“Tua Tanpa Pernah Kaya”

Oleh : Dudi Supriadi*

Kebanyakan orang berfikir dan berangan-angan masa muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga, bila dilihat dan dibayangkan  kata-kata tersebut kayanya enak sekali, dengan santai dan senangnya mengatakan “tenang mumpung masih muda kita foya-foya, tua kita pasti kaya raya dan mati masuk surga”, akan tetapi ketika kita melihat judul dari tulisan ini sangat miris sekali “tua tanpa pernah kaya” artinya tidak selalu kata kata “muda kita foya-foya tua kita pasti kaya raya dan mati masuk surga” benar adanya, bahkan hampir tidak ada yang masa mudanya foya-foya dan tuanya kaya raya ini sangat berbanding terbalik dengan pepatah “hemat pangkal kaya” apalagi berfoya foya masuk surga, ini sangat jauh dari kenyataan, berarti kebanyakan orang yang ketika tua kaya raya, masa mudanya penuh dengan usaha, dan biasanya kaya ini disangkut pautkan dengan bekerja, tapi miris ketika melihat tingkat pengangguran di indonesia angka pengangguran terbuka per Agustus 2018 sebesar 5,34% atau setara 7,001 juta orang Badan Pusat Statistik (BPS),



    Sangat disayangkan sekali masih banyak pengangguran pengangguran di negara kita tercinta ini, yang katanya lempar tongkat jadi tanaman saking suburnya, yang garis pantainya terpanjang, dan kekayaan alam lainnya yang sangat melimpah ruah dimana mana, tetapi rakyatnya bak tamu di rumah sendiri, banyak pengusaha pengusaha asing yang menguasai kekayaan alam kita, perusahaan perusahaan besar berdiri dengan gagahnya di negeri ini, mengeruk kekayaan alam yang ada di indonesia, seharusnya ada regulasi yang diterapkan oleh penguasa negeri, supaya rakyatnya tidak menjadi tamu di rumah sendiri, bahkan sangat menyayat hati ketika kabar adanya 10.000.000 tenaga kerja asing yang ikut kerja di negara kaya kita, sampai sampai tak terpikirkan dan sangat disayangkan di samping negara kita butuh tenaga kerja tapi malah impor dari negara lain, sangat sakit rasanya, meskipun saya belum kerja karena masih fokus dengan kuliah tapi mendengar kabar tersebut bak petir yang hadir di siang hari bolong, ada apa dengan pemerintah kita.?? Apa yang mereka pikirkan.??



    Sekarang indonesia menghadapi tahun politik, sangat di gembor-gemborkan janji politiknya untuk menarik masyarakat supaya memilihnya, penambahan tenaga kerja, janji penaikan upah kerja dan lain-lain biasanya jadi pemanis dan kita harus cermat memilih calon pemimpin negeri karena akan menentukan nasib kita kedepannya, jangan hanya tergoda dengan hanya sembako seharga 50.000 rupiah misalnya, menggadaikan nasib bangsa kedepannya, jadi cermat memilih menjadi salahsatu ikhtiar kita untuk menentukan nasib bangsa.

    Mari kita selaku anak muda yang sangat peduli dengan negaranya tidak hanya ahli dalam mengkritisi pemerintah tapi kita juga buat solusi untuk sama-sama belajar dan bekerja untuk membuka lapangan kerja dan mengolah sumber daya alam yang ada supaya lebih bermanfaat, sama-sama belajar dengan gigih bekerja dengan rajin dan konsisten, mungkin hal ini yang harus kita usahakan agar tidak terjebak dalam lingkaran “Tua tanpa pernah kaya” apalagi kini indonesia menghadapi bonus demografi ini artinya akan banyak anak muda yang produktif yang harus di arahkan secara benar supaya bisa sama sama membangun bangsa.

    Alangkah sangat menyesalnya ketika kita tua tanpa merasakan kaya, mengabaikan masa muda tanpa usaha, melewatkan masa belajar karena lalai bermain, dan hanya berangan angan tanpa adanya kerja nyata, kita harus berkeinginan kaya karena dalam islam tidak melarang ummatnya untuk kaya, buktinya Abdurrahman Bin Auf sangat kaya dimasanya dan Allah Swt menjaminnya masuk surga, di jaman Umar Bin Abdul Aziz tidak di temukan mustahik zakat sama sekali artinya apa.? jika tidak ada mustahik zakat.?? Artinya masyarakat pada waktu itu sudah tidak ada yang miskin, semuanya serba berkecukupan tidak ada pengangguran, semua sumber daya alamnya termanfaatkan sehingga masyarakatnya tidak kesusahan.

    Pertanyaannya apakah indonesia bisa sama seperti jaman Umar Bin Abdul Aziz.? Bisa saja jika ada regulasi yang kuat, pemerintah yang pro rakyat dan selalu beribadah dan taat kepada Allah Swt, jadi jangan harap suatu negara menginginkan makmur dan tidak ada pengangguran jika pemerintah longgar dalam regulasi, tidak pro rakyat dan tidak bisa mengelola sumber daya manusia dan alamnya ciptaan-Nya.

    Ini salahsatunya tugas kita semua selaku akademisi, tugas kita menciptakan lapangan pekerjaan, terus belajar dan bekerja di waktu muda supaya tidak termakan dengan kata kata “muda tanpa pernah kaya” mengaplikasikan ilmu yang pernah kita dapat dengan mengolah sumber daya manusia dan sumber daya alam di sekitar kita dengan niat memperkaya orang lain, membuat diri kaya untuk lebih dekat dan taat kepada-Nya.

    Semoga.

*Mahasiswa STEI SEBI, Penerima  Beasiswa SDM EKSPAD 100%

0/Post a Comment/Comments