Mengenal Elemen Ekonomi Dalam Peradaban Dinasti Abbasiyah

Oleh Atikah Luthfiyyah 

Kejayaan Islam ditandai dengan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan, Peradaban, kebudayaan dan pendidikan Islam. Perkembangan yang pesat ini didukung oleh adanya lembaga-lembaga yang mewadahi perkembangan tersebut. Pada masa itu didirikan lembaga-lembaga keilmuan sebagai pusat pembelajaran ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pendidikan Islam. Abad keemasan peradaban muslim dimulai dengan bangkitnya Daulah Abbasiyah pada tahun 132 H/750 M. Masa kekhalifahan Abbasiyah merupakan masa perkembangannya Islam.
(kompasiana.com)

Kekalifahan Abbasiyah merupakan kelanjutan dari Kekalifahan sebelumnya yakni Bani Umayyah, dimana pendiri dari kekalifahan ini adalah Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas Rahimahullah. Pola pemerintahan yang diterapkan oleh Daulah Abbasiyah berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d. 656 H (1258 M).

Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Daulah Abbas menjadi lima periode:

  1.      Periode Pertama (132 H/750 M - 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
  2.      Periode Kedua (232 H/847 M - 334 H/945 M), disebut periode pengaruh Turki pertama.
  3.      Periode Ketiga (334 H/945 M - 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Bani Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
  4.      Periode Keempat (447 H/1055 M - 590 H/l194 M), masa kekuasaan daulah Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua (di bawah kendali) Kesultanan Seljuk Raya (salajiqah al-Kubra/Seljuk agung).
  5.      Periode Kelima (590 H/1194 M - 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad dan diakhiri oleh invasi dari bangsa Mongol.

Pada masa pemerintahan bani Abbasiyah, kegiatan perekonomian bertambah maju seiring dengan perkembangan jaman sehingga kekayaan negara bertambah banyak, meskipun pada umumnya tidak berbeda dengan kegiatan perekonomian yang dilakukan bani Umayah. Badri Yatim menulis dalam buku Sejarah Peradaban Islam, bahwa pada masa Al Mahdi, perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi.


Kemudian di sektor industri di mana banyak berdiri kota-kota industri, seperti Bashrah yang terkenal dengan industri sabun dan gelasnya, Kufah dengan industri suteranya, Mesir dengan industri tekstilnya, Andalusia dengan industri kapal, kulit dan senjatanya dan Baghdad tentunya sebagai ibukota dengan berbagai industri yang digelutinya. Berkenaan dengan industri di Baghdad ini, A. Hasjmi menulis, bahwa Baghdad mempunyai 400 buah kincir air, 4.000 pabrik gelas dan 30.000 kilang keramik.

Pemerintahan bani Abbasiyah juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan dalam bidang perdagangan. Pada masa ini usaha-usaha untuk memajukan perdagangan dilakukan dengan membangun sumur-sumur dan tempat peristirahatan para pedagang, membangun armada-armada dagang dan membangun armada-armada lalut untuk melindungi para pedagang dari ancaman serangan bajak laut. A. Hasjmi mengatakan bahwa Baghdad merupakan Kota Perdagangan terbesar di dunia pada waktu itu yang dilanjutkan dengan Damaskus sebagai kota keduanya di samping kota-kota perdagangan lainnya di dunia Islam seperti Bashrah, Kufah, Madinah, Kairo, Kairawan, dan kota-kota di tanah Persia.

Namun, kemajuan di bidang ekonomi ini bukan terjadi selama pemerintahan bani Abbasiyah, tapi hanya pada periode pertamanya di mana kekuasaan politik, masih sangat kuat dan secara ekonomi sangat kaya. Setelah terjadinya disintegrasi, pendapatan pemerintah pun menurun. Penurunan pendapatan ini disebabkan oleh makin menyempitnya daerah kekuasaan, banyaknya kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak dan adanya dinasti-dinasti kecil yang tidak lagi membayar upeti, sedangkan pengeluaran membengkak.

Salah satu Sebab–sebab Keruntuhan Daulah Abbasyiah adalah dari segi internal ( dari dalam ), mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, menyebabkan komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukuan. Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama, serta merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

Keruntuhan dari segi eksternal (dari luar ) Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki dan Kerajaan Mughal di India. Daulah Abbasiyah lenyap dari permukaan bumi, runtuh terkubur dalam kota Bagdad yang hangus dibawah runtuhnya gedung-gedung dan istana yang indah permai.

Salah satu hikmah atau pelajaran yang dapat kita ambil dari sejarah adalah bahwa elemen ekonomi sangat berperan dalam pembangunan peradaban Islam. Oleh karena itu, jika kita menginginkan kejayaan peradaban Islam masa kini dan depan, maka salah satu elemen yang harus kita miliki adalah ekonomi.

Daftar Pustaka
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Raja Grafindi Persada, 2004
Hasjmi, A. Sejarah kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1995.
Karim, Adiwarman Azwar. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Depok: PT Raja Grafindi Persada, 2004

Atikah Luthfiyyah (STEI SEBI)

0/Post a Comment/Comments