Surat-surat Bukti Dakwah Nabi Muhammad ke Seluruh Raja Dunia

Surat-surat Bukti Dakwah Nabi Muhammad ke Seluruh Raja Dunia
 Oleh Iklilah Muzayyanah


Nabi Muhammad adalah pemimpin umat Islam dan pada masanya dianggap sebagai orang Arab yang paling baik tutur katanya, oleh karena itu dalam disertasi ini peneliti berupaya menganalisis penggunaan bahasa yang dituturkan olehnya. Tuturan yang dimaksud di sini adalah tuturannya yang berbentuk prosa dengan fokus analisis pada kita>bah ‘tulisan’ beliau yang berupa surat-surat yang dikirimnya kepada para raja di wilayah Jazirah Arab maupun di luar Jazirah Arab.


Surat-surat Nabi Muhammad kepada Para Raja yang hidup pada zamannya merupakan data bahasa yang berupa surat resmi dan ditulis pada masa Nabi Muhammad masih hidup—selain al-Qur’ān—sehingga dapat dipastikan bahwa lafadz yang digunakan merupakan lafadz yang berasal langsung dari sang Nabi. Hal ini dibuktikan dengan adanya manuskrip-manuskrip yang berisi surat-surat tersebut dengan stempel resmi kenabian yang tersebar di berbagai museum di wilayah Timur Tengah dan Eropa. Adapun hadits-hadits Nabi Muhammad saw., yang baru ditulis setelah beliau wafat, masih dimungkinkan hanya maknanya yang berasal dari Nabi Muhammad saw., sedangkan lafalnya dari periwayat hadits.  


Dalam mengirimkan suratnya kepada para raja, Nabi Muhammad saw. selaku pengirim surat sangat memperhatikan siapa yang menjadi penerima surat tersebut. Jika melihat dari siapa penerima surat, Nabi Muhammad membuat redaksi suratnya berdasarkan kekuatan yang dimiliki para raja. Dilihat dari kekuatan para raja penerima surat, peneliti membaginya menjadi dua, yaitu raja-raja yang memiliki kekuatan penuh dan raja-raja kecil.


Untuk raja-raja yang memiliki kekuatan penuh, dalam redaksi surat dakwahnya Nabi Muhammad menyertakan ancaman religius yang berdampak pada kerugian di akhirat. Redaksi seperti ini ditujukan kepada Raja Kisra (Persi), Kaisar Heraklius (Romawi), dan Raja al-Muqawqis (Mesir) dengan redaksi berturut-turut sebagai berikut.  


فَإنْ تُسْلِّمْ تَسْلَمْ وَإنْ أَبَيْتَ فَإِّنَّ عَلَيْكَ إثْمَ اْلمَجُوْسٍِّ

Jika engkau masuk Islam kau akan selamat, dan jika kau mengabaikannya maka dosa orang-orang Majusi akan ditanggung olehmu.


وَأَسْلِّمْ يُؤْتِّكَ اللهُ أجْرَكَ مَرَّتَيْنِّ فَإِّنْ تَوَلَّيْتَ فَإنَّ عَلَيْكَ إثْمَ الْقِّبْطِّـ

Masuklah kamu ke dalam agama Islam maka kamu akan selamat dan peluklah agama Islam, Allah akan memberikan bagimu pahala dua kali lipat, dan jika engkau menolak, dosa orang-orang Koptik akan ditanggung olehmu.


Realisasi dari firman Allâh Azza wa Jalla tersebut, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimkan utusan yang membawa surat-surat dakwah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para tokoh, penguasa dan Raja kafir. Para Ulama ahli sirah berbeda pendapat tentang penyebutan waktu pengiriman surat-surat itu secara detail. Ibnu Ishak rahimahullah tidak menyebutkan waktu pengiriman itu secara detail. Beliau rahimahullah hanya mengatakan bahwa pengiriman ini terjadi dalam rentang waktu yan panjang yaitu sejak kepulangan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari perang Khaibar sampai waktu wafat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Diantara yang dikirimi surat oleh Rosûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mendakwahi mereka adalah Kisra (gelar untuk para penguasa Persia), Qhaishar (gelar untuk para penguasa Romawi), Najashy (gelar untuk para penguasa Habasyah) dan para penguasa yang lainnya.


