Benarkah Yazid bin Muawiyah Pembunuh Husain?

Ketika saya membaca beberapa buku tentang sejarah Islam selalu ada tuduhan bahwasanya Yazid bin Muawiyah bertanggung jawab atas terbunuhnya Husain bin Ali, cucunya Rosulullah Saw. Mungkin juga mayoritas orang akan beranggapan seperti itu. Setelah saya membaca postingan Fb dari seorang ustadz ditambah bukunya Ali Muhammad As-Shalabi, saya berkeyakinan bahwasanya orang yang bertanggung jawab itu bukan Yazid bin Muawiyah, pengganti Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, Kekhilafahan Bani Umayah.

Lalu siapakah yang paling bertanggung jawab atas terbunuhnya Husein bin Ali? Pada kesempatan ini saya akan menguraikan siapakah yang bertanggung jawab atas terbunuhnya cucu Rosul. Bagaimana sikap para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah terhadap Yazid bin Muawiyah. Saya akan mengambil kesimpulannya dari buku yang berjudul SEJARAH DAULAH UMAWIYAH&ABBASIYAH karya DR. Ali Muhammad As-Shalabi.

Ketika Yazid bin Muawiyah memegang kekuasaan setelah ayahnya wafat, dia menghendaki kesempurnaan baiat untuknya. Ada beberapa sahabat yang menyikapi permasalahan baiat kepada Yazid. Pertama, Husain bin Ali meminta ditunda sampai orang-orang berbaiat untuk Yazid, lalu Husein pergi ke Mekkah. kedua, Ibnu Zubair tidak memberikan jawabannya hingga pergi ke Mekkah sebelum Husain. Ketiga, Ibnu Umar memberikan baiatnya untuk Yazid, karena ia tidak ingin keluar dari jamaah kaum muslimin.

Penduduk Kufah (Irak) mengirim surat kepada Husain bin Ali untuk datang ke Kufah, mereka akan memberikan baiat dan mendukung Husain sebagai Khalifah. Ia mengutus sepupunya bernama Muslim bin Uqail untuk mencari berita di Kufah. Setelah ada sekitar 12.000 orang memberikan baiat kepadanya. Yazid mencopot an-Nu’man sebagai gubernur Kufah, dan mengirimkan Ubaidillah bin Ziyad sebagai gantinya. Husain dengan beberapa pengikutnya berangkat ke Kufah, walaupun beberapa sahabat Nabi dan keluarganya menyarankannya agar membatalkan kepergiannya ke Kufah, tapi Husain bersikeras.

Muslim bin Uqail mengetahui berita pencopotan gubernur dan perburuan terhadap dirinya, lalu ia mengumpulkan ribuan pengikutnya untuk mengepung istana Ubaidillah. Ubaidillah mengumpulkan para pembesar berbagai macam keluarga di istananya. Ia memerintahkan untuk mengalihkan para anggota keluarga yang bersama Muslim. Secara berangsur-angsur ribuan pengikut Muslim berkurang dan tidak tersisa sama sekali, sehingga Muslim dapat ditangkap dan dibunuh.

Mengetahui berita terbunuhnya Muslim, Husain hendak pergi kembali ke Mekkah. Tetapi saudara dan anak-anak Muslim memintanya untuk membalas perbuatan Ubaidillah. Husain bersama puluhan pengikutnya berangkat ke Karbala, dan Ubaidillah mengirimkan pasukan di bawah Umar bin Sa’ad ke sana. Kedua pasukan tersebut bertemu di Karbala, Husain menawarkan kepada Umar salah satu dari tiga hal;

1   1.  Mengizinkan dirinya kembali ke Madinah
2   2.  Membiarkan dirinya pergi ke Syam, untuk menyerahkan diri kepada Yazid bin Muawiyah
3   3. Mengirim dirinya ke salah satu daerah perbatasan, sehingga ia menjadi salah satu di antara penduduknya, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan mereka.

Umar bin Sa’ad menerimanya, dan menulis surat kepada Ubaidillah. Ubaidillah menolak dan meminta Husain menyerahkan diri kepadanya. Husein menolak keputusan Ubaidillah bin Ziyad, dan terjadi pertempuran yang tidak seimbang, yang menyebabkan terbunuhnya Husain. Kepala Husain dibawa kepada Ubaidillah bin Ziyad.

Ketika menerima berita kematian Husain bin Ali, Yazid bin Muawiyah menangis, dan berkata, “Aku benar-benar ridha dengan ketaatan kalian tanpa harus membunuh Husain. Semoga Allah melaknat Ubaidillah bin Ziyad. Demi Allah, jika aku bertemu dengan Husain, maka aku akan mengampuninya. Semoga Allah merahmati Husain.” Peristiwa terbunuhnya Husain terjadi pada tanggal 10 Muharram tahun 61 H.

Setelah wafatnya Husain, Yazid bin Muawiyah benar-benar memuliakan keluarganya Rosulullah (Ahlu Bait) dan mendekatkan diri kepada putranya, Ali bin Husain. Yazid bin Muawiyah mendapatkan kritikan karena tidak memberikan hukuman kepada Ubaidillah bin Ziyad. Ini tidak berarti Yazid bin Muawiyah turut serta dalam membunuh Husain bin Ali. Sebab membunuh Husain merupakan sebuah dosa, dan tidak menegakkan hukum Qishas terhadap Ubaidillah merupakan dosa lain. Dengan kata lain, dosa membunuh tidak sama dengan dosa tidak menegakkan qishas (nyawa dibalas nyawa).

Lalu siapa yang bertanggung jawab atas terbunuhnya Husain bin Ali? Mereka yang menulis surat-surat  kepada Husain untuk berangkat ke Kufah, kemudian mereka tidak memberikan pertolongan kepada Husain ketika dia datang kepada mereka, sedangkan mereka berada dalam pasukan Umar bin Sa’ad. Sebagaimana seorang lelaki dari Irak bertanya tentang darah seekor lalat kepada Abdullah bin Umar. Setelah Ibnu Umar mengetahui lelaki tersebut dari Irak, ia berkata, “Lihatlah orang ini! Dia bertanya kepadaku tentang darah lalat, padahal mereka telah membunuh putra Nabi (Husain), di mana aku mendengar Rosulullah Saw. bersabda, ‘Keduanya (Hasan dan Husain) adalah wewangianku dari dunia’.
Para ulama Ahlu Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa Yazid adalah salah seorang pemimpin kaum muslimin. Dia memiliki kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan. Dia bukan seorang sahabat dan bukan pula orang kafir.

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rosulullah Saw. bersabda, “Pasukan dari umatku yang pertama memerangi kota Kaisar (Heraklius, yaitu Konstantinopel)  akan diampuni dosanya.” Yazid bin Muawiyah turut serta dalam pasukan yang memerangi Konstantinopel pada tahun 49 H.


Selesai di kaki Gunung Gede Pangrango yang diselimuti kabut.

2/Post a Comment/Comments

Unknown mengatakan…
He..apa yang anda tulisakan jelas tidak benar dan mengingkari adanya sejarah islam yang sebenarnya..kisah yang anda tuliskan jelas hanya berdasrkan sudut pandang 1 penulis buku dan tidak dari sudut pandang ahli sejarah yang lainnya.
Iman Munandar mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.