WARTANUSANTARA.ID | JAKARTA -- Polusi udara yang terus terjadi di beberapa wilayah di Indonesia khususnya pada Kota Jakarta dan sekitarnya turut mengundang perhatian Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).
Hal ini karena isu kesehatan dan lingkungan adalah salah satu fokus gerakan Pengurus Pusat KAMMI (PP KAMMI).
Melalui bidang kesehatan dan lingkungan, PP KAMMI kemudian turut berikhtiar mengupayakan pencerdasan kepada masyarakat tentang bahaya dan bagaimana menanggulangi polusi udara yang bisa dilakukan oleh masyarakat.
Selain itu, PP KAMMI juga mencoba menggali solusi terbaik yang
bisa dilakukan oleh pemerintah dengan menggelar Diskusi KAMMI Health Series.
Diskusi ini menghadirkan
beberapa narasumber diantaranya, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dr.
Arif Santoso, Sp.P (K), Ph.D, Koordinator Advokasi BPJS Watch Timbul Siregar
serta Area Manager Medical PT Pertamina yang diwakili dr. Pandega Gama
Mahardika. Peserta diskusi ini berasal dari kader KAMMI Se-Indonesia dan
masyarakat umum.
Dalam sambutannya, Ahmad Jundi Khalifatullah, M.K.M. selaku ketua bidang kesehatan dan lingkungan PP KAMMI menyampaikan bahwa kesehatan adalah salah satu nikmat dari Allah SWT yang harus dijaga sebagaimana hadits “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhari no. 6412, dari Ibnu ‘Abbas)”.
“Betapa masalah polusi ini harus dipikirkan dan diselesaikan
sebelum polusinya hadir, kan ini persoalan yang terus berulang setiap tahun,
namun solusinya seperti tidak ada atau mungkin dijalankan setengah hati,”
ujarnya.
Sementara itu dr. Arif Santoso, Sp.P (K), Ph.D mengungkap bahwa polusi udara selalu masuk 2 besar faktor resiko pada 5 penyakit respirasi PPOK, Asma, Pneumonia, TBC dan Kanker Paru.
“Polusi udara sudah terbukti secara ilmiah sangat berkaitan dengan
penyakit respirasi yang ada, kami menyarankan kepada masyarakat untuk melakukan
beberapa hal kecil yang bisa dimulai dari rumah diantaranya tidak membakar
sampah sembarangan, menghemat listrik, menggunakan transportasi umum serta ada
baiknya selalu memakai masker saat diluar rumah.” ungkapnya.
Disisi lain, Timbul Siregar selaku koordinator advokasi BPJS Watch mengaris bawahi tren bertambahnya peserta non aktif JKN pada kalangan masyarakat miskin.
Hal ini membuat masyarakat miskin yang terkena dampak polusi udara menjadi rentan dan kesulitan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
“Polusi udara ini jelas karena ketidakmampuan pemerintah untuk mencari solusinya sehingga ini terus terjadi dan masyarakat kecil utamanya yang kena dampaknya.
Maka harus ada kebijakan
khusus untuk peserta JKN non aktif tadi agar tetap mendapatkan pelayanan kesehatan.
Selain itu pemerintah harus bergerak cepat mencari solusi agar penyakit
respirasi akibat polusi udara ini tidak terus membebani BPJS.”
Sedangkan dr. Pandega Gama Mahardika mengatakan bahwa kebijakan yang sudah dikeluarkan pemerintah sudah baik namun belum bisa optimal dikarenakan perlu dukungan dari semua stakeholder.
“Kebijakan kendaraan listrik belum bisa memaksimalkan penurunan polusi udara
karena kalau dilihat lebih jauh EV atau electric
vehicle juga dihasilkan dari batubara, sehingga hanya memindahkan sumber
polusi dari jalan ke tempat-tempat pembangkit listrik dan energi. Meskipun
secara jangka Panjang bagus karena EV lebih efesien energi.”
Sebelum ditutup, Ketua umum PP KAMMI Zaky Ahmad Riva’i berpesan kepada masyarakat dan seluruh kader KAMMI untuk menjaga diri dan meminimalisir polusi dari diri sendiri sehingga tidak zalim pada orang lain.
“Utamakan naik transportasi umum, selain mengurangi polusi, juga terhindar dari kemacetan. Nah seharusnya kebijakan pemerintah juga berfokus pada transportasi umum yang mudah diakses dan harganya terjangkau.
Dan ini harusnya tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Sebelum
provinsi lain ikut menjadi korban polusi udara karena industri dan penggunaan
kendaraan pribadi yang tidak terkontrol.” Ucap Zaky.
Diskusi yang digelar Sabtu, 2 September 2023 ini berlangsung hangat dengan diskusi dan saling berbagi informasi antara narasumber dan peserta, tercatat hingga pukul 22.20 WIB diskusi selesai masih banyak perserta yang ingin bertanya.
Sementara itu, hingga turunnya berita ini pemerintah telah mencoba menggunakan berbagai cara untuk menurunkan polusi udara dimulai dari razia uji emisi, WFH, penyemprotan jalan, hujan buatan hingga pemberhentian perusahaan yang diduga menjadi dalang polusi udara.
Namun, hingga saat ini menurut situs pemantau IQAir, indeks
kualitas udara (AQI) di ibu kota selalu berada di kategori merah dan oranye -
tidak sehat dan tidak sehat bagi kelompok sensitif. (AJK)
Redaktur: Wahid Ikhwan