PERUSAHAAN MELAKUKAN PHK DI MASA PANDEMIK ? TERNYATA INI ALASANNYA

PERUSAHAAN MELAKUKAN PHK DI MASA PANDEMIK ? TERNYATA INI ALASANNYA
Oleh  Siti Julaeha



Belum lama ini kita jumpai banyaknya berita-berita Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK  yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan, dan akan sering terdengar di masa pandemic Covid-19 ini bahkan mungkin teman, keluarga atau bahkan mungkin kita sendiri yang mengalaminya.

Menurut Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Shinta W Kamdani mengatakan, alasan perusahaan melakukan ada beberapa alasan perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) selama masa penyebaran Virus Corona (Covid-19). Pertama, lemahnya permintaan pasar, termasuk akibat kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 

"Kedua adalah keterbatasan bantuan modal. Ketiga keterbatasan cash-flow terutama untuk membiayai gaji tenaga kerja yang merupakan komponen tertinggi dari biaya perusahaan," jelas dia kepada Liputan6.com, ditulis Rabu(13/5).

Jika dilihat dari kacamata analisis laporan keuangan tentu hal ini menjadi pembahasan yang amat penting karena perusahaan sendiri juga harus tetap berusaha untuk bertahan hidup, mungkin banyak  pengusaha yang di"musuh"in gara - gara melakukan PHK / Unpaid,  bahkan parahnya banyak stigma yang mengatakan pengusaha yang melakukan phk adalah pengusaha malas berpikir, padahal dibalik semua itu pengusaha menyadari pilihan PHK adalah pilihan terakhir yang harus dipikirkan berulang kali ketika sudah tidak ada jalan bagaimana memenuhi kebutuhan bottom line perusahaan supaya dapat bertahan.

Menurut Riffa Sancati Founder and CEO at The Lens Story Book Author - The Little Handbook for Big Career dalam laman linkedinnya mengatakan “Akhir-akhir ini sedang marak beredar pandangan bahwa pengusaha dengan omset trilyunan tidak seharusnya melakukan PHK. Aset mereka kan banyak, jadi keluarkan saja tabungan owners untuk bayar gaji karyawan. Saya memahami niat baik influencers yang menyuarakan hal tersebut, dan memang benar bisa terjadi ada pengusaha yang terburu-buru melakukan PHK. Namun akan lebih baik jika para influencers menggunakan financial terms yang baik dan benar agar tidak menyesatkan followers-nya”.

Mungkin sekilas kita juga mengangap bahwa perusahaan amat jahat karena harus memecat ratusan bahkan ribuan pekerja yang selama ini telah membantunya menjalankan operasi perusahaan. Namun lain lagi dengan masalah keberlangsungan hidup perusahaan yang memang tidak banyak orang mengetahui hal ini. 

Ada 4 cara melihat kondisi perusahaan dalam kondisi seperti ini “Yang pertama, bedakan omset (pendapatan) dengan bottomline (untung/rugi). Perusahaan yang omsetnya trilyunan tapi rugi milyaran itu betulan ada (dan mereka bisa tambah rugi karena Corona)”.

“Yang ke dua, bedakan antara nilai transaksi dengan pendapatan. Banyak companies yang pendapatannya hanya sekian persen dari nilai transaksi. Yang ke tiga, aset pengusaha trilyunan bukan berarti tabungannya juga trilyunan.Tidak semua aset bentuknya cair, di antaranya saham, rumah, dan kendaraan”.

“Dan Yang ke empat, bedakan antara aset dengan aset bersih (aset dikurangi utang).Aset trilyunan belum tentu aset bersih juga trilyunan.Mari kita saling membantu sebanyak yang kita bisa dan jangan memperkeruh suasana dengan menyebar teori yang tidak kita pahami sepenuhnya”.

Tentu saja postingannya ini menuai banyak komentar dari para profesional di bidang keuangan, mereka amat sangat setuju dengan sharing knowledge yang di tulis oleh Riffa Sancati ini rata-rata menyimpulkan bahwa dalam keadaan survival, kebijakan pengurangan karyawan sah-sah saja dilakukan asalkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga tidak ada pihak yang dicurangi dan banyak perusahaan yang sudah menyadari hal ini.

Terkadang sebagian orang hanya melihat asetnya saja tanpa melihat bagaimana cash flow suatu perusahaan. Di tambah kondisi pergerakan yang terbatas karena Covid-19 itu membuat banyak perusahaan yang cash flownya negatif. Mereka ahrus beradaptasi sama situasi Covid-19 dengan waktu yang terbatas dan tanpa kejelasan kapan pandemi ini akan berakhir.

Jadi jangan terburu-buru menyalahkan pengusaha tidak peka terhadap karyawannya, karena pengusaha pun memikirkan bagaimana mereka bertahan sambil memperhatikan laporan keuangan mereka serta menganalisanya. Poin –poin yang ditulis oleh  Riffa Sancati  ini sangat berkesinambungan. dan mengarah kepada bagaimana kita tahu tentang Analisa Laporan Keuangan.  Karena Selain omset (revenue) dan profit, yang lebih penting dari ini adalah cashflow untuk perusahaan survival untuk tetap bertahan hidup.

Semoga Bermanfaat 


Sumber :
https://www.merdeka.com/uang/alasan-pengusaha-terpaksa-phk-karyawan-di-tengah-pandemi-corona.html

https://www.linkedin.com/in/riffa-sancati-60527b9a/detail/recent-activity/shares/
 

0/Post a Comment/Comments