"Pertama di Dunia: Dua Pesawat Tempur Tanpa Awak (Drone) Terbang Beriringan dalam Jarak Sangat Dekat Secara Otomatis."
Dalam unggahan tersebut, terlihat jelas bagaimana Turki tidak pernah "menginjak rem" dalam inovasi. Baykar terus mendorong batas kemampuan Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV) mereka, baik dari sisi kecerdasan buatan (AI), daya jelajah, hingga kemampuan tempur otonom yang semakin presisi.
Ini bukan sekadar pamer teknologi, ini adalah pernyataan supremasi udara modern.
1. "Bromance" Militer: Jakarta - Ankara
Indonesia dan Turki sebenarnya sudah memiliki hubungan "spesial" dalam sektor pertahanan. Kita bukan orang asing bagi teknologi Turki.
- Tank Harimau (Kaplan MT): Bukti sukses kolaborasi PT Pindad dan FNSS Turki.
- Drone ANKA: TNI sudah mengakuisisi drone tempur canggih ini untuk memperkuat matra udara kita.
Hubungan ini adalah modal besar. Turki adalah satu dari sedikit negara pemilik teknologi NATO yang mau berbagi Transfer of Technology (ToT) dengan Indonesia tanpa banyak syarat politik yang membelenggu.
2. Alarm Buat Indonesia: Jangan Terlena Jadi Pembeli!
Melihat lompatan teknologi Baykar di cuitan tersebut, ada "PR" besar bagi Indonesia. Kita tidak boleh selamanya nyaman di posisi "User" (Pengguna).
Geografis Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia menjadikan drone bukan sekadar pelengkap, tapi kebutuhan primer.
- Pengawasan Maritim: Drone dengan endurance lama jauh lebih efisien (murah) daripada menerbangkan jet tempur patroli setiap jam.
- Perang Asimetris: Konflik modern membuktikan drone murah bisa melumpuhkan alutsista mahal.
Jika Turki bisa bangkit dari embargo senjata menjadi raksasa drone dunia dalam 20 tahun, Indonesia dengan SDM melimpah dan dukungan BUMN (PT DI, PT Len) seharusnya bisa mengejar ketertinggalan. Proyek Elang Hitam yang sempat timbul tenggelam harus dijadikan pelajaran, bukan kuburan mimpi.
3. Roadmap Masa Depan: Kolaborasi Riset, Bukan Sekadar Beli Barang
Langkah strategis ke depan bagi Indonesia adalah mengubah skema kerja sama. Setiap pembelian alutsista dari Turki harus dibarengi dengan:
- Riset Bersama (Joint Development)
- Penguasaan Software & AI
Kesimpulan
Cuitan Baykar Tech adalah pengingat keras. Teknologi pertahanan bergerak secepat kilat. Jika Indonesia tidak segera "sprint" mengembangkan drone canggih buatan sendiri, kita akan tertinggal jauh di landasan pacu. Saatnya "ATM" (Amati, Tiru, Modifikasi) naik kelas menjadi "Inovasi dan Mandiri".
Bayraktar #KIZILELMA ✈️🚀🍎
— BAYKAR (@BaykarTech) December 28, 2025
✅ World’s First: Autonomous Close-Formation Flight by Two Unmanned Fighter Aircraft#NationalTechnologyInitiative 🌍🇹🇷 pic.twitter.com/p8smO5gaM4