Secara politis, meskipun Nabi Muhammad saw. tidak memiliki kekuatan besar dibandingkan ketiga raja di atas, terlihat beliau amat berani mengajak para raja yang berkekuatan besar tersebut untuk memeluk Islam dengan disertai ancaman religius.


Sebagai seorang utusan Tuhan yang ditugaskan menyebarkan risalah Islam, Nabi Muhammad berani mengambil resiko adanya penyerangan ke Madinah. Tentunya, keyakinan akan bantuan Tuhan kepada muslimin Madinah ketika kelak terjadi serangan dari raja-raja besar tersebut sudah tertanam dalam diri beliau, sebagaimana bantuan yang telah didapatkan oleh pasukan muslimin Madinah ketika Perang Badar melawan pasukan musyrikin Mekkah yang jumlahnya tiga kali lipat lebih banyak.


Pada masa awal setelah diangkat sebagai (Rosulullah) Nabi Muhammad Saw membangun komunikasi dengan para pemimpin suku dan pemimpin negara lain, agar mengikuti ajaran tauhid. Beragam cara dilakukan termasuk ketika Beliau mengirim utusan yang membawa surat ajakan masuk dalam agama Islam. Korespondensi melalui surat itu tujukan kepada Heraclius (kaisar Romawi), Raja Negus (penguasa Ethiopia), dan Khusrau (penguasa Persia).


Sejarah mencatat, waktu itu Heraclius (Raja Romawi) dan Kisra (Raja Persia) merupakan dua kerajaan yang terkuat pada zamannya, dan merupakan dua orang yang telah menentukan jalannya politik dunia serta nasib seluruh penduduknya. Perang antara dua kerajaan ini berkecamuk dengan kemenangan yang selalu silih berganti. Sepanjang hidup nya Rosulullah menulis langsung sebanyak 43 surat. Untuk pempimpin dunia seperti para Raja, Tokoh agama dan Kepala Suku. Berikut ini ada beberapa koleksi surat Rosulullah saw :


Surat yang Nabi Muhammad Saw berikan kepada Raja Najasy (Penguasa Abyssini)


Rasulullah saw mengirim surat kepada Raja Najasy-habsyah yang bernama Ashhammah bin Al-Abjar. Isi suratnya adalah menyerukan sang Raja agar memeluk agama Islam Saat surat tersebut sampai di istana, Sang Raja Najasyi mengambil surat itu, ia lalu meletakkan ke wajahnya dan turun dari singgasana.  Beliaupun masuk agama Islam melalui Ja’far bin Abi Thalib ra.


Setelah masuk Islam, sang raja kemudian membalas surat kepada Rosulullah Saw. untuk mengabarkan keislamannya. Raja Najasy akhirnya meninggal dunia Pada bulan rajab tahun ke-9 hijriyyah. Saat men dengar Raja ini meninggal, Rosulullah saw melakukan shalat ghaib sebagai penghormatan terakhir. Nabi Muhammad Saw juga mengabarkan bahwa Raja Najasy akan masuk Syurga.


Surat yang Nabi Muhammad Saw berikan kepada raja Al-Muqowqis Binyamin-Mesir (Egypt)


Nabi Muhammad saw juga mengirimkan surat kepada Pemimpin Mesir raja Al Muqawqis melalui perantara salah seorang sahabat nya. Hatsib bin abu batta'ah. Pada kesempatan tersebut Nabi Muhammad saw mengutus seorang budak yang telah dimerdekakan dan menjadi anak angkat sahabat Abu Raha Al Ghifari, yang bernama Jira untuk menemani Hatsib.


Keduanya lalu menemui Muqawqis di Balai Istana di Iskandaria.


Setelah Raja Al-Muqawqis membaca surat Nabi Saw kemudian ia membalas surat baginda Nabi Muhammad Saw dan memberi kepada baginda Nabi 2 hadiah. Hadiah pertama berupa dua budak beliau yang bernama Mariyah binti Syamun al-Qibtiyyah yang dimerdekakan Nabi Muhammad saw dan menjadi istri beliau Dari nya rasullah mendapatkan seorang anak yang diberi nama Ibrahim lantas wafat di usianya yang masih terlalu muda, nama ini diambil dari nama Nenek Moyang beliau Nabi Ibrahim as. Dan hamba kedua adiknya sendiri yaitu Sirrin binti Syamun al-Qibthiyyah. Hadiah kedua pula berupa kuda untuk tunggangan baginda Nabi Muhammad Saw.


