CATATAN SEBELUM PILPRES 2004

CATATAN SEBELUM PILPRES 2004

Oleh Tarli Nugroho 

Membaca kembali arsip-arsip mengenai Presiden SBY menjelang berkuasa pada 2004 silam, ada beberapa hal menarik untuk diingat kembali. SBY menggagas Partai Demokrat pada tahun 2001, tak lama sesudah ia kalah dalam Pemilihan Wakil Presiden dalam Sidang Istimewa MPR bulan Juli 2001. Sesudah Megawati menjadi Presiden menggantikan Gus Dur, pemilihan wakil presiden pendamping Megawati kita tahu berlangsung sebanyak dua putaran. Pada putaran pertama, ada empat calon yang berlaga, yaitu Akbar Tandjung, Hamzah Haz, Siswono Yudhohusodo, dan Susilo Bambang Yudhoyono.

(Kertas Suara Putaran Pertama/photo : wikipedia)

SBY gagal masuk ke putaran kedua. Jumlah suara yang diterimanya kalah dari Akbar Tandjung dan Hamzah Haz. Di putaran kedua, Hamzah Haz akhirnya terpilih menjadi wakil presiden setelah mengumpulkan 340 suara. Sementara, saingan terberatnya, Akbar, kalah tipis dengan 237 suara. Hamzah Haz pun dilantik menjadi Wakil Presiden Indonesia ke-9 pada 26 Juli 2001.
Kalah dalam pertarungan politik itu, SBY mulai memikirkan untuk mendirikan partai politik. Sebab, ia tak mungkin bisa seterusnya menggunakan kendaraan Fraksi ABRI. Ketika itu, memang ada dua opsi yang dipikirkan oleh SBY, yaitu ikut partai besar yang sudah ada, atau mendirikan partai sendiri. SBY kemudian memutuskan untuk mendirikan partai sendiri sebagai kendaraan politiknya. Ia sendiri yang memilih nama partai itu, yaitu Partai Demokrat.
Namun, saat SBY tengah sibuk merumuskan blue print partai, termasuk merancang AD/ART, Presiden Megawati meneleponnya dan memintanya untuk kembali bergabung dalam kabinet sebagai Menko Polkam. Jabatan ini sebenarnya meneruskan jabatan lama SBY dalam kabinet Gus Dur, tapi dengan sedikit perubahan portofolio. Pada masa Presiden Gus Dur, jabatan terakhir SBY adalah Menko Polsoskam, di mana selain kompartemen politik dan keamanan, SBY juga membawahi bidang Kesra.
Sesudah Hamzah Haz diberhentikan oleh Gus Dur dari jabatan Menko Kesra pada reshuffle pertama, Gus Dur memang tidak mengangkat pejabat Menko Kesra baru, sehingga kompartemen Kesra kemudian dialihkan di bawah Menko Polkam. Itu sebabnya jabatan Menko Polkam di masa itu berubah menjadi Menko Polsuskam.
SBY dilantik menjadi Menko Polkam Kabinet Gotong Royong pada 10 Agustus 2001. Sesudah kembali masuk kabinet, SBY merasa ia tidak mungkin memegang kendali tertinggi partai. Itu sebabnya, kendali Partai Demokrat kemudian diserahkan kepada kawan-kawannya yang lain. Mengutip Usamah Hisyam (2004), SBY sebenarnya menyadari jika Partai Demokrat membutuhkannya menjadi pemimpin partai. Namun, dengan pertimbangan etika politik, SBY kemudian meminta Subur Budhisantoso untuk menjadi Ketua Umum, sementara sebagai pejabat tinggi negara ia memilih menjadi anggota biasa saja. Dengan posisi sebagai anggota itu SBY terus mengawal proses inisiasi Partai Demokrat.
Menurut Max Sopacua, yang pada tahun 2004 menjadi Wakil Sekjen Partai Demokrat, partai berlambang bintang segitiga merah putih itu sengaja didaftarkan pada tanggal 9 September 2001 karena bertepatan dengan hari ulang tahun SBY. Sedangkan deklarasi partai itu sendiri dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2002 di JCC. Jadi, kalau hari ini Max mengatakan kiprah SBY di Partai Demokrat baru dimulai pada tahun 2004, ucapan itu bertentangan dengan pernyataannya pada 2004 silam.
Pada awal 2004, SBY merasa kewenangannya mulai dipreteli dan kehadirannya di dalam kabinet tak lagi dikehendaki. Sehingga, pada 11 Maret 2004 ia memutuskan mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Ketika itu SBY menolak anggapan jika pengucilannya oleh Presiden Megawati adalah karena ia berambisi menjadi presiden. Menurut SBY, jika anggapan itu dibenarkan, maka seharusnya pengucilan juga dilakukan terhadap Agum Gumelar dan Jusuf Kalla, yang sudah jelas ikut konvensi calon presiden Partai Golkar, atau kepada Yusril yang jelas-jelas dicalonkan oleh partainya untuk menjadi calon presiden.
Namun, berbeda dengan Agum, JK, Yusril, atau Hamzah Haz, yang dalam berbagai survei ketika itu tidak pernah mengungguli Megawati, nama SBY selalu unggul atas Megawati dalam berbagai survei yang diadakan sejak 2003. Untuk meredakan konflik, SBY akhirnya memilih mundur. Dibanding nama-nama menteri lain yang kemudian ikut berlaga dalam Pilpres 2004, SBY adalah orang pertama yang mengajukan pengunduran diri dari kabinet kepada Megawati.

Sumber : FB

CATATAN SEBELUM PILPRES 2004 Membaca kembali arsip-arsip mengenai Presiden SBY menjelang berkuasa pada 2004 silam, ada...

Dikirim oleh Tarli Nugroho pada Senin, 15 Maret 2021

0/Post a Comment/Comments