HUKUM MENGAMALKAN TAJWID

Yang diwajibkan dalam membaca Al-Quran adalah sampai tidak terjatuh pada kesalahan mengubah makna, seperti:
1. Mengubah huruf, seperti Ha (هـ) menjadi ha (ح) atau sebaliknya, atau Hamzah (ء) menjadi 'Ain (ع) atau sebaliknya atau pertukaran antara Zay (ز), Dzal (ذ), Dal (د), dan Jim (ج). Atau juga misalnya Sin (س), Syin (ش), Tsa (ث), dan Shad (ص).
2. Menambah atau mengurangi huruf, walaupun huruf mad (Alif, Wawu Mad, dan Ya Mad), seperti Maa Lahaa (Ù…َا لها) dibaca Ma Laaha (Ù…َÙ„َها), atau membaca maliki (Ù…َÙ„ِÙƒِ) menjadi maaliki (Ù…َالِÙƒِ). Adapun bila berlebihan atau kurang dalam kadar mad maka tidak termasuk mengubah makna.
3. Mengubah harakat, seperti Allaahu (اللهُ) dibaca Allaahi (اللهِ).
(ilutrasi/quran30.net)

Ini disepakati oleh para Ulama. Siapa saja yang meninggalkannya dengan sengaja, maka ia berdosa. Termasuk orang-orang yang tidak mau belajar, sehingga terjatuh pada kesalahan ini. Sedangkan orang yang masih belajar, maka kesalahannya dimaafkan, inSyaa Allaah.
*Pengecualian: bila perubahan/ penambahan/ pengurangan huruf atau perubahan harakat tersebut ada pada salah satu riwayat yang mutawatir, maka tidak termasuk larangan di atas.

Adapun berkaitan dengan penyempurnaan sifat, hukum-hukum tajwid yang bersifat tahsiniyyah (penghias), dimana saat meninggalkannya tidak mengubah makna, maka hukum mengamalkannya tidak wajib, melainkan mustahab dan tentu lebih baik daripada yang tidak mengamalkannya. Inilah maksud dari fatwa-fatwa yang banyak tersebar bahwa hukum tajwid dalam membaca Al-Quran tidak wajib (bukan fardhu 'ain).
Asy-Syaikh Ayman Suwaid hafizhahullaahu Ta'aala mengecualikan keringanan mengamalkan sifat tahsiniyyah ini pada beberapa hal:
1. Pada saat talaqqi/ pengambilan riwayah, maka hukum menegakkan tajwid wajib, termasuk sifat-sifat tahsiniyyah.
2. Begitupun bagi Qari mutqin, wajib baginya menegakkan seluruh hukum tajwid, baik pada saat talaqqi ataupun tilawah sendirian.
Namun, penting untuk diperhatikan, bahwa ada sebagian huruf yang sangat mirip sehingga bila sebagian sifatnya ditinggalkan akan berubah menjadi huruf yang lain. Misalnya huruf Shad (ص) memiliki sifat tebal (tafkhim). Bila ia dibaca tipis, maka akan menjadi Sin (س). Begitupun sebaliknya. Maka berhati-hatilah.
Semoga bermanfaat.
Depok, 25 Oktober 2017
Laili Al-Fadhli
Semoga Allaah mengampuninya dan mengampuni keluarganya. Aamiin.

0/Post a Comment/Comments