Nabi Muhammad adalah pemimpin umat Islam
dan pada masanya dianggap sebagai orang Arab yang paling baik tutur katanya,
oleh karena itu dalam disertasi ini peneliti berupaya menganalisis penggunaan
bahasa yang dituturkan olehnya. Tuturan yang dimaksud di sini adalah tuturannya
yang berbentuk prosa dengan fokus analisis pada kita>bah ‘tulisan’
beliau yang berupa surat-surat yang dikirimnya kepada para raja di wilayah
Jazirah Arab maupun di luar Jazirah Arab.
Surat-surat Nabi Muhammad kepada Para Raja
yang hidup pada zamannya merupakan data bahasa yang berupa surat resmi dan
ditulis pada masa Nabi Muhammad masih hidup—selain al-Qur’ān—sehingga dapat dipastikan bahwa lafadz yang digunakan
merupakan lafadz yang berasal langsung dari sang Nabi. Hal ini dibuktikan dengan
adanya manuskrip-manuskrip yang berisi surat-surat tersebut dengan stempel
resmi kenabian yang tersebar di berbagai museum di wilayah Timur Tengah dan
Eropa. Adapun hadits-hadits Nabi Muhammad saw., yang baru ditulis setelah
beliau wafat, masih dimungkinkan hanya maknanya yang berasal dari Nabi Muhammad
saw., sedangkan lafalnya dari periwayat hadits.
Dalam mengirimkan suratnya kepada para
raja, Nabi Muhammad saw. selaku pengirim surat sangat memperhatikan siapa yang
menjadi penerima surat tersebut. Jika melihat dari siapa penerima surat, Nabi
Muhammad membuat redaksi suratnya berdasarkan kekuatan yang dimiliki para raja.
Dilihat dari kekuatan para raja penerima surat, peneliti membaginya menjadi
dua, yaitu raja-raja yang memiliki kekuatan penuh dan raja-raja kecil.
Untuk raja-raja yang memiliki kekuatan
penuh, dalam redaksi surat dakwahnya Nabi Muhammad menyertakan ancaman religius
yang berdampak pada kerugian di akhirat. Redaksi seperti ini ditujukan kepada
Raja Kisra (Persi), Kaisar Heraklius (Romawi), dan Raja al-Muqawqis (Mesir)
dengan redaksi berturut-turut sebagai berikut.
فَإنْ تُسْلِّمْ تَسْلَمْ وَإنْ
أَبَيْتَ فَإِّنَّ عَلَيْكَ إثْمَ اْلمَجُوْسٍِّ
Jika engkau masuk Islam kau akan
selamat, dan jika kau mengabaikannya maka dosa orang-orang Majusi akan
ditanggung olehmu.
وَأَسْلِّمْ
يُؤْتِّكَ اللهُ أجْرَكَ مَرَّتَيْنِّ فَإِّنْ تَوَلَّيْتَ فَإنَّ عَلَيْكَ إثْمَ
الْقِّبْطِّـ
Masuklah kamu ke dalam agama Islam
maka kamu akan selamat dan peluklah agama Islam, Allah akan memberikan bagimu
pahala dua kali lipat, dan jika engkau menolak, dosa orang-orang Koptik akan
ditanggung olehmu.
Realisasi dari firman Allâh Azza wa
Jalla tersebut, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan utusan
yang membawa surat-surat dakwah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada
para tokoh, penguasa dan Raja kafir. Para Ulama ahli sirah berbeda pendapat
tentang penyebutan waktu pengiriman surat-surat itu secara detail. Ibnu Ishak
rahimahullah tidak menyebutkan waktu pengiriman itu secara detail. Beliau rahimahullah
hanya mengatakan bahwa pengiriman ini terjadi dalam rentang waktu yan panjang
yaitu sejak kepulangan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari perang Khaibar
sampai waktu wafat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Diantara yang
dikirimi surat oleh Rosûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendakwahi
mereka adalah Kisra (gelar untuk para penguasa Persia), Qhaishar (gelar untuk
para penguasa Romawi), Najashy (gelar untuk para penguasa Habasyah) dan para
penguasa yang lainnya.
Secara politis, meskipun Nabi Muhammad
saw. tidak memiliki kekuatan besar dibandingkan ketiga raja di atas, terlihat
beliau amat berani mengajak para raja yang berkekuatan besar tersebut untuk
memeluk Islam dengan disertai ancaman religius.
