Oleh Aylan Zein
Kali ini saya ingin bercerita tentang pengalaman saya menerima STP
(Surat Tagihan Pajak) karena katanya saya terlambat bayar dan lapor SPT PPN
Masa Mei 2017. Saya menerima STP
tersebut di bulan Januari 2018 dikarenakan katanya saya telat bayar dan telat
lapor SPT PPN tsb. Akhirnya saya lihat
arsip dan ternyat… saya memang bayar dan lapor SPT PPN Masa Mei 2017 di tanggal
3 Juli 2017.. Kebayang dong shock dapat STP dengan denda total Rp. 23,5 juta da
ada bantahan karena memang lapornya telat.
Akhirnya saya coba telp ke AR di KPP terdaftar Perusahaan, sayang tiap
kali saya telpon KPP nada nya selalu sibuk.
Kemudian saya berinisiatif lihat kalender pajak yang ada di website
resmi dirjen pajak, dan ternyata… memang batas bayar dan lapor SPT PPN Masa Mei
2017 adalah tanggal 3 Juli 2017. Terus
kenapa STP ini terbit jika waktu bayar dan lapor sudah benar?
Sambil membuat surat permohonan
penghapusan sanksi, saya melihat ada perbedaan tanggal bayar dan tanggal buku
yang tertera di bukti penerimaan Negara.
Di kertas itu tanggal dan jam bayar saya adalah: 3 Juli 2017 jam 16.30
sedangkan tanggal buku nya adalah 4 Juli 2017.
Mungkin ini sebab yang pertama, petugas pajak menarik data berdasarkan
tanggal buku, sehingga jadilah timbul seakan-akan telat bayar. Tapi jika melihat pada peraturan, tanggal
bayar yang di akui bukan tanggal buku. Hal
ini sesuai dengan ketentuan perpajakan sbb:
Dasar hukum
1. UU PPN No. 42 Tahun 2009
Pasal 15A
(1) Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan;
(2) Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
2. Peraturan Dirjen Pajak No. 14/PJ/2010
Pasal 1
"a. Batas waktu penyetoran
PPN atau PPN dan PPn BM yang terutang dalam satu Masa Pajak, harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan. Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
c. Batas waktu pelaporan SPT Masa PPN
SPT Masa PPN harus disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak. Dalam hal akhir bulan adalah hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka SPT Masa PPN dapat disampaikan pada hari kerja berikutnya"
Sebab kedua adalah saat itu saya
melaporkan SPT melalui POS, karena kan
ga mungkin saya lapor langsung sementara baru di debet Bank jam 16.30. saya tidak terpikir menggunakan efilling, tau
lebih mudah efilling mah mending lapor online aja. Saya ke kantor pos di malam hari tanggal 3
Juli 2017 membawa dokumen SPT PPN Masa Mei 2017 lengkap dengan CD yang berisi
CSV nya untuk dikirim menggunakan POS.
Tanda terima dari POS digunakan sebagai tanda terima SPT, sepanjang SPT
tsb disampaikan dengan benar (hati-hati ya).
Tiga hari kemudian saya ke kantor
pajak terdaftar untuk menukarkan bukti pengiriman POS dengan tanda terima
TPT. Hal ini untuk memastikan bahwa SPT
yang saya kirimkan lewat POS sudah terrekam di Kantor Pajak. Dan ternyata,
jeng jeng jeng.. SPT Saya belum diterima Petugas TPT dan masih nongkrong
di satpam KPP. Ya sudah, hari itu juga
direkam SPT PPN tsb. Pada Bukti
penerimaan SPT dari KPP Tertera tanggal saat itu, yaitu tanggal 6 Juli 2017
tapi ada keterangan bahwa SPT diterima POS tanggal 3 Juli 2017 seperti ketika
saya kirim di kantor POS. Saya jadi
berfikir, mungkin selain karena saya lapor lewat POS dan diterima tiga hari
kemudian, jadi petugas pajak mengira saya telat lapor SPT.
Akhirnya saya berhasil menghubungi
AR dari KPP, dan ternyata STP itu alasannya karena “ beliau lupa bahwa ada
perpanjangan waktu bayar dan lapor SPT PPN Mei 2017 akibat libur idul
fitri".. oo, ya sudah akhirnya dibuatlah pembelaan-pembelaan untuk
permohonan penghapusan sanksi,. Salah satunya alasan mengenai batas lapor sbb:
PMK
243/PMK.03/2014
Berdasarkan Pasal 10 ayat (7) PMK 243/PMK.03/2014
“Pengusaha Kena Pajak wajib melaporkan PPN atau
PPN dan PPnBM yang terutang dalam satu Masa Pajak, PPN yang terutang atas
pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar
Daerah Pabean, dan PPN kegiatan membangun sendiri dengan menggunakan SPT Masa
PPN, paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.”
Kemudian pada Pasal 12 PMK 243/PMK.03/2014 disebutkan juga bahwa :
“Dalam hal batas akhir pelaporan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 bertepatan dengan hari libur, pelaporan
dapat dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya.”
Hari libur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu hari Sabtu, hari Minggu, hari libur nasional, hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti bersama secara nasional.”
Mengacu pada ketentuan tersebut maka jatuh tempo
pelaporan SPT Masa PPN untuk Masa Pajak Mei 2017 adalah tanggal 03 Juli 2017.
Hal ini dikarenakan pada tanggal 25 Juni
s/d 26 Juni adalah Hari Raya Idul Fitri 1438 H, 27 Juni s/d 30 Juni 2017 adalah
cuti bersama secara nasional sesuai dengan KEPPRES RI No. 18 Tahun 2017 tentang
cuti bersama tahun 2017, dan tanggal 1 Juli s/d 2 Juli 2017 jatuh pada hari
Sabtu dan Minggu.
Dan akhirnya 1 bulan kemudian, surat penghapusan sanksi
pun diterima. Alhamdulillah