Nyaman Menjadi Deadliner ? Kenali Dulu Resikonya

[wartanusantara.id] Di masa pandemic (COVID-19) hampir seluruh kegiatan belajar mengajar salah satunya kegiatan perkuliahan diberhentikan secara offline, dan perkuliahanpun dilakukan secara online (jarak jauh). Dengan dialihkannya system perkuliahan tatap muka ke system online membuat tenaga pengajar atau dosen berfokus pada pemberian tugas kepada mahasiswa sehingga tugas pun menjadi menumpuk secara mendadak.



Terlebih lagi ketika pengumpulan tugas diberikan tenggang waktu dan tak semua tempat yang ditinggali mahasiswa memiliki sinyal yang mendukung, sehingga risikonya adalah terlembat mengerjakan dan mengumpulkan tugas. Mungkin  ini salah satu factor  yang sering sekali menjadi pertanyaan dari sanak keluarga atau lingkungan terdekat, mengapa Mahasiswa identic dengan banyaknya tugas, sering berdiam diri dengan laptop untuk mengejar deadline, dan lain sebagainya terlebih lagi ketika menjalani perkuliahan secara online.


Menjadi deadliner sudah tak asing lagi bagi seseorang yang sudah disebut sebagai mahasiswa, walaupun awalnya bukan tipikal orang yang mengerjakan tugas dekat dengan deadline, namun dengan semakin bertambahnya tugas yang ada, dengan tenggat waktu yang tak lama, maka identitas mahasiswa sebagai deadliner pun semakin tak terhitung jumlahnya.  Walaupun seperti itu, ternyata menjadi deadliner adalah salah satu Simulasi didunia kerja yang sesungguhnya. 


Dengan selalu berkaitan dengan deadline sebenarnya kita sudah menerapkan Menejemen waktu dan risiko dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ketika kita sudah memiliki deadline harus dituntaskan, otomatis harus menyesuaikan juga dengan menejemen waktu yang ada, agar dalam proses pengerjaanya memiliki waktu yang tepat dalam mengerjakan aktivitas lainnya. 


Setiap proses dalam mengerjakan sesuatu pasti memiliki risiko, walaupun tingkatannya berbeda-beda, ada yang tingkatannya rendah tapi ada juga yang tinggi. Dalam pengumpulan tugas, ketika seorang dosen memberikan waktu tertentu dalam pengumpulan tugas, pasti ada konsekuensi yang harus diterima apabila mahasiswa nya tidak mentaati ketentuan yang diberikan. Pertama, apabila terlambat mengumpulkan tugas maka nilainya akan dikurangi. Kedua, apabila terlambat dalam mengumpulkan tugas maka tidak akan mendapatkan nilai. 


Dalam kasus Menejemen risiko dalam kehidupan sehari-hari dapat disimpulkan bahwa setiap pilihan yang kita ambil selalu ada sebab dan akibatnya. Sebab kita mengambil keputusan itu pasti ada alasannya, dan setiap keputusan yang kita ambil pasti ada risiko yang harus di tanggung. Maka penyebab dari kebiasaan Mahasiswa yang mengerjakan tugas dekat dengan deadline antara lain ; Tugas yang banyak,terlalu banyak waktu luang yang sia-sia, lingkungan yang kurang mendukung, dan lain sebagainya. 


Risikonya terkadang hasil yang dikerjakan pun menjadi berantakan, banyak yang salah, tidak memuaskan, dan lainnya karena terburu-buru. Tapi selain risiko dari mengejar deadline, terdapat pula keuntungan yang tanpa sadar terjadi pada diri kita ; Simulasi di dunia kerja, mengasah kreatifitas dan problem solving dalam waktu singkat, menjadi pribadi dengan kemampuan multitasking,menjadi pribadi yang bertanggung jawab, melatih kecerdasan intrapersonal, menjadi pribadi yang optimis. Tapi tetap saja selama pekerjaan dapat diselesaikan sebelum pengumpulan, lebih baik cepat diselesaikan agar hasilnya pun lebih memuaskan. 


Untuk menghindari Risiko dalam mengejar deadline, berikut adalah solusi utntuk meminimalisir risiko yang terjadi ; Pertama, Mengelompokan tugas dalam beberapa bagian misalnya dari tingkat termudah sampai tersulit. Kedua, lebih focus dan konsentrasi pada tugas. Ketiga, istirahat yang cukup dan makan dengan tepat waktu, agar nutrisi seimbang sehingga mengerjakan tugas akan lebih focus dan konsentrasi. Keempat, tetap tenang, agar nyaman dalam menyelesaikan tugas. Kelima, berusaha menyelesaikan tugas dengan baik.


Dengan adanya penerapan Menejemen risiko pada kehidupan sehari-hari membuat kita sadar, bahwa setiap keputusan atau tindakan yang kita lakukan mengandung berbagai risiko dengan kadar yang berbeda, maka dari itu sangat diperlukan ketelitian dan evalusi untuk mengelola keputusan yang diambil. Dan berpacu juga pada “high risk,righ return” bahwa pengelolaan risiko yang baik dapat mendatangkan keuntungan yang tinggi.


Ditulis oleh ;

Wulan Purnama, Mahasiswi STEI SEBI Depok


*Isi diluar tanggung jawab redaksi

0/Post a Comment/Comments