Sebagai seorang utusan Tuhan yang
ditugaskan menyebarkan risalah Islam, Nabi Muhammad berani mengambil resiko
adanya penyerangan ke Madinah. Tentunya, keyakinan akan bantuan Tuhan kepada
muslimin Madinah ketika kelak terjadi serangan dari raja-raja besar tersebut
sudah tertanam dalam diri beliau, sebagaimana bantuan yang telah didapatkan
oleh pasukan muslimin Madinah ketika Perang Badar melawan pasukan musyrikin
Mekkah yang jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak.
Pada masa awal setelah diangkat sebagai (Rosulullah) Nabi
Muhammad Saw membangun komunikasi dengan
para pemimpin suku dan pemimpin negara lain, agar mengikuti ajaran
tauhid. Beragam cara dilakukan termasuk ketika Beliau mengirim utusan yang
membawa surat ajakan masuk dalam agama Islam. Korespondensi melalui surat
itu tujukan kepada Heraclius (kaisar Romawi), Raja Negus (penguasa Ethiopia),
dan Khusrau (penguasa Persia).
Sejarah mencatat, waktu itu Heraclius
(Raja Romawi) dan Kisra (Raja Persia) merupakan dua kerajaan yang terkuat pada
zamannya, dan merupakan dua orang yang telah menentukan
jalannya politik dunia serta nasib seluruh penduduknya. Perang antara
dua kerajaan ini berkecamuk dengan kemenangan yang selalu silih berganti. Sepanjang
hidup nya Rosulullah menulis langsung sebanyak 43 surat. Untuk pempimpin dunia
seperti para Raja, Tokoh agama dan Kepala Suku. Berikut ini ada beberapa koleksi surat
Rosulullah saw :
Surat yang Nabi Muhammad Saw berikan kepada Raja Najasy (Penguasa Abyssini)
Rasulullah saw mengirim surat kepada Raja Najasy-habsyah yang
bernama Ashhammah bin Al-Abjar. Isi suratnya adalah menyerukan sang Raja agar
memeluk agama Islam Saat surat tersebut sampai di istana, Sang Raja Najasyi
mengambil surat itu, ia lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari
singgasana. Beliaupun masuk agama Islam
melalui Ja’far bin Abi Thalib ra.
Setelah masuk Islam, sang raja kemudian
membalas surat kepada Rosulullah Saw. untuk mengabarkan keislamannya. Raja Najasy
akhirnya meninggal dunia Pada bulan rajab tahun ke-9 hijriyyah. Saat men dengar Raja ini meninggal, Rosulullah saw melakukan shalat ghaib sebagai penghormatan
terakhir. Nabi Muhammad Saw juga
mengabarkan bahwa Raja Najasy akan masuk Syurga.
Surat yang Nabi Muhammad Saw berikan kepada raja Al-Muqowqis Binyamin-Mesir (Egypt)
Nabi Muhammad saw juga mengirimkan surat kepada Pemimpin Mesir raja Al Muqawqis
melalui perantara salah seorang sahabat nya. Hatsib bin abu batta'ah. Pada
kesempatan tersebut Nabi Muhammad saw mengutus seorang budak yang telah
dimerdekakan dan menjadi anak angkat sahabat Abu Raha Al Ghifari, yang bernama Jira
untuk menemani Hatsib.
Keduanya lalu menemui Muqawqis di Balai Istana di Iskandaria.
Setelah Raja Al-Muqawqis membaca surat Nabi Saw kemudian ia membalas surat baginda Nabi Muhammad Saw dan memberi kepada baginda Nabi 2 hadiah. Hadiah pertama berupa dua budak beliau yang bernama Mariyah binti Syamun al-Qibtiyyah yang dimerdekakan Nabi Muhammad saw dan menjadi istri beliau Dari nya rasullah mendapatkan seorang anak yang diberi nama Ibrahim lantas wafat di usianya yang masih terlalu muda, nama ini diambil dari nama Nenek Moyang beliau Nabi Ibrahim as. Dan hamba kedua adiknya sendiri yaitu Sirrin binti Syamun al-Qibthiyyah. Hadiah kedua pula berupa kuda untuk tunggangan baginda Nabi Muhammad Saw.
