Oleh Iman Munandar
Setelah wafatnya Abu Thalib dan Khadijah, kaum Kafir Quraisy
semakin gencar mengganggu dan menyakiti Rosulullah Saw. Beliau bersama Zaid bin
Haritsah berhijrah ke Thaif guna mencari perlindungan dan dukungannya dari Bani
Tsaqif.
Setibanya di Thaif, Rosulullah Saw. Pergi menemui pimpinan
bani Tsaqif. Beliau berdakwah kepada mereka, dan mengajaknya untuk
mengimani Allah. Namun mereka menolak
mentah-mentah dan berkata kasar kepada beliau. Rosulullah meminta mereka untuk
menyembunyikan berita kedatangannya, mereka pun tetap menolak. Lalu mereka
mengerahkan para penjahat dan budak untuk mencerca dan melemparinya dengan
batu.
Zaid bin Haritsah sekuat tenaga melindungi Rosulullah yang
sudah terluka, namun kewalahan, diri sendirinya pun terluka. Mereka berhenti
mengejar, setelah beliau dan Zaid bin Haritsah tiba di kebun milik Uqbah bin
Rabi’ah.
Setelah terasa tenang bernaung di bawah pohon anggur,
Rosulullah Saw. Berdoa;
“Ya Allah, kepada-Mu
aku mengadukan kelemahanku, kurangnya kesanggupanku, dan ketidakberdayaan
diriku berhadapan dengan manusia. Wahai Zat yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Engkaulah pelindung bagi si lemah dan Engkau jualah pelindungku!
Kepada siapakah diriku hendak Engkau serahkan? Jika Engkau tidak murka kepadaku,
semua itu tak kuhiraukan karena sungguh besar nikmat yang telah Engkau
limpahkan kepadaku. Aku berlindung pada sinar cahaya wajah-Mu yang menerangi
kegelapan dan mendatangkan kebajikan di dunia dan di akhirat, dari murka-Mu
yang hendak Engkau turunkan kepadaku, hanya Engkaulah yang berhak menegur dan
mempersalahkan diriku hingga Engkau berkenan, Sungguh tiada daya dan kekuatan
apa pun selain atas perkenan-Mu”
Berkat doa Rosulullah Saw., kedua anak Rabiah merasa iba.
Mereka berdua memerintah budaknya bernama Addas beragama Nasrani untuk
memberikan setandan buah anggur kepada beliau. Setelah setandan anggur itu
diletakkan di depan beliau, beliau pun mengambil seraya mengucapkan ‘bismillah’.
Addas takjub lalu bilang, “Tidak ada seorang pun di antara
penduduk ini yang mengucapkan kata-kata seperti itu.” Rosulullah Saw. Bertanya padanya,
“Kamu dari mana, apa agamamu?” Budak itu menjawab, “Aku seorang Nasrani asli
Nainawa.” Rosulullah Saw kemudian berkata, “Berarti kamu dari negeri seorang
shalih bernama Anis bin Matta. Dia kaget, lalu bertanya, “Bagaimana kau bisa
mengenal Yunus bin Matta?” Rosulullah Saw menjawab, “Dia saudaraku, ia seorang
Nabi, aku juga Nabi. “ Addas menunduk, mencium kepala , kedua tangan dan kaki
beliau.
Rosulullah Saw. Meninggalkan Thaif dengan perasaan putus asa
mengharapkan kebaikan orang-orang Thaif. Walaupun beliau ditawarin oleh
malaikat penjaga gunung untuk meratakan dengan diangkatnya terhadap kaum yang telah
menentang dakwahnya, beliau menolak dan berharap diantara keturunannya ada yang
masuk Islam suatu waktu.
Ketika tiba di perbatasan kota Mekkah, Zaid bin Haritsah
bertanya kepada Rosulullah Saw. Bagaimana cara masuk ke kota Mekkah. Sementara
kaumnya telah mengusirnya. Beliau menjawab, “Wahai Zaid, sesungguhnya Allah
pasti akan menciptakan kelonggaran dan jalan keluar dari masalah yang engkau
lihat. Sesungguhnya Allah akan menolong agama-Nya dan memenangkan Nabi-Nya.”
Rosulullah Saw. Mengutus seorang laki-laki dari bani Khuza’ah
kepada Al-Akhnas bin Syariq dan Suhail bin Amr untuk meminta jaminan
keselamatan beliau. Namun keduanya menolak. Lalu utusan tersebut menemui Muth’im
bin Adi meminta jaminan. Dia bersedia sebagai penjamin keselamatan beliau di
kota Mekkah.
Muth’im bin Adi mengumumkan kepada kaumnya untuk segera
mengambil pedang untuk melindungi Nabi. Dan mengumumkan kepada khalayak
Quraisy, bahwasanya dia telah menjamin perlindungan beliau. Beliau bersama Zaid
bin Haritsah aman memasuki kota Mekkah, dan beliau memasuki Masjidil Haram
melaksanakan shalat 2 rakaat.
Abu Jahal mempermasalahkan ini seraya bertanya kepada Muth’im
bin Adi, “Apakah engkau sekedar memberi jaminan perlindungan ataukah
pengikutnya?”
“Aku hanya memberi jaminan perlindungan,” jawab Muht’im bin
Adi.
“Kalau begitu, kami akan melindungi siapa pun yang engkau
lindungi, “ kata Abu Jahal.
Rosulullah Saw. menyusun kembali rencana strategi dakwah. Setelah ini, beliau merencanakan berdakwah kepada kabilah-kabilah luar Mekkah yang tiap tahun beribadah haji.
Selesai di Kaki gunung Gede Pangrango
Referensi :
Sirah Nabawiyah karya Muhammad Said Ramadhan al-Buthy
Sirah Nabawiyah karya Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
Sirah Nabawiyah karya Shafiyyurrahaman al-Mubarakfuri