Khalifah Ali bin Abi Thalib dan Upayanya Meredam Pemberontakan


WARTANUSANTARA.ID|SEJARAH--
Ali bin Abi Thalib merupakan putra paman Nabi Muhammad Saw. Ia masuk Islam ketika berusia 10 tahun. Kemudian pada tahun 2 Hijriah, Rasulullah menikahkan Ali dengan putrinya, Fatimah. 

Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khalifah setelah Khalifah Utsman bin Affan terbunuh di tangan para pemberontak. Ali diangkat menjadi khalifah pada bulan Dzulhijjah 35 H atau 24 Juni tahun 656 M di masjid Nabawi.

Banyak para sahabat Nabi menuntut Ali untuk segera menegakkan qishas atas darah Utsman bin Affan. Mereka adalah Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Aisyah ra, Muawiyah, dll. Namun, khalifah Ali meminta agar mereka menunggu sampai ia menyusun program yang baik untuk melaksanakan hal tersebut. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perang Jamal dan Shiffin. Berikut ringkasan dari buku Ensiklopedi Sejarah Islam;

Perang Jamal (Perang Onta)

Pada bulan Jumadil Akhir tahun 36 H, para konspirator (pembunuh Utsman) berhasil mempengaruhi pasukan. Dua pasukan tersebut saling serang dan terjadi pertempuran yang sengit di hadapan onta yang di atasnya ada pelana Aisyah ra. Pertempuran itu mengakibatkan terbunuhnya 70 orang dengan lukanya masing-masing.

Ali bangkit dan ia memerintahkan untuk menyembelih onta. Aisyah selamat dan ia memerintah Aisyah dijaga hingga ia kembali ke Madinah. Pasukan Basrah yang terbunuh berjumlah 10.000 orang dan pasukan Ali yang terbunuh sebanyak 5000 orang.

Fitnah dapat diredam sebagian. Kota-kota Islam kembali tunduk kepada khalifah Ali bin Abi Thalib. Masalah yang ada hanya di Syam ketika Muawiyah bin Abu Sufyan keluar dari kekuasaan khalifah Ali. Ia tidak mau berbaiat kepada Ali sampai para pembunuh Utsman mendapatkan balasan yang setimpal.

Perang Shiffin

Pada bulan Muharram tahun 37 H, khalifah Ali ingin mencopot Muawiyah bin Abu Sufyan dari jabatannya di Syam, akan tetapi Muawiyah menolak dan tidak mau melaksanakan semua perintah khalifah. Ali lantas keluar membawa pasukan dan Muawiyah pun keluar membawa pasukan. Di dalam pasukan Muawiyah terdapat sekelompok konspirator.

Ali mengirim surat kepada Muawiyah menjelaskan argumentasi pendapatnya, akan tetapi usaha itu sia-sia. Maka, terjadilah perang di Shiffin. Amar bin Yasir terbunuh di tangan Muawiyah. Rosulullah Saw. pernah bersabda kepada Amar, "Kamu akan dibunuh oleh sekelompok orang yang durhaka."

Pasukan Muawiyah hampir kalah. Tapi Amr bin Ash yang berada dalam pasukan Muawiyah meminta diadakan perundingan tahkim. Pasukan Muawiyah mengangkat mushaf dan meminta diadakan tahkim. Ali merasa permintaan itu adalah tipuan. Akan tetapi sebagian besar pasukan Ali mendesak untuk menerima tahkim. Ali pun terpaksa menerimanya.

Perang An-Nahrawan

Pada tahun 40 H, Ali memerangi orang-orang Khawarij (keluar dari barisan Ali) karena telah berbuat kerusakan. Kelompok Khawarij adalah kelompok yang keluar dari barisan Ali karena tidak setuju adanya tahkim. Padahal mereka yang mendesak Ali untuk menerima tahkim.

Perdamaian Ali dan Muawiyah

Pada tahun 39 H Ali dan Muawiyah berdamai dan sepakat untuk menghentikan peperangan dengan syarat khalifah Ali tidak boleh intervensi Muawiyah di Syam.

Pada tahun 40 H, tiga orang Khawarij menyusup dengan tujuan membunuh Muawoyah, Ali, dan Amr bin Ash. Akan tetapi mereka hanya berhasil membunuh Ali.

Ali memangku jabatan khalifah selama 4 tahun 8 bulan.

Sumber :

Ensiklopedi Sejarah Islam karya Tim Riset dan Studi Islam Mesir

Tokoh-tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah karya Syaikh Muhammad Said Mursi

Tarikh Khulafa karya Imam As-Suyuthi


0/Post a Comment/Comments