Tentang Perempuan Luka

Oleh Amin Sudarsono*
Luka itu perih. Luka itu getir. Pedih membuat mata menangis. Mengobati luka adalah dengan berserah. Berpasrah kepada Dia, yang Maha Menyembuhkan. Diawali dengan menyembuhkan diri sendiri. Memaafkan diri sendiri. Mengarifi masa lalu.
(Ilutrasi/ kembangmbiru.blogspot.com)

Luka tidak akan sembuh bila terus diusap. Ditengok dan digaruk. Tinggalkan luka setelah ditempel obat. Niscaya dia segera mengering, terkelupas dan membentuk kulit baru. Pulih sedia kala.
Luka batin? Obatnya adalah maaf. Maafkan diri sendiri. Obati batin sendiri. Dendam tidak menyelesaikan luka. Amarah makin kobarkan murka. Bila diteruskan, kelak durjana yang lahir dari rahimnya. Bukan bijak, rela, atau pasrah kepada-Nya.
Duhai lelaki, batin dan jiwa perempuan sangat lembut. Sekali kau lukai, lama mengeringnya. Sampai pada masa, luka berkarat tak tersembuhkan. Anak perempuan kita, ibu kita, perempuan pasangan jiwa kita, dan seluruh keturunan ibunda Hawa, bangkitlah dari nestapa.
Lelaki yang pernah menyerang batinmu. Maafkan dia. Bersihkan dirimu, agar luka tidak membusuk lama. Obatnya taubat nasuha, niscaya dia kirim obat baru untukmu.
Wahai lelaki yang rapuh jiwa, meski kau gagah perwira, kemana kau berpangku ketika letih? Ibunda dan garwa. Air matamu tumpah? Lelaki kecil kau cari ibunda, lelaki besar kau tumpahkan ke pasangan jiwa.
Ayah, gendong anak perempuanmu. Peluk erat, usap rambut dan punggungnya. Agar reda tangisnya, bahagia jiwanya. Makin sadari kelembutan jiwa mereka. Cermin abadi. Bagaimana kita perlakukan mereka, itulah sejatinya wajah hakiki lelaki. Penyembuh dan tabib kelana.[]
Tulisan ini untuk sahabat yang percayakan kisah kepada sahaya yang hina.

*Tulisan diatas diambil dari Fbnya dan seizinnya

0/Post a Comment/Comments