meyakini bahwa COVID19 ini akan berakhir dengan perang militer. Diawali perang dagang yang AS sudah kalah telak, perang virus, sampai nanti perang senapan.
Kita masih ingat bagaimana sejarah awal perang dunia dua. Depresi besar dalam ekonomi yang melanda AS tahun 1929 berakhir dengan perang dunia 2 1939-1945 lalu AS untung keluar sebagai pemenang.
Dan dalam perang dunia 2, negara dengan korban paling besar itu bukan AS, bukan Inggris, bukan juga Jerman. Korban paling besar dalam WWII adalah Soviet dan Cina.
Pengalaman pahit perang dimasa lalu membuat Cina dan Rusia sekarang paham siapa musuhnya. Mereka sekarang jauh lebih kuat dan siap menggulung AS dalam semua bidang di masa yang akan datang.
Bersambung ke Bagian III...
Tengku Zulkifli Usman.
Pengamat Politik Internasional.

Sumber : FB


0/Post a Comment/Comments