 Surat kepada Raja Khosrou II (Coesroes-Parsi-Prsia) atau raja persia, Rosulullah Saw juga mengirimkan surat kepada raja khosrou II, Abrawaiz dari kerajaan persia. Ia mengutus sahabatnya Abdullah bin Hudzaifah As-Sahmi yang isinya ajakan menyeru kepada agama islam, namun setelah membaca surat tersebut, Sang Raja bersegera untuk merobek surat tersebut dan Rosulullah saw berkata "hamba rendahan dari rakyat ku menuliskan namanya mendahuluiku".


Kabar disobeknya kertas surat tersebut sampai kepada Rosullah Saw dan beliau pun berdoa "semoga allah merobek robek kerajaan nya".


Allah SWT pun mengabulkan doa tersebut. Persia akhirnya kalah dalam perang menghadapi Romawi dengan kekalahan yang menyakitkan.


Kemudian ia digulingkan oleh Anaknya sendiri Syirawaih, dan dibunuh serta dirampas kekuasaannya.


Seterusnya kerajaan itu kian terobek robek dan hancur sampai akhirnya ditaklukkan oleh pasukan Islam pada zaman khalifah Umar bin Khattab ra hingga dapat lagi berdiri.


Surat yang Nabi Muhammad saw berikan kepada Raja Heraklius (Hercules-Romawi)


Rosulullah saw juga mengirimkan surat kepada Raja Heraklius atau Raja Hercules (Raja Romawi) yang dibawa oleh Dihyah al kalbi. Ketika Rosulullah saw mengirim surat kepada Kaisar raja heraklius untuk menyeru kepada agama islam pada waktu itu kaisar sedang merayakan atas kemenangan nya pada negeri persia. Begitu menerima surat dari Rosulullah saw, sang kaisar pun berkeinginan untuk melakukan penelitian guna memeriksa kebenaran atas kenabian baginda Nabi Muhammad saw. Kemudian kaisar pun memerintahkan untuk mendatangkan seseorang dari bangsa arab ke hadapannya.


Abu Sufyan, waktu itu masih kafir. Dan rombongan nya segera dihadirkan di hadapan Kaisar.


Abu Sufyan pun diminta berdiri paling depan sebagai juru bicara karena memiliki nasab yang paling dekat dengan Rosulullah saw. Rombongan yang lain berdiri di belakangnya sebagai saksi, itulah strategi Kaisar untuk mendapatkan keterangan yang valid. Maka berlansunglah dialog yang panjang antara Kaisar dengan Abu Sufyan. Kaisar Heraklius adalah seorang yang cerdas dengan pengetahuannya yang luas, dan kemudian kaisar bertanya dengan taktis dan mengarahkannya kepada ciri seorang Nabi. Abu Sufyan juga seorang yang cerdas dan bisa membaca arah pertanyaan sang Kaisar, namun beliau dipaksa untuk berkata benar walaupun berusaha memberi dan menanggapi dengan sedikit bias. Di akhir dialog sang Kaisar mengutarakan pendapatnya. Dan inilah ciri-ciri seorang Nabi menurut pandangannya dan sebagaimana yang telah dia baca di dalam kitab injil. Ternyata semua ciri tersebut ada pada diri Nabi Muhammad Saw.


Surat Nabi Muhammad SAW kepada Uskup Dhughathir


Selain mengirimkan surat kepada Heraklius, Nabi SAW juga mengirim surat yang ditujukan kepada Uskup terpandang di Romawi yaitu Uskup Dhughathir.


Surat yang diantarkan juga oleh Dihyah tersebut berisi sebagai berikut. "Salam bagi yang beriman, atas dasar itu sesungguhnya Isa bin Maryam adalah tiupan roh Allah, terjadi dengan kalimat Nya yang benar. Di sampaikan kepada Maryam yang suci. Aku beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Yaqub dan anak cucunya serta apa yang diberikan kepada para Nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya. Salam yang mengikuti petunjuk."


Setelah membaca surat tersebut, sang Uskup bertanya kepada Dihyah. "Demi Allah kawannya adalah seorang Nabi yang diutus, kami mengenali sifat-sifat dan namanya semuanya tercantum dalam kitab-kitab kami"


Uskup tersebut kemudian meninggalkan Keuskupannya yang berwarna hitam dan digantinya dengan jubah berwarna putih. Dia mengambil tongkatnya, lalu beranjak menuju ke gereja. Disana banyak orang sedang berkumpul, dihadapan mereka Uskup berkata.


"Wahai segenap orang Romawi, aku telah menerima surat dari Muhammad yang mengajak kita kepada Allah. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."


Mendengar ucapannya tersebut orang-orangpun serempak menyerang dan memukulinya bertubi-tubi hingga tewas.


Setelah kejadian itu Dihyah kembali kepada Heraklius, kemudian Heraklius pun berujar. "Aku sudah memberitahukan kepadamu, bahwa kami mencemaskan diri sendiri dan tindakan kekerasan mereka Demi Allah Uskup Dhughathir lebih mulia daripada aku."


Surat Nabi Muhammad SAW kepada Al-Mundzir Bin Sawa (Bahrain)


Nabi Muhammad SAW mengutus risalah kepada Al Mundzir bin Sawa, yang intinya menyuruh beliau masuk ke agama Islam.


Rosulullah SAW memilih Al Ala bin Adromi untuk menyampaikan risalahnya itu sebagai jawaban Al Mundzir yang telah menulis kepada Rosulullah seperti berikut ini.


"Amma ba'd, Wahai Rasulullah saya sudah membaca surat tuan yang tertuju kepada rakyat Bahrain. Diantara mereka ada yang menyukai Islam dan kagum kepadaNya lalu memeluknya, dan diantara mereka ada pula yang tidak menyukainya. Sementara di negeriku ada orang-orang Majusi dan Yahudi. Maka tulislah surat lagi kepadaku yang bisa menjelaskan urusan tuan."


Maka Rosulullah SAW menulis surat lagi, dengan menyebut nama Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.


"Dari Muhammad Rosul Allah kepada Al Mundzir bin Sawa, kesejahteraan bagi dirimu. Aku memuji bagi-Mu kepada Allah yang tiada Illahi selain-Nya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Hamba dan Rosul-Nya. Aku mengingatkanmu kepada Allah Azza wa Jalla. Barang siapa yang memberi nasihat kepada dirinya sendiri, dan siapa yang menaati utusan-utusanku dan mengikuti mereka, berarti ia telah menaatiku. Barang siapa memberi nasihat kepada mereka berarti dia telah memberi nasihat karena aku. Aku telah memberi syafaat kepadamu tentang kaummu, biarkanlah orang-orang muslim karena mereka telah masuk Islam. Ku maafkan orang-orang yang telah berbuat kesalahan dan terimalah mereka. Selagi engkau tetap berbuat baik, maka kami tidak akan menurunkanmu dari kekuasaanmu."


Siapa yang ingin melindungi orang-orang Majusi atau Yahudi maka, maka dia harus membayar Jizyah.


Surat yang Nabi berikan kepada Haudzah bin Ali bin Ali al Hanafy pemimpin Yamamah, yang kemudian diantar oleh Salith bin al Amiry. Sang raja mengirim kembali kurir pulang dengan gemerlap hadiah. Namun tak lama kemudian Jibril mengabarkan kepada nabi bahwa sang pemimpin Yamamah telah wafat.


Surat yang Nabi Muhammad saw berikan untuk kepada Abu Syamr al Ghassany pemimpin Damaskus, dengan kurir Syuja bin Wahb. Setelah membaca isi suratnya tersebut ia bersegera menantang nabi untuk merebut kekuasaannya dan menolak ajakan Nabi Muhammad saw  untuk masuk dalam agama Islam.


Surat yang Nabi Muhammad saw berikan kepada Ja’far raja Oman, yang diantar oleh Amr bin al Ash. Setelah debat yang sangat ketat dengan Amr dan kemudian akhirnya sang raja dan adiknya memeluk agama Islam.


Disamping itu kehidupan orang-orang Arab tidak lebih daripada kabilah-kabilah, yang dalam bermusuhan, kadang menggunakan kekerasan, kadang lunak. Tak ada ikatan di antara mereka yang merupakan suatu kesatuan politik, yang dapat mereka gunakan untuk menghadapi pengaruh kedua kerajaan raksasa tersebut.Oleh sebab itu, Rosulullah mengirimkan utusan-utusannya kepada kedua penguasa besar itu juga kepada Ghassan, Yaman, Mesir dan Abisinia. Beliau mengajak mereka untuk memeluk Islam, tanpa merasa khawatir akan segala akibat yang mungkin timbul. Dampak yang mungkin dapat membawa seluruh negeri Arab tunduk di bawah cengkeraman Persia dan Bizantium.


Akan tetapi kenyataannya, Rosulullah tidak ragu-ragu mengajak para raja itu menganut agama yang benar. Beliau mengirim utusan kepada Heraclius, Kisra, Muqauqis, Harits Al-Ghassani (Raja Hira), Harits Al-Himyari (Raja Yaman) dan kepada Najasi, penguasa Abesinia (Ethiopia). Beliau hendak mengajak mereka masuk Islam. Para sahabat menyatakan mereka kesanggupan mereka melakukan tugas besar ini. Rosulullah kemudian membuat sebentuk cincin dari perak bertuliskan: “Muhammad Rosulullah”.


Berkaitan tujuan atau hasil yang hendak dicapai. Surat-surat Nabi Muhammad Saw. kepada para Raja memiliki tujuan yang beragam. Keanekaragaman tujuan ini yang menyebabkan redaksi surat secara garis besar berbeda. Peneliti menemukan tujuan dikirimkannya surat ada dua macam, terkait dengan apakah raja yang dikirimi surat sudah memeluk Islam atau belum. Jika raja yang dikirimi surat belum memeluk Islam, tujuan surat Nabi Muhammad saw. tidak lain hanyalah agar raja-raja tersebut memeluk Islam. Sementara itu, jika raja yang dikirimi surat sudah memeluk Islam, tujuan dari pengiriman surat adalah agar raja-raja tersebut mau melaksanakan ajaran-ajaran Islam, seperti taat kepada Allah dan Rosulullah serta melaksanakan seluruh perintah-perintah ajaran Islam setelah mereka mengikrarkan syahadat. Hal ini ditemukan dalam surat Nabi Muhammad saw. kepada Raja al-Munzir bin Syawa (Pemerintah Bahrain) dan Raja Hauzah al\ -H{anafi (Yamamah).


Dan masih ada beberapa surat lain lagi yang Rosûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kirimkan kepada para raja dan tokoh yang masih belum memeluk Islam.

 

PELAJARAN DARI KISAH DAKWAH NABI MUHAMMAD INI


1. Pengiriman surat ini menunjukkan bahwa Islam diturunkan untuk manusia seluruh alam, oleh karena itu merupakan kewajiban Rosûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk memperkenalkannya dan mendakwahkannya kepada seluruh manusia dengan memanfaatkan sarana pra sarana yang ada kala itu.

2. Penolakan sebagian raja atau tokoh terhadap Islam itu disebabkan oleh kecintaannya terhadap kekuasaan, kesombongan atau karena tertekan, bukan karena mereka tidak terima dengan Islam itu sendiri

3. Sebagian penguasa yang menyatakan keislamannya diperintahkan oleh Rosûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tetap di wilayahnya. Ini menunjukkan bahwa Rosûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki siasat dan taktik yang bagus dan sangat pandai dalam mengatur banyak urusan

 

Sumber :

https://almanhaj.or.id/4248-surat-dakwah-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam-kepada-para-penguasa-dan-raja-kafir.html

https://www.dictio.id/t/siapa-saja-raja-raja-yang-dikirimi-surat-dakwah-oleh-rasullah-saw-dan-bagaimana-reaksi-raja-raja-tersebut/46685#:~:text=Berikut%20adalah%20raja-raja%20yang,dengan%20menyatakan%20diri%20masuk%20Islam.

Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury, Sirah Nabawiyah: Perjalanan Kehidupan dan Dakwah Rasulullah Saw.(Bandung: Sygma Publishing, 2010), 434.

Kholid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad (Jakarta: Gema insani Press, 1993),

Li Abi Ja’far Muhammad Ibn Jarir A-abari, Tārīkhul Ummami wal Mulūk Juz III. (Beirut, Libanon: Darul Fikr, 1987), 241.

Bisri M. Djaelani, Sejarah Nabi Muhammad (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004),

buku Ibnul Jauzi, Ᾱl-Wᾱfᾱ: Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad Saw. (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2006), 592.



0/Post a Comment/Comments