[wartanusantara.id] Seiring perkembangan zaman, dunia kewirausahaan harus terus ikut berubah dan berkembang menyesuaikan lingkungan internal dan eksternal. Perubahan tersebut berpotensi menimbulkan peluang dan risiko, risiko merupakan sebuah kejadian yang mrmungkinkan terjadinya kerugian atau hal yang tidak diinginkan.
Manajemen Risiko adalah suatu bidang ilmu yang membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permaslahan yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komprehensif dan sistematis. (Irham Fahmi, 2010 : 2)
Secara sederhana manajemen risiko ini adalah sebuah strategi yang dilakukan dan diterapkan oleh individu/perusahaan yang mana tujuannya adalah untuk melindungi suatu objek yang akan dijalankan dari kemungkinan risiko yang akan terjadi. Manajemen risiko ini terdiri atas proses mengamati, menilai, mengevaluasi, merespons, serta mengendalikan risiko. Risiko yang dihadapi dapat berupa faktor ketidakjelasan, pailit, bencana, ataupun realita lapangan tidak sesuai dengan perencanaan.
Tujuan dari manajemen risiko diantaranya adalah untuk meningkatkan kapabilitas kepemimpinan seorang manajer perusahaan, menumbuhkan sifat dinamis dan progresif seorang manajer perusahaan, serta untuk mengurangi sebanyak mungkin pengambilan keputusan yang disadari atas intuisi dan perasaan seorang manajer.
Dalam manajemen risik, setelah melakukan evaluasi maka harus ada respon terhadap risiko atau Risk Response. Response terhadap risiko ini bergantung pada informasi dari risk matrik yang berisi kemungkinan dan dampak. Secara umum respons terhadap negative risk ada 4, yaitu pencegahan (Risk avoidance), pengurangan dampak (Risk mitigation), pengalihan (Risk transfer), dan penerimaan (Risk acceptance).
Dalam artikel ini penulis akan membahas mengenai risk avoidance atau pencegahan. Pencegahan yang dimaksudkan disini adalah mengurangi kemungkinan terjadinya risiko, dimana setelah kita mengidentifikasi kemungkinan risiko apa yang terjadi maka upaya risk avoidance ini agar kinerja yang dijalankan dapat menghindari atau mengurangi risiko yang akan terjadi.
Risk avoidance ini akan senantiasa menjauhi hal-hal yang dapat menimbulkan terjadinya ancaman. Upaya pencegahan risiko ini bisa berupa peniadaan terhadap rencana yang sudah dibuat ataupun renovasi dengan menyesuaikan atau mengadaptasikan sehingga rencananya tetap dapat dijalankan.
Salah satu contoh penerapan Risk avoidance yaitu terjadi disebuah konveksi yang berada di daerah Bandung. Konveksi yang diberi nama Konveksi Amazon ini tela berdiri sejak tahun 2000, konveksi ini terbilang sebuah konveksi yang sudah cukup besar dan memiliki pasar tetap. Namun, sang pemilik mengungkapkan bahwa konveksi ini masih belum memiliki sistem manajemen yang baik. Menyadari pentingnya sebuah sistem manajemen yang baik demi kelangsungan bisnis yang dijalankan, pemilik