Pengambilan Keputusan dalam Bernegosiasi Pendekatan Humanistik


Ditulis oleh Nisrina Hafizah Husna
Mahasiswa SEI SEBI

Pendahuluan

Negosiasi adalah sesuatu yang hampir setiap orang lakukan, meskipun sering kali kita tidak menyadarinya. Misalnya, ketika kita berdiskusi dengan teman soal tempat makan siang, atau saat tawar-menawar harga barang. Dalam konteks profesional, negosiasi menjadi semakin penting karena menyangkut kepentingan banyak pihak, reputasi, dan keberlangsungan hubungan kerja.

Dalam kehidupan pribadi maupun profesional, kita terus-menerus dihadapkan pada situasi yang menuntut pengambilan keputusan. Mulai dari keputusan kecil seperti memilih menu makan siang hingga keputusan strategis yang berdampak besar terhadap arah organisasi. Namun, tidak semua keputusan diambil secara sepihak. Seringkali, proses pengambilan keputusan melibatkan pihak lain dan berlangsung dalam bentuk negosiasi.

Menurut Robbins dan Judge (2017) dalam bukunya  Organizational Behavior, negosiasi adalah proses di mana dua pihak atau lebih bertukar barang atau jasa dan berupaya menyepakati tingkat kepuasan yang saling menguntungkan. Dalam konteks ini, pengambilan keputusan dan negosiasi menjadi dua aspek yang tidak dapat dipisahkan. Keputusan yang baik sering kali merupakan hasil dari proses negosiasi yang efektif.

Menurut Fisher, Ury, dan Patton (2011), negosiasi adalah proses komunikasi dua arah yang bertujuan mencapai kesepakatan meskipun ada perbedaan kepentingan. Namun, di balik percakapan atau debat yang terlihat, ada proses penting yang sering terabaikan: bagaimana kita mengambil keputusan. Proses ini jarang sederhana, karena dalam negosiasi kita harus cepat, tepat, dan tetap mempertimbangkan perasaan serta kepentingan semua pihak. Tulisan ini akan mencoba membahas bagaimana pengambilan keputusan dalam negosiasi bisa dilakukan dengan pendekatan humanistik, yaitu pendekatan yang lebih “manusiawi”, berempati, dan beretika.

Sebagai mahasiswa aktif di organisasi kewirausahaan kampus, penulis menceritakan bahwa keputusan terbaik sering lahir dari diskusi terbuka dan musyawarah. Hal ini menunjukkan bahwa keterbukaan dan nilai-nilai Islam benar-benar berperan dalam menghasilkan keputusan yang tidak hanya bijaksana tapi juga membangun rasa saling percaya.

 

Pengambilan Keputusan dalam Negosiasi

Secara sederhana, pengambilan keputusan adalah proses memilih alternatif terbaik untuk mencapai suatu tujuan (Robbins & Coulter, 2018). Dalam negosiasi, tujuan itu bisa berupa kesepakatan yang saling menguntungkan, menjaga hubungan baik, atau bahkan menciptakan peluang kolaborasi di masa depan.

Tapi ya kenyataannya pengambilan keputusan dalam negosiasi tidak selalu mudah. Banyak faktor yang mempengaruhi, seperti tekanan waktu, rasa cemas, bias kognitif (misalnya terlalu percaya diri atau takut gagal), hingga emosi yang terkadang tidak terkendali. Kadang kita tergoda memilih jalan cepat yang kelihatannya menguntungkan sekarang, tetapi berpotensi merusak hubungan jangka panjang. Pendekatan tradisional sering mengajarkan kita untuk berpikir rasional: hitung untung rugi, kumpulkan data, lalu pilih alternatif yang paling masuk akal (Bazerman & Moore, 2013). Pendekatan ini tentu penting, tetapi dalam prakteknya kita berhadapan dengan manusia, bukan robot. Dan manusia punya emosi, nilai, serta harapan yang tak selalu bisa diterjemahkan dalam angka.

Pendekatan Humanistik dalam Negosiasi

Pendekatan humanistik menempatkan manusia—dengan semua kompleksitasnya—di pusat proses negosiasi. Artinya, kita tidak hanya fokus pada “apa yang saya mau” atau “berapa yang saya dapat”, tetapi juga memperhatikan bagaimana proses ini berdampak bagi semua pihak.

Tiga hal utama dalam pendekatan humanistik ini adalah:

·         Empati: Kemampuan untuk sungguh-sungguh memahami sudut pandang orang lain, bukan sekadar pura-pura mendengar (Goleman, 2006). Empati membantu kita melihat apa yang sebenarnya penting bagi lawan bicara, yang kadang tidak terucap secara langsung.

·         Komunikasi terbuka: Berani menyampaikan pendapat secara jujur dan terbuka, sekaligus siap mendengar dengan sungguh-sungguh. Komunikasi semacam ini menciptakan rasa saling percaya.

·         Pertimbangan etis: Berusaha mengambil keputusan yang adil, bukan hanya untuk kepentingan sendiri, tetapi juga mempertimbangkan kebaikan bersama.

Menurut Brodow (2015), ukuran sukses dalam negosiasi bukan hanya soal siapa yang “menang” atau “kalah”, tetapi bagaimana kita menjalani prosesnya dengan menghormati martabat semua pihak.

Strategi Humanistik dalam Pengambilan Keputusan       

Bagaimana penerapan konkret pendekatan humanistik ini? Berikut beberapa strategi yang bisa kita coba:

1.       Mengenali kepentingan semua pihak
Bukan hanya mendengar apa yang diminta lawan bicara, tetapi juga mencari tahu alasan di balik permintaan itu. Dengan begitu, kita bisa menemukan solusi yang sama-sama memuaskan.

2.       Membangun hubungan jangka panjang
Jangan terjebak hanya mengejar kemenangan sesaat. Keputusan yang baik adalah yang memperkuat hubungan sehingga kita tetap bisa bekerja sama di masa depan.

3.       Mengelola emosi
Emosi seperti marah, kecewa, atau terlalu senang bisa membuat kita kehilangan objektivitas. Menyadari dan mengendalikan emosi membantu kita berpikir lebih jernih.

4.       Menggunakan empati untuk menciptakan solusi kreatif
Dengan memahami sudut pandang pihak lain, seringkali muncul ide-ide baru yang sebelumnya tidak terpikirkan.

Kesimpulan

Negosiasi bukan hanya soal siapa yang paling pintar berbicara atau siapa yang paling banyak mendapat keuntungan materi. Negosiasi yang benar-benar efektif justru lahir dari proses pengambilan keputusan yang seimbang: menggabungkan logika dan hati, analisis rasional dan empati. Dengan pendekatan humanistik, kita tidak hanya mendapatkan kesepakatan yang baik, tetapi juga membangun kepercayaan dan hubungan jangka panjang. Pada akhirnya, itulah nilai tambah sejati dari negosiasi: bukan hanya tentang apa yang kita dapatkan hari ini, tetapi juga tentang bagaimana kita menciptakan hubungan yang sehat, saling menghargai, dan berkelanjutan di masa depan. 

Daftar Pustaka

·         Bazerman, M. H., & Moore, D. A. (2013). Judgment in Managerial Decision Making (8th ed.). Wiley.

·         Brodow, E. (2015). Negotiation Boot Camp: How to Resolve Conflict, Satisfy Customers, and Make Better Deals. Currency.

·         Fisher, R., Ury, W., & Patton, B. (2011). Getting to Yes: Negotiating Agreement Without Giving In (3rd ed.). Penguin Books.

·         Goleman, D. (2006). Social Intelligence: The New Science of Human Relationships. Bantam Books.

Robbins, S. P., & Coulter, M. (2018). Management (14th ed.). Pearson

0/Post a Comment/Comments