Ditulis oleh Muti'ah Syakhsiyah
Mahasiswa STEI SEBI
[Wartanusantara.id] Kesimpulan dari isi yang di sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Murabahah dalam Fikih
Murabahah adalah akad jual beli dengan menyebutkan harga pokok dan keuntungan secara transparan.
Dalam fikih, murabahah hanya sah jika:
Barang telah dimiliki oleh penjual (bank) sebelum dijual kepada pembeli (nasabah).
Transaksi dilakukan atas dasar kerelaan dan akad yang sah.
2. Murabahah di Perbankan Syariah
Dalam praktiknya, bank sering menggunakan akad wakalah, yakni mewakilkan nasabah untuk membeli barang.
Namun, terjadi penyimpangan ketika:
Dana disalurkan langsung ke rekening nasabah tanpa pembuktian pembelian.
Akad jual beli dilakukan sebelum barang dimiliki secara prinsip oleh bank.
Margin ditetapkan terhadap dana, bukan terhadap barang, sehingga mirip praktik riba.
3. Murabahah-Wakalah Menurut Fikih
Akad murabahah disertai wakalah dibolehkan secara syariah jika:
Akad wakalah dan murabahah dibuat secara terpisah.
Barang telah menjadi milik bank secara prinsip sebelum akad jual beli dilakukan (dibuktikan dengan kwitansi atau aliran dana ke supplier).
Bank benar-benar bertindak sebagai penjual, bukan hanya sebagai pemberi dana (kreditur).
4. DSN MUI & Regulasi BI
Fatwa DSN MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000 dan PBI No. 46/7/PBI/2005 menegaskan bahwa:
Wakalah boleh, tetapi akad murabahah harus dilakukan setelah barang menjadi milik bank.
Akad wakalah dan murabahah harus dipisahkan secara kontraktual.
Praktik yang menyamakan murabahah dengan kredit konvensional tidak sesuai syariah.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif-deskriptif, yang bertujuan untuk:
1. Menganalisis kesesuaian akad murabahah bil wakalah di perbankan syariah dengan konsep murabahah menurut fikih muamalah.
2. Menelaah implementasi praktis akad murabahah bil wakalah di lembaga keuangan syariah, apakah memenuhi rukun dan syarat sahnya akad menurut syariah Islam.
KEKUATAN DAN KELEMAHAN PENULISAN
KEKUATAN
Pembahasan yang sangat komprehensif dan mendalam mengenai murabahah dengan wakalah dalam praktik perbankan syariah. Tulisan ini mengulas secara mendetail permasalahan yang terjadi antara konsep fiqh murabahah yang ideal dengan implementasinya di lapangan.
KELEMAHAN
1. Perumusan Masalah Perlu Lebih Spesifik: Peneliti sebaiknya merumuskan masalah dengan lebih fokus dan tajam agar arah penelitian menjadi lebih terarah dan tidak melebar. Misalnya, bisa ditekankan pada satu aspek akad murabahah bil wakalah yang paling krusial dari sisi syariah.
2. Perlu Lebih Sistematis: Penulisan bagian pendahuluan sebaiknya disusun secara sistematis, dimulai dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hingga urgensi penelitian agar pembaca mudah memahami konteksnya.
HASIL PENINJAUAN DAN SARAN
HASIL
Akad murabahah bil wakalah di Bank Syariah Mandiri KC Malang umumnya sesuai dengan prinsip fikih, selama bank memiliki barang terlebih dahulu sebelum memberi wakalah kepada nasabah. Namun, ditemukan potensi penyimpangan, seperti pemberian wakalah sebelum kepemilikan barang dan tidak adanya risiko yang ditanggung bank. Fatwa DSN-MUI sudah cukup sebagai pedoman, tetapi implementasinya masih perlu ditingkatkan.
SARAN
Perkuat kepatuhan syariah, tingkatkan pengawasan oleh DPS, adakan pelatihan pegawai, kaji ulang fatwa agar lebih praktis, dan edukasi nasabah terkait perannya dalam akad.
HASIL OPINI DARI
1. Dari jurnal: ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH DI PERBANKAN SYARIAH
2. Tulisan dari: YENTI AFRIDA
3. Asal Institut: Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol Padang