Cara Memilih Aktivitas dengan Umur Produktivitas Panjang Menurut Perspektif Islam


Ditulis oleh Fitri Nurlisani
Mahasiswi STEI SEBI Depok

[WARTANUSANTARA.ID] Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada pilihan program, kebijakan, atau aktivitas yang bisa berdampak pada diri sendiri maupun orang lain. Salah satu pertimbangan penting dalam menentukan pilihan tersebut adalah durasi produktivitasnya. Apakah dampak dari aktivitas tersebut bersifat sementara atau bisa dirasakan dalam jangka panjang? Dalam ajaran Islam, aktivitas yang memiliki umur produktivitas panjang didahulukan dibandingkan yang bersifat sementara. Misalnya, berwakaf dianggap lebih baik daripada bersedekah karena umur produktivitasnya lebih panjang dan berdampak lebih luas.

1.Pengertian  Umur Produktivitas Panjang

Umur produktivitas panjang merujuk pada kemampuan suatu aktivitas atau program untuk memberikan manfaat yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Manfaat ini tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga keluarga dan masyarakat. Dalam konteks ini, aktivitas yang memiliki umur produktivitas panjang akan terus memberikan maslahat, meskipun orang yang melakukannya telah meninggal dunia.
Sebagai contoh, wakaf adalah salah satu bentuk amal yang memiliki umur produktivitas panjang. Harta yang diwakafkan tetap dimanfaatkan dalam jangka panjang untuk kebaikan umat. Berbeda dengan sedekah yang mungkin habis setelah diberikan, wakaf memberikan manfaat terus-menerus selama harta tersebut masih digunakan secara produktif.

2. Dalil-dalil Islam Tentang Produktivitas Jangka Panjang

Konsep ini didasarkan pada dalil-dalil syari'at yang menekankan pentingnya melakukan amal yang berkelanjutan dan memberikan manfaat jangka panjang. 

a.Hadist Rosulullah SAW.

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda:

"Ketika seorang manusia meninggal dunia, terputuslah amalannya, melainkan tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (yang mengalir), ilmu pengetahuan yang dapat diambil kemanfaatannya, dan anak saleh yang mendoakannya." (HR Muslim).

Hadits ini menegaskan bahwa amalan yang terus mendatangkan pahala meskipun seseorang telah wafat adalah amal jariyah (amal yang terus memberikan manfaat), ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh.

b. Pandangan Ulama

Para ulama kontemporer juga menegaskan pentingnya mendahulukan maslahat yang abadi daripada maslahat sementara. Sebagaimana dalam kaidah:

"(Lebih) mendahulukan maslahat abadi daripada maslahat sementara."

Ini berarti bahwa dalam membuat keputusan, kita harus lebih memprioritaskan aktivitas yang memberikan dampak jangka panjang dibandingkan aktivitas yang hanya memberikan manfaat sesaat.

3. Contoh Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

a. Sedekah vs Wakaf

Misalnya, seseorang memiliki dana yang ingin disumbangkan. Pilihannya adalah bersedekah atau berwakaf. Kedua bentuk amal ini tentunya baik di sisi Allah SWT, namun jika dilihat dari fiqih prioritas, berwakaf lebih dianjurkan. Dengan berwakaf, dana tersebut diinvestasikan sehingga keuntungannya dapat terus disalurkan untuk membantu mereka yang membutuhkan. Ini menjadikan wakaf sebagai amal yang terus memberikan manfaat jangka panjang.

b. Memilih Pekerjaan

 Pilihan pekerjaan yang memiliki dampak terhadap kebutuhan primer masyarakat lebih diprioritaskan dibandingkan pekerjaan yang hanya memenuhi kebutuhan sekunder. Misalnya, bekerja di sektor pendidikan atau kesehatan lebih diutamakan karena kedua sektor ini memenuhi kebutuhan mendasar masyarakat, yaitu akal sehat dan kesehatan fisik. Keduanya berperan penting dalam membangun masyarakat yang kuat dan berdaya dalam jangka panjang.

c. Pendidikan

Investasi dalam pendidikan, baik itu melalui beasiswa atau membangun fasilitas pendidikan, juga merupakan contoh aktivitas dengan umur produktivitas panjang. Ilmu yang diberikan kepada seseorang akan terus bermanfaat dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Ini merupakan salah satu bentuk amal jariyah, sebagaimana disebutkan dalam hadits.

Kesimpulan

Memilih aktivitas yang memiliki umur produktivitas panjang bukan hanya bijak dari sisi manajemen sumber daya, tetapi juga merupakan ajaran penting dalam Islam. Aktivitas seperti wakaf, pendidikan, dan pekerjaan di sektor yang memenuhi kebutuhan dasar masyarakat adalah contoh-contoh nyata dari prinsip ini. Dalam kehidupan, kita sering dihadapkan pada pilihan antara maslahat sementara dan maslahat abadi. Islam mengajarkan agar kita lebih mendahulukan yang abadi karena manfaatnya lebih besar dan berkelanjutan. Dengan demikian, kita tidak hanya membangun untuk hari ini, tetapi juga untuk masa depan yang lebih baik.

0/Post a Comment/Comments