Oleh
: Hamidah Nur Azizah
Hidup di zaman millennial, tak bisa lepas dari
tehnologi canggih. Smartphone sudah tak asing lagi bagi seluruh penduduk
Indonesia. Yang menggunakannya juga tak hanya orang-orang dewasa, remaja dan
anak-anak, namun kakek-nenekpun menggunakannya.
Beragam aktifitas online tergabung menjadi satu
genggang dalam smartphone. Salah satunya game. Penggemarnya tak hanya anak-anak
di kota besar, namun juga di kota kecil dan desa. Sayangnya, orang tua sering
salah kaprah dalam beranggapan tentang game. Mereka mengira bahwa anaknya
cerdas karena pintar bermain game dengan tingkat kesulitan yang tinggi. Bahkan
ada yang menyediakan smartphone di rumah karena berfikir lebih baik bermain
game smartphone di rumah dari pada harus ke warnet. Dan sebagian ada yang
beralasan lebih baik anaknya bermain game dari pada terjerat rokok, miras
maupun narkoba.
Bermain game awalnya tak begitu mengganggu aktivitas
sehari-hari, namun jika kecanduan dapat mengganggu tumbuh kembangnya anak. Di
antaranya sebagai berikut;
a. Mengabaikan
kebutuhan lain. Seperti belajar, makan, mandi, tidur dan lebih suka bermain
game sendiri di smartphonenya dengan mengurung diri di dalam kamar daripada
bergaul dengan saudara atau teman di lingkungan sekitar.
b. Mengganggu
kesehatan. Berupa gangguan pencernaan, kram tangan, pegal-pegal, mata sembab
dan lain-lain karena sering mengabaikan kebutuhan makan, olahraga dan
istirahat.
c. Memicu
masalah emosi. Menjadi sering marah, murung, merasa sendiri dan marah ketika
mendapat teguran karena teralalu lama bermain game.
d. Mengalami
obsesi. Yaitu perasaan tertekan ketika tidak bermain, sehingga anak terus
berfikir tentang game dan ingin bermain game dengan waktu yang cukup lama.
e. Mendorong
tidak kejujuran. Biasanya anak-anak berbohong mengenai waktu dan uang yang
telah mereka habiskan untuk bermain game agar mereka terus bisa memuaskan
kesenangan mereka bermain game.
f. Tidak
mampu mengendalikan diri. Seorang pecandu game, awalnya berencana akan bermain
game hanya satu jam, akan tetapi ia melakuakannya selama dua jam atau lebih
bahkan mungkin sepanjang malam. Ia melakukan itu karena mengalami kesenangan
saat bermain dan kehilangan rasa itu saat berhenti. Untuk mengatasi rasa itu,
ia memilih untuk bermain game lebih banyak lagi.
g. Mempengaruhi
otak. Permainan yang terus-terusan dilakukan menjadi pengalaman baru, seperti
proses belajar dan mengingat. Pengalaman baru itu dapat memberikan motivasi
bagi otak untuk terus melakukannya dan akhirnya menimbulkan perubahan pada
struktur dendritr sel-sel otak. Perubahan tersebut mengakibatkan masalah pada
anak dalam mengontrol aktivitas sehari-harinya.
Oleh karena itu di zaman millenal
ini orang tua hendaknya harus lebih berhati-hati dalam mengontrol perilaku anak
saat bermain game, bertindak bagaimana caranya agar anak tetap bisa bermain
game di smartphonenya tapi tidak sampai kecanduan yang menyebabkan terjadinya
pengaruh-pengaruh yang telah disebutkan di atas.