Surat kepada Raja Khosrou II (Coesroes-Parsi-Prsia)
atau raja persia, Rosulullah Saw juga mengirimkan surat kepada raja khosrou II, Abrawaiz dari kerajaan
persia. Ia mengutus sahabatnya
Abdullah bin Hudzaifah As-Sahmi yang isinya ajakan menyeru kepada agama islam,
namun setelah membaca surat tersebut, Sang Raja bersegera untuk merobek surat
tersebut dan Rosulullah saw berkata "hamba rendahan dari rakyat ku
menuliskan namanya mendahuluiku".
Kabar disobeknya kertas surat tersebut sampai kepada Rosullah Saw
dan beliau pun berdoa "semoga allah merobek robek kerajaan nya".
Allah SWT pun mengabulkan doa tersebut. Persia akhirnya kalah dalam perang
menghadapi Romawi dengan kekalahan yang menyakitkan.
Kemudian ia digulingkan oleh Anaknya sendiri Syirawaih, dan dibunuh
serta dirampas kekuasaannya.
Seterusnya kerajaan itu kian terobek robek dan hancur sampai
akhirnya ditaklukkan oleh pasukan Islam pada zaman khalifah Umar bin Khattab ra
hingga dapat lagi berdiri.
Surat yang Nabi Muhammad saw berikan kepada
Raja Heraklius (Hercules-Romawi)
Rosulullah saw juga mengirimkan surat
kepada Raja Heraklius atau Raja Hercules (Raja Romawi) yang dibawa oleh Dihyah
al kalbi. Ketika Rosulullah saw
mengirim surat kepada Kaisar raja heraklius untuk menyeru kepada agama islam
pada waktu itu kaisar sedang merayakan atas kemenangan nya pada negeri persia.
Begitu menerima surat dari Rosulullah saw, sang kaisar pun berkeinginan untuk
melakukan penelitian guna memeriksa kebenaran atas kenabian baginda Nabi
Muhammad saw. Kemudian kaisar pun
memerintahkan untuk mendatangkan seseorang dari bangsa arab ke hadapannya.
Abu Sufyan, waktu itu masih kafir. Dan rombongan nya segera
dihadirkan di hadapan Kaisar.
Abu Sufyan pun diminta berdiri paling
depan sebagai juru bicara karena memiliki nasab yang paling dekat dengan Rosulullah
saw. Rombongan yang lain berdiri di belakangnya sebagai saksi, itulah strategi Kaisar untuk mendapatkan keterangan yang valid. Maka berlansunglah dialog yang
panjang antara Kaisar dengan Abu Sufyan. Kaisar Heraklius adalah seorang
yang cerdas dengan pengetahuannya yang luas, dan kemudian kaisar bertanya
dengan taktis dan mengarahkannya kepada ciri seorang Nabi. Abu Sufyan juga
seorang yang cerdas dan bisa membaca arah pertanyaan sang Kaisar, namun beliau
dipaksa untuk berkata benar walaupun berusaha memberi dan menanggapi dengan
sedikit bias. Di akhir dialog sang Kaisar mengutarakan pendapatnya. Dan inilah
ciri-ciri seorang Nabi menurut pandangannya dan sebagaimana yang telah dia
baca di dalam kitab injil. Ternyata
semua ciri tersebut ada pada diri Nabi Muhammad Saw.
Surat Nabi Muhammad SAW kepada Uskup Dhughathir
Selain mengirimkan surat kepada Heraklius, Nabi SAW juga mengirim surat
yang ditujukan kepada Uskup terpandang di Romawi yaitu Uskup Dhughathir.
Surat yang diantarkan juga oleh Dihyah tersebut berisi sebagai berikut.
"Salam bagi yang beriman, atas dasar itu sesungguhnya Isa bin Maryam
adalah tiupan roh Allah, terjadi dengan kalimat Nya yang benar. Di sampaikan
kepada Maryam yang suci. Aku beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan
kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak cucunya serta apa yang diberikan
kepada para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di
antara mereka, dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya. Salam yang mengikuti
petunjuk."
Setelah membaca surat tersebut, sang Uskup bertanya kepada Dihyah.
"Demi Allah kawannya adalah seorang Nabi yang diutus, kami mengenali
sifat-sifat dan namanya semuanya tercantum dalam kitab-kitab kami"
Uskup tersebut kemudian meninggalkan Keuskupannya yang berwarna hitam
dan digantinya dengan jubah berwarna putih. Dia mengambil tongkatnya, lalu
beranjak menuju ke gereja. Disana banyak orang sedang berkumpul, dihadapan
mereka Uskup berkata.
"Wahai segenap orang Romawi, aku telah menerima surat dari Muhammad
yang mengajak kita kepada Allah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah,
dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."
Mendengar ucapannya tersebut orang-orangpun serempak menyerang dan
memukulinya bertubi-tubi hingga tewas.
Setelah kejadian itu Dihyah kembali kepada Heraklius, kemudian
Heraklius pun berujar. "Aku sudah memberitahukan kepadamu, bahwa kami
mencemaskan diri sendiri dan tindakan kekerasan mereka Demi Allah Uskup
Dhughathir lebih mulia daripada aku."
Surat Nabi Muhammad SAW kepada Al-Mundzir Bin Sawa (Bahrain)
Nabi Muhammad SAW mengutus risalah kepada Al Mundzir bin Sawa, yang
intinya menyuruh beliau masuk ke agama Islam.
Rosulullah SAW memilih Al Ala bin Adromi untuk menyampaikan risalahnya
itu sebagai jawaban Al Mundzir yang telah menulis kepada Rosulullah seperti
berikut ini.
"Amma ba'd, Wahai Rasulullah saya sudah membaca surat tuan yang
tertuju kepada rakyat Bahrain. Diantara mereka ada yang menyukai Islam dan
kagum kepadaNya lalu memeluknya, dan diantara mereka ada pula yang tidak
menyukainya. Sementara di negeriku ada orang-orang Majusi dan Yahudi. Maka
tulislah surat lagi kepadaku yang bisa menjelaskan urusan tuan."
Maka Rosulullah SAW menulis surat lagi, dengan menyebut nama Allah Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.
"Dari Muhammad Rosul Allah kepada Al Mundzir bin Sawa,
kesejahteraan bagi dirimu. Aku memuji bagi-Mu kepada Allah yang tiada Illahi
selain-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba dan Rosul-Nya. Aku
mengingatkanmu kepada Allah Azza wa Jalla. Barang siapa yang memberi nasihat
kepada dirinya sendiri, dan siapa yang menaati utusan-utusanku dan mengikuti
mereka, berarti ia telah menaatiku. Barang siapa memberi nasihat kepada mereka
berarti dia telah memberi nasihat karena aku. Aku telah memberi syafaat
kepadamu tentang kaummu, biarkanlah orang-orang muslim karena mereka telah
masuk Islam. Ku maafkan orang-orang yang telah berbuat kesalahan dan terimalah
mereka. Selagi engkau tetap berbuat baik, maka kami tidak akan menurunkanmu
dari kekuasaanmu."
Siapa yang ingin melindungi orang-orang Majusi atau Yahudi maka, maka
dia harus membayar Jizyah.
Surat yang Nabi berikan kepada Haudzah
bin Ali bin Ali al Hanafy pemimpin Yamamah, yang kemudian diantar oleh Salith
bin al Amiry. Sang raja mengirim kembali kurir pulang dengan gemerlap hadiah.
Namun tak lama kemudian Jibril mengabarkan kepada nabi bahwa sang
pemimpin Yamamah telah wafat.
Surat yang Nabi Muhammad saw berikan untuk kepada Abu Syamr al
Ghassany pemimpin Damaskus, dengan kurir Syuja bin Wahb. Setelah membaca isi
suratnya tersebut ia bersegera menantang nabi untuk merebut
kekuasaannya dan menolak ajakan Nabi Muhammad saw untuk masuk dalam agama Islam.
Surat yang Nabi Muhammad saw berikan kepada Ja’far raja Oman, yang
diantar oleh Amr bin al Ash. Setelah debat yang sangat ketat dengan Amr dan kemudian akhirnya sang raja dan adiknya
memeluk agama Islam.
Disamping itu kehidupan orang-orang Arab
tidak lebih daripada kabilah-kabilah, yang dalam bermusuhan, kadang menggunakan
kekerasan, kadang lunak. Tak ada ikatan di antara mereka yang merupakan suatu
kesatuan politik, yang dapat mereka gunakan untuk menghadapi pengaruh
kedua kerajaan raksasa tersebut.Oleh sebab itu, Rosulullah mengirimkan
utusan-utusannya kepada kedua penguasa besar itu juga kepada Ghassan, Yaman,
Mesir dan Abisinia. Beliau mengajak mereka untuk memeluk Islam, tanpa
merasa khawatir akan segala akibat yang mungkin timbul. Dampak yang mungkin
dapat membawa seluruh negeri Arab tunduk di bawah cengkeraman Persia dan
Bizantium.
Akan tetapi kenyataannya, Rosulullah
tidak ragu-ragu mengajak para raja itu menganut agama yang benar.
Beliau mengirim utusan kepada Heraclius, Kisra, Muqauqis, Harits Al-Ghassani
(Raja Hira), Harits Al-Himyari (Raja Yaman) dan kepada Najasi, penguasa
Abesinia (Ethiopia). Beliau hendak mengajak mereka masuk Islam. Para sahabat menyatakan
mereka kesanggupan mereka melakukan tugas besar ini. Rosulullah kemudian
membuat sebentuk cincin dari perak bertuliskan: “Muhammad Rosulullah”.
Berkaitan tujuan atau hasil yang hendak
dicapai. Surat-surat Nabi Muhammad Saw. kepada para Raja memiliki tujuan yang
beragam. Keanekaragaman tujuan ini yang menyebabkan redaksi surat secara garis
besar berbeda. Peneliti menemukan tujuan dikirimkannya surat ada dua macam,
terkait dengan apakah raja yang dikirimi surat sudah memeluk Islam atau belum.
Jika raja yang dikirimi surat belum memeluk Islam, tujuan surat Nabi Muhammad
saw. tidak lain hanyalah agar raja-raja tersebut memeluk Islam. Sementara itu,
jika raja yang dikirimi surat sudah memeluk Islam, tujuan dari pengiriman surat
adalah agar raja-raja tersebut mau melaksanakan ajaran-ajaran Islam, seperti
taat kepada Allah dan Rosulullah serta melaksanakan seluruh perintah-perintah
ajaran Islam setelah mereka mengikrarkan syahadat. Hal ini ditemukan dalam
surat Nabi Muhammad saw. kepada Raja al-Munzir bin Syawa (Pemerintah Bahrain)
dan Raja Hauzah al\ -H{anafi (Yamamah).
Dan masih ada beberapa surat lain lagi
yang Rosûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kirimkan kepada para raja dan
tokoh yang masih belum memeluk Islam.
PELAJARAN DARI KISAH DAKWAH NABI
MUHAMMAD INI
1.
Pengiriman surat ini menunjukkan bahwa Islam diturunkan untuk manusia seluruh
alam, oleh karena itu merupakan kewajiban Rosûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk memperkenalkannya dan mendakwahkannya kepada seluruh manusia
dengan memanfaatkan sarana pra sarana yang ada kala itu.
2.
Penolakan sebagian raja atau tokoh terhadap Islam itu disebabkan oleh
kecintaannya terhadap kekuasaan, kesombongan atau karena tertekan, bukan karena
mereka tidak terima dengan Islam itu sendiri
3.
Sebagian penguasa yang menyatakan keislamannya diperintahkan oleh Rosûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap di wilayahnya. Ini menunjukkan bahwa Rosûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki siasat dan taktik yang bagus dan sangat
pandai dalam mengatur banyak urusan
Sumber :
Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury, Sirah Nabawiyah:
Perjalanan Kehidupan dan Dakwah Rasulullah Saw.(Bandung: Sygma Publishing,
2010), 434.
Kholid Sayyid Ali, Surat-surat
Nabi Muhammad (Jakarta: Gema insani Press, 1993),
Li Abi Ja’far Muhammad Ibn Jarir Aṭ-Ṭabari,
Tārīkhul Ummami wal Mulūk Juz III. (Beirut,
Libanon: Darul Fikr, 1987), 241.
Bisri M. Djaelani, Sejarah
Nabi Muhammad (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004),
buku Ibnul
Jauzi, Ᾱl-Wᾱfᾱ: Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad Saw. (Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar, 2006), 592.