Dengan syarat yang diajukan PKS, terutama beberapa calon presiden dan wakil presiden yang diajukan PKS, maka MAM menjadi calon potensial menjangkau Indonesia timur.
--
Dalam pilpres dan proses suksesi di Indonesia, dikenal beberapa skema baku yaitu sipil dan militer, sipil dan sipil, agamis dan nasionalis atau barat dan timur.
Istilah sipil dan militer sudah dipahami bersama sebagai skema formasi menyatukan kekuatan pemimpin dengan latar belakangnya
agamis dan nasionalis pun memeberi jelaskan politik identitas sang tokoh yang diperjuangkan menjadi calon pemimpin kedepannya
sementara barat dan timur adalah terkait geografis bangsa indonesia yang terbagi dalam tiga zona waktu, barat, tengah dan timur dan skema ini seolah menjadi skema baku yang dipilih untuk mencari format pemimpin bangsa kedepannya
skema itu dipakai untuk menjelaskan dan mewakili keterpilihan sebuah pasangan calon pemimpin, sejak era reformasi skema tersebut sering dipakai untuk menyebutkan pasangan capres atau cawapres
Gus Dur dan Megawati Soekarno putri bisa disebut mewakili pasangan dengan politik identitas, yaitu agamis dan nasionalis
SBY dan JK, serta SBY dan Boediono jelas pasangan yang dikenal mewakili latar belakang yaitu militer dan sipil
sementara, Jokowi dan JK adalah pasangan pemimpin bangsa mewakili kepemimpinan sipil dan sipil serta mewakili geografis bangsa yaitu barat dan timur
pengamat intelijen sofjan lubis pernah memberikan pendapatnya terkait skema atau formasi pasangan pemimpin bangsa ini, "soal skema ini bukan lagi soal dikotomi atau pengkotakan, tetapi sudah menjadi kebutuhan"
mengapa disebut kebutuhan?
Rakyat itu butuh jawaban, dan rakyat indonesia adalah dari sabang sampai mareuke, bagaimana keterbutuhan akan jawaban sosok pemimpin bangsa kedepannya terwakili pada sosok-sosok yang ditawarkan
Jokowi dan JK selain menang karena menjual jargon, tetapi juga mampu menguasai medan keterpilihan, Jokowi sebagai orang jawa disebut mewakili keterpilihannya di wilayah indonesia bagian barat sementara JK adalah sosok yang mewakili indonesia timur dan dikenal luas memiliki jaringan kuat karena posisinya yang juga mantan wakil presiden SBY
lalu bagaimana dengan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa? kehadiran prabowo pada pilpres 2014 sebagai keterwakilan militer dinilai bukan pada saat yang tepat, karena rakyat pada 2014 masih merasakan kepemimpinan SBY dengan latar belakang militer, dan membutuhkan wahana baru pemimpin sipil, ditambah geografis kedua pasangan prabowo dan hatta rajasa yang berasal dari wilayah barat Indonesia, yaitu Prabowo Jawa dan hatta rajasa Sumatera selatan
rakyat memilih sesuai kebutuhan
apa yang dirasakan di era Jokowi? tentu menjadi nilai untuk terbentuknya pasangan pemimpin 2019
rakyat saat ini sedang merindukan sosok yang tegas, mampu menegakkan hukum tanpa tebang pilih, serta pro kepada rakyat dan nasionalis
untuk kriteria tersebut, sosok pemimpin dengan latar belakang militer bisa menjadi nilai lebih untuk menjadi penawar kelemahan kepemimpinan Jokowi
sosok seperti Prabowo Subianto, Gatot Nurmantyo hingga AHY adalah nama nama yang tidak disadari oleh para pemilih, kini seolah kehadirannya dibutuhkan dimana-mana
Majunya Prabowo, Gatot Nurmantyo serta AHY pada 2019, adalah masa yang tepat bagi mereka, karena keterbutuhan untuk menawar kekecewaan atas kelemahan kepemimpinan sipil yang diwakili sosok jokowi
maka, skema baku pun berlaku, ketika presiden yang dibutuhkan adalah yang memiliki latar belakang militer, maka pasangannya adalah tokoh yang bisa mewakili sipil
sosok Prabowo Subianto sudah seharusnya mempelajari kekalahan pada waktu pilpres 2014, selain karena kemunculannya bukan diwaktu yang tepat (karena keterbutuhan rakyat akan sosok pemimpin dengan latarbelakang militer sudah terwakili oleh SBY pada kepemimpinan sebelumnya) juga terkait posisi cawapres nya lewat sosok hatta rajasa yang sosok sipil yang mewakili geografis sama yaitu indonesia barat
kalau melihat kebutuhan skema pemimpin 2019, nama Prabowo Subianto sudah seharusnya didampingi cawapres dari sipil namun memiliki daya jelajah keterpilihan (geografis) tinggi di indonesia timur
maka nama anis matta bisa menjadi solusi yang sangat tepat untuk mendampingi Prabowo Subianto
selain karena sosok anis matta mewakili latar belakang sipil, anis matta juga berasal dari bone dimana satu daerah dengan Jusuf Kalla berasal
Prabowo Subianto - Anis Matta
adalah pasangan dengan skema komplit serta mewakili segala sektor keterbutuhan, yaitu Nasionalis-Agamis, militer-sipil dan barat-timur (sangat lengkap)
secara logistik sosok anis matta dinilai cukup kuat, karena didukung oleh keterpilihan dan harapan rakyat indonesia timur akan sosok pemimpin seperti Jusuf Kalla (timur merasa terwakilkan)
maka pada pilpres 2019, sosok Prabowo Subianto - Anis Matta, menjadi solusi kepemimpinan bangsa
menyatukan barat tengah dan timur, nasionalis dan agamis serta menjawab keterbutuhan akan pemimpin tegas dengan latarbelakang militer
Prabowo Subianto - Muhammad Anis Matta untuk 2019
@bang_dw
--
Dalam pilpres dan proses suksesi di Indonesia, dikenal beberapa skema baku yaitu sipil dan militer, sipil dan sipil, agamis dan nasionalis atau barat dan timur.
Keindahan Indonesia |
Istilah sipil dan militer sudah dipahami bersama sebagai skema formasi menyatukan kekuatan pemimpin dengan latar belakangnya
agamis dan nasionalis pun memeberi jelaskan politik identitas sang tokoh yang diperjuangkan menjadi calon pemimpin kedepannya
sementara barat dan timur adalah terkait geografis bangsa indonesia yang terbagi dalam tiga zona waktu, barat, tengah dan timur dan skema ini seolah menjadi skema baku yang dipilih untuk mencari format pemimpin bangsa kedepannya
skema itu dipakai untuk menjelaskan dan mewakili keterpilihan sebuah pasangan calon pemimpin, sejak era reformasi skema tersebut sering dipakai untuk menyebutkan pasangan capres atau cawapres
Gus Dur dan Megawati Soekarno putri bisa disebut mewakili pasangan dengan politik identitas, yaitu agamis dan nasionalis
SBY dan JK, serta SBY dan Boediono jelas pasangan yang dikenal mewakili latar belakang yaitu militer dan sipil
sementara, Jokowi dan JK adalah pasangan pemimpin bangsa mewakili kepemimpinan sipil dan sipil serta mewakili geografis bangsa yaitu barat dan timur
pengamat intelijen sofjan lubis pernah memberikan pendapatnya terkait skema atau formasi pasangan pemimpin bangsa ini, "soal skema ini bukan lagi soal dikotomi atau pengkotakan, tetapi sudah menjadi kebutuhan"
mengapa disebut kebutuhan?
Rakyat itu butuh jawaban, dan rakyat indonesia adalah dari sabang sampai mareuke, bagaimana keterbutuhan akan jawaban sosok pemimpin bangsa kedepannya terwakili pada sosok-sosok yang ditawarkan
Jokowi dan JK selain menang karena menjual jargon, tetapi juga mampu menguasai medan keterpilihan, Jokowi sebagai orang jawa disebut mewakili keterpilihannya di wilayah indonesia bagian barat sementara JK adalah sosok yang mewakili indonesia timur dan dikenal luas memiliki jaringan kuat karena posisinya yang juga mantan wakil presiden SBY
lalu bagaimana dengan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa? kehadiran prabowo pada pilpres 2014 sebagai keterwakilan militer dinilai bukan pada saat yang tepat, karena rakyat pada 2014 masih merasakan kepemimpinan SBY dengan latar belakang militer, dan membutuhkan wahana baru pemimpin sipil, ditambah geografis kedua pasangan prabowo dan hatta rajasa yang berasal dari wilayah barat Indonesia, yaitu Prabowo Jawa dan hatta rajasa Sumatera selatan
rakyat memilih sesuai kebutuhan
apa yang dirasakan di era Jokowi? tentu menjadi nilai untuk terbentuknya pasangan pemimpin 2019
rakyat saat ini sedang merindukan sosok yang tegas, mampu menegakkan hukum tanpa tebang pilih, serta pro kepada rakyat dan nasionalis
untuk kriteria tersebut, sosok pemimpin dengan latar belakang militer bisa menjadi nilai lebih untuk menjadi penawar kelemahan kepemimpinan Jokowi
sosok seperti Prabowo Subianto, Gatot Nurmantyo hingga AHY adalah nama nama yang tidak disadari oleh para pemilih, kini seolah kehadirannya dibutuhkan dimana-mana
Majunya Prabowo, Gatot Nurmantyo serta AHY pada 2019, adalah masa yang tepat bagi mereka, karena keterbutuhan untuk menawar kekecewaan atas kelemahan kepemimpinan sipil yang diwakili sosok jokowi
maka, skema baku pun berlaku, ketika presiden yang dibutuhkan adalah yang memiliki latar belakang militer, maka pasangannya adalah tokoh yang bisa mewakili sipil
sosok Prabowo Subianto sudah seharusnya mempelajari kekalahan pada waktu pilpres 2014, selain karena kemunculannya bukan diwaktu yang tepat (karena keterbutuhan rakyat akan sosok pemimpin dengan latarbelakang militer sudah terwakili oleh SBY pada kepemimpinan sebelumnya) juga terkait posisi cawapres nya lewat sosok hatta rajasa yang sosok sipil yang mewakili geografis sama yaitu indonesia barat
kalau melihat kebutuhan skema pemimpin 2019, nama Prabowo Subianto sudah seharusnya didampingi cawapres dari sipil namun memiliki daya jelajah keterpilihan (geografis) tinggi di indonesia timur
maka nama anis matta bisa menjadi solusi yang sangat tepat untuk mendampingi Prabowo Subianto
selain karena sosok anis matta mewakili latar belakang sipil, anis matta juga berasal dari bone dimana satu daerah dengan Jusuf Kalla berasal
Prabowo Subianto - Anis Matta
adalah pasangan dengan skema komplit serta mewakili segala sektor keterbutuhan, yaitu Nasionalis-Agamis, militer-sipil dan barat-timur (sangat lengkap)
secara logistik sosok anis matta dinilai cukup kuat, karena didukung oleh keterpilihan dan harapan rakyat indonesia timur akan sosok pemimpin seperti Jusuf Kalla (timur merasa terwakilkan)
maka pada pilpres 2019, sosok Prabowo Subianto - Anis Matta, menjadi solusi kepemimpinan bangsa
menyatukan barat tengah dan timur, nasionalis dan agamis serta menjawab keterbutuhan akan pemimpin tegas dengan latarbelakang militer
Prabowo Subianto - Muhammad Anis Matta untuk 2019
@bang_dw