Perjalanan Dakwah Jamaluddin Al-Afghani

Ketika peradaban Islam mulai sakit-sakitan pada abad 18, selalu ada orang yang ingin menyembuhkan penyakitnya. Pada umumnya mereka disebut para pembaharu. Menurut Tamim Anshary, ada 3 tokoh besar reformis Islam pada abad 18 dan 19, yaitu pertama, Abdul Wahab dari semenanjung Arab, lebih dikenal gerakan Wahabi. Kedua, Sayyid Ahmad dari Aligarh, India, gerakan yang menjadikan Islam sebagai sistem etika yang kompatibel dengan ilmu pengetahuan dan kegiatan sekuler. Ketiga, Jamaludin al-Afghani. Pelopor gerakan pan Islamisme, dan mempelopori Ilmu harus sejalan dengan Islam Iman, modernisasi tidak harus westernisasi.

Pada tulisan ini, saya akan membahas perjalanan dakwah Jamaluddin al-Afghani yang luar biasa. Ada perbedaan pendapat, apakah Jamaludin al-Afghani itu berasal dari Iran atau Afganistan? Yang jelas pada usia 18 tahun, Jamaludin al-Afghani pergi ke India dan bertemu dengan beberapa muslim sana yang menyusun siasat sentimen anti-Inggris. Ia mengembangkannya menjadi perlawanan kolonialisme Eropa. Ia pergi ke ...

·         Afganistan, Ia mendapat kepercayaan dari raja sana untuk mengajarkan putra sulungnya. Jamaludin al-Afghani telah merumuskan reformasi dan modernisasi Islam dengan cara untuk memulihkan kekuasaan dan kebanggaan muslim. Ia mengajarkan pangeran Azam Khan ide-ide reformisnya untuk mewujudkan visinya. Pangeran Azam sebagai pengganti kerajaan ayahnya  tidak berlangsung lama. Ia pergi ke ...

·         Asia Kecil (Turki Moderen), di Universitas Konstantinopel ia menyampaikan pidato bahwa umat Islam harus belajar ilmu pengetahuan moderen, tetapi pada saat yang sama perlu mendidik anak-anak muslim secara tegas tentang nilai-nilai, tradisi, dan sejarah Islam. Modernisasi tidak harus westernisasi, katanya. Ia mendapatkan kepercayaan dari kerajaan Utsmani, karena mengusik status kemapanan para ulama sana, ia mulai diusir, dan pada tahun 1871 ia pergi ke ...

·         Mesir, ia mulai mengajar di kelas-kelas universitas al-Azhar yang bergengsi. Ketika kekuasaan Mehmet Ali mulai membusuk, ia mengkritisinya. Seharusnya pemerintahan harus bergaya hidup secara sederhana. Ia menyerukan demokrasi bergaya Islam dengan dasar syuro dan ijma. Lagi-lagi ini mengusik kerajaan Mesir, lalu pada tahun 1879 diusir dari Mesir. Lalu ia pergi ....

·         India, ketika itu ide-ide Sayyid Ahmad Khan sedang subur. Jamaludin al-Afghani melihat Sayyid Ahmad Khan sebagai anjing penjilat piaraan Inggris. Ketika terjadi pemberontakan di Mesir pecah, Inggris mengusir Jamaludin dari India dengan tuduhan telah menghasut letusan tersebut dari pengikutnya. Lalu ia pergi ke ..

·         Paris, ia mulai menulis artikel tentang Islam sebagai agama yang rasional dan sebagai pelopor  revolusi ilmiah untuk berbagai publikasi dalam bahasa Inggris, Persia, Arab, Urdu dan Perancis. Bersama muridnya bernama Muhammad Abduh dari Mesir membuat jurnal Al-Urwatul Wutsqo. Mereka berdua hanya menerbitkan sampai 18 edisi karena kesulitan keuangan yang menyebabkan ditutupnya jurnal tersebut. Dalam 18 edisi tersebut, Jamaludin al-Afghani menancapkan inti ide-ide Pan-Islamisme. Ia mengunjungi Amerika, lalu ke ..

·         London, di sini Jamaludin al-Afghani pernah berdebat dengan Randolph Churchill, ayah Winston Churchill, dan dengan para pemimpin Inggris lainnya tentang kebijakan Inggris di Mesir.  Pernah melakukan perjalanan ke Jerman dan Rusia, lalu ia pergi ke ....
·         Uzbekistan, ia membujuk otoritas Tsar untuk membiarkannya menerbitkan al-Qur’an kepada umat Islam di bawah Tsar, dan menerjemahkan literatur Islam lainnya, lalu menyebarluaskannya ke penduduk setempat. Usahanya membangkitkan Islam di seluruh wilayah tersebut. Pada 1884 ia pindah ke ...

·         Iran, ia bekerja mereformasi peradilan, dan pernah dipercayai sebagi perdana menteri oleh raja Nasiruddin. Ia mengkritisi politik kerajaan tersebut karena menjual konsesi ekonomi seperti tembakau tanpa lelang kepada kekuatan kolonialis, terutama Inggris. Jamaludin pun diusir dari Iran, lalu kembali ke ...

·         Istanbul, ia diberi kepercayaan oleh kaisar Utsmani sultan Hamid untuk mengajar, menulis, dan memberikan pidato. Banyak sekali kaum intelektual dan aktivis datang mengunjunginya dari setiap penjuru dunia muslim.

Jamaludin al-Afghani wafat di Istanbul. Setelah kematiannya, pengaruh idenya sangat kuat di dunia muslim. Di antara keturunan intelektualnya yang lain adalah Hasan al-Banna pendiri gerakan Islam Ikhwanul Muslimin yang berpengaruh sampai saat ini.

*tulisan di atas disimpulkan dari buku DARI PUNCAK BAGDAD karya Tamim Ansary.

Selesai di gunung Gede Pangrango 

0/Post a Comment/Comments