6 Makna yang Terkandung dalam Lomba Tujuh Belasan

Oleh Muhammad Fathurrahman

17 Agustus adalah tanggal bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia. Bukan tanpa alasan, tanggal ini sebagai penanda tonggak sejarah baru bangsa Indonesia. Tonggak peralihan dari bangsa yang terkungkung dalam penjajahan menjadi bangsa merdeka.


Setiap tanggal 17 Agustus pun, seluruh bangsa Indonesia merayakan hari kemerdekaan Indonesia. Perayaan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada umumnya dilakukan dengan simbol-simbol heroisme dan juga upacara bendera.

Kendati begitu, ada beberapa pihak yang sengaja merayakan kemerdekaan Indonesia dengan mengadakan atau mengikuti beberapa macam perlombaan.
Mulai dari lomba barap karung, makan kerupuk, tarik tambang, panjat pinang, balap bakiak, sampai lomba memindahkan belut.  Jika diperhatikan, jenis lomba yang diselenggarakan hampir selalu sama dari tahun ke tahun.
Perlombaan yang ada pada 17 Agustus, sebenarnya sudah ada pada masa kolonialisme Belanda dan Jepang.

Namun demikian, aneka lomba tersebut tetap dapat dinikmati dan menjadi ajang silaturahmi orang Indonesia.

Selain untuk bersenang-senang, aneka lomba di Hari Peringatakan Kemerdekaan RI yang jatuh setaip 17 Agustus, punya makna luhur di baliknya, yuk simak arti atau makna dari Lomba 17 Agustus:

Lomba balap karung

Balap karung mengingatkan pada perihnya penjajahan, terutama saat zaman Jepang. Pada masa kependudukan Jepang, penduduk Indonesia begitu miskin sampai-sampai tak mampu membeli kebutuhan sandang. Akibatnya, mereka pun harus mengenakan goni yang kasar sebagai pengganti pakaian. Lomba balap karung ini juga memiliki filosofi betapa sulitnya berjalan bila kaki kita terkungkung. Mencoba melompat sejauh apa pun terasa sulit, bahkan kita bisa terjatuh. Jika kita masih dalam kungkungan penjajah, sekeras apa pun kita berusaha, akan sangat sulit bagi bangsa Indonesia untuk mengalami kemajuan.

Lomba makan kerupuk

Biasanya para peserta berlomba menghabiskan kerupuk yang telah digantung, cara makan pun langsung menggunakan mulut dan tangan diikat ke belakang.

Hal ini pun menggambarkan bagaimana kesulitan pangan pada masa penjajahan, saat rakyat tak mampu memenuhi kebutuhan pangan. Rakyat menjadi lemah karena kekurangan gizi dan kelaparan. Melalui lomba makan kerupuk, kita diingatkan agar masa-masa kesulitan. Maka, kita harus senantiasa berusaha untuk membangun negeri Indonesia ini agar bisa terbebas dari kelaparan dan kekurangan gizi.

Lomba tarik tambang

Lomba tarik tambang memiliki maknanya tersendiri. Tak hanya adu kekuatan, tetapi juga mementingkan tim yang kompak untuk meraih kemenangan.

Melalui tarik tambang, para peserta secara tidak langsung belajar mengenai gotong royong, kebersamaan, dan solidaritas. kita belajar bahwa kita harus bersatu bila ingin mengalahkan lawan. Terkadang tambang akan bergeser ke kiri dan ke kanan untuk menuju tujuan kemenangan. Kekompakan tim dan strategi yang tepat menjadi faktor besar untuk memenangkan pertandingan. Hal ini serupa dengan persatuan bangsa untuk menarik “tambang kemerdekaan” bersama-sama dari tangan penjajah

Lomba panjat pinang

Sama halnya dengan lomba tarik tambang, biasanya lomba panjat pinang bukan dilakukan perseorangan.

Namun dilakukan oleh tim yang terdiri lebih dari dua orang untuk mendapatkan hadiah pada pohon, bambu atau kayu yang menjulang tinggi. Lomba ini mengajarkan pada kita bahwa dibutuhkan kerja sama dan gotong royong untuk dapat mencapai tujuan. Peserta yang berkali-kali terjatuh karena licin namun terus memanjat juga mengajarkan pada kita untuk tidak mudah menyerah. Apapun situasi negara tercinta kita saat ini, jangan pernah menyerah untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia.

Balap Bakiak

Perlombaan 17 Agustusan yang satu ini juga dilakukan dalam regu. Satu regu menggunakan bakiak panjang untuk mencapai garis finish secepat mungkin. Sangat dibutuhkan kerja sama dalam tim agar dapat mencapai garis kemenangan. Filosofi dari lomba ini, jika bangsa Indonesia bekerja sama, maka tujuan pasti bisa lebih cepat terlaksana.

Lomba memindahkan belut

Peserta harus memindahkan belut dari satu ember ke ember yang lain. Sungguh suatu perjuangan karena belut yang licin akan berusaha meloloskan diri. Lomba memindahkan belut ini memiliki filosofi bahwa betapa pun licinnya penjajah, mereka harus diusir dari bangsa Indonesia. Walau dengan kesabaran dan ketekunan. 

0/Post a Comment/Comments