PENTINGNYA SIFAT MALU TERHADAP DIRI SENDIRI

 PENTINGNYA SIFAT MALU TERHADAP DIRI SENDIRI

Oleh Naylah Sakilatul Jannah*


[wartanusantara.idApa yang dimaksud dengan malu? Nah disini kita bahas bareng_bareng terkait pentingnya sifat malu terhadap diri kita sendiri ? mari sekalian kita bahas sedikit supaya yang membaca lebih mudah dalam memahami nya. 

Malu merupakan salah satu bentuk emosi seorang manusia. Perasaan malu dapat terjadi kepada siapa saja dan dimana saja. Bahkan rasa malu yang berlebihan yang terjadi dapat menyebabkan depresi dan anti sosial karena menarik diri dari lingkungan karena kehilangan percaya diri. Sifat malu yang berlebihan dapat menjadi masalah ketika sifat tersebut sudah mengganggu kehidupan seseorang, seperti menghindari komunikasi dengan orang lain dan akan terlihat seperti seorang penyendiri atau sombong.
Namun, tahukah kamu bahwa memiliki sifat malu tidak selalu merugikan, masih ada kelebihan yang mungkin tidak pernah terlintas dipikiran kita, diantaranya: a) Seseorang yang pemalu cenderung dapat berpikir dahulu sebelum bertindak, b) menjadi seseorang yang menenangkan, hal ini terjadi karena seorang yang pemalu terkadang memiliki efek menenangkan pada mereka yang tidak merasa takut c) lebih fokus terhadap pekerjaan.

Sedangkan dalam islam, malu dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti malu karena kurang bersungguh-sungguh dalam beribadah, melanggar aturan, karena merasa hina dan kecil, dan lain sebagainya. Dalam hadis disebutkan bahwa, “Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di surge dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedangkan tabiat kasar tempatnya di neraka.” [HR. Ahmad]. Maka sifat malu dalalm islam bisa menunjukkan bahwa sifat ini dapat menjauhkan kita dari sifat tercela, mendorong untuk berbuat kebaikan, mendatangkan kebaikan kepada diri sendiri, dan lain-lain. 

Adapun pentingnya sifat malu terhadap diri kita sendiri , yaitu sifat malu yang perlu ditampilkan seseorang dalam aktivitas kehidupan. Melewati, seseorang dapat menahan diri dari perbuatan tercela, hina, dan keji. Melalui sifat malu, seseorang akan berusaha mencari rezeki yang halal dan merasa menyesal jika tidak bisa melakukan kebaikan setiap hari. Apabila seseorang hilang rasa malunya, secara bertahap perilakunya akan buruk, kemudian menurun kepada yang buruk, dan terus meluncur ke bawah dari yang hina kepada lebih hina sampai ke derajat paling rendah. Rosulullah SAW bersabda,” Sesungguhnya Allah apabila hendak membinasakan seseorang akan berusaha mencari rezeki yang halal dan merasa menyesal jika tidak bisa melakukan kebaikan setiap hari.

Apabila rasa malunya sudah dicabut, maka orang tersebut tidak menjumpainya kecuali dijauhi. Apabila tidak menjumpainya kecuali dibenci dan dijauhi, maka cabutlah darinya sifat amanah. Apabila sifat amanah sudah dicabut darinya maka tidak akan didapati dirinya kecuali sebagai pengkhianat dan dikhianati. Kalau sudah jadi penghianat dan dikhianati, dicabutlah daeinya rahmat. Kalau rahmat sudah dicabut darinya, tidak akan kamu dapati kecuali terkutukyang mengutuk. Apabila terkutuk yang mengutuk sudah dicabut darinya, maka akhirnya dicabutlah ikatan keislamannya. “(HR Ibnu majah).

Perlu kita ketahui, bahwa sifat apapun itu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Yang diperlukan dalam diri kita sendiri tentunya sesuatu yang baik. Maka jangan jadikan hal yang menurut kita merugikan bisa menghalangi menuju kesuksesan.
 
*Penulis adalah Mahasiswa Manajemen Bisnis Syariah STEI SEBI

0/Post a Comment/Comments