Ketika Israel Mendukung Referendum Pemisahan Kurdistan Dari Irak*

Oleh Saief Alemdar
Ketika Israel menjadi satu-satunya negara yang mendukung Referendum untuk pemisahan Kurdistan dari Irak yang diajak oleh Mesut Barzany pada tanggal 25 September mendatang, maka hal ini bukan lah sebuah kebijakan yang bijak dan appreciable bagi bangsa Kurdi dan juga bagi Barzany, apalagi di saat yang sangat tidak tepat seperti sekarang.

Kalau memang benar apa yang diisukan bahwa Mesut Barzany yang sudah selesai masa jabatannya sejak dua tahun lalu menggunakan isu referendum untuk menekan pemerintah pusat di Baghdad guna bernegosiasi kembali terkait masalah ekspor minyak, dan bahan tawar-menawar masa depan kota Kirkuk yang dihuni oleh multi etnis, maka dapat dikatakan bahwa spekulasi Barzany akan berdampak negatif, bahkan justru akan menguatkan pemerintah Baghdad dan kelompok oposisi lainnya yang anti-referendum.

 
Federal Constitutional Court di Baghdad telah memutuskan bahwa referendum tidak sah dan melanggar hukum. Sementara ketua pasukan Hasyd Sha'bi Irak, Hady Al Amery mengingatkan bahwa referendum Kurdistan berpotensi akan memicu civil war di Irak!
Dulu, ketika bangsa Kurdi memberontak melawan pemerintahan presiden Saddam Hussein, mereka mendapatkan simpati regional dan internasional, karena memang presiden Irak saat ini tidak menerapkan sistem demokrasi, rakyat Kurdi sangat "terjajah", selain itu bangsa Kurdi saat itu juga berada di barisan kelompok resistensi yang berseblahan dengan AS dan Israel. Adapun sekarang, kondisi telah berubah, Bangsa Kurdi memiliki pemerintahan otonom, kondisi perekonomian juga relatif cukup baik. Maka, apabila sampai terjadi civil war, maka Mr. Barzany akan kesulitan mencari dukungan luar.
Irak hari ini dapat dikatakan cukup demokratis, pemerintahnya didukung oleh AS dan Iran dalam waktu yang sama. AS selaku sekutu yang "melahirkan" Kurdistan tidak setuju dengan referendum, hal yang sama diungkapkan Inggris dan Perancis. Sedangkan Turki mulai memamerkan ratusan tank dan senjata berat lainnya di perbatasan Irak, mungkin persiapan untuk melakukan intervensi apabila referendum sukses, karena bagi Turki referendum Kurdistan akan menjadi langkah provokasi bagi etnis Kurdi di Turki.
Kita yakin bahwa Mr. Barzany tidak lebih kuat dari Irak, Iran, Turki atau Suriah di Kawasan, apalagi lebih kuat dari AS, Inggris atau Perancis di tingkat internasional, sehingga ketika negara-negara itu menentang dia dengan mudah dapat melawan.
Dukungan Israel terhadap referendum secara terang-terangan dan dikibarkannya bendera Israel di Erbil kemarin bukanlah sesuatu yang dapat dibanggakan bagi rakyat Kurdi, justru malah sebaliknya.
Tampaknya Mr. Barzany harus mengaca pada hasil Brexit yang dilakukan pemerintahan David Cameron dari partai Konservatif, partainya kalah telak dalam Pemilu dan sampai saat ini Inggris masih dituntut "uang cerai" dengan Uni Eropa yang mencapai 70 miliar Poundsterling!
Entah apa yang dipikirkan Mr. Barzany dan partainya terkait dengan referendum, spekulasi itu jelas-jelas merugikannya dan rakyatnya. Setidaknya dengan melakukan referendum, Barzany sudah mengumumkan permusuhan dengan para tetangganya, Irak, Iran, Turki dan Suriah. Atau jangan-jangan ada hal lain yang tidak kita ketahui, namun diketahui oleh Mr. Barzany. Semoga saja segera terungkap...Biarlah waktu yang menjawab

*Judul hanya tambahan dari redaksi Warnus. Konten diambil dari akun Fb Saief Alemdar

0/Post a Comment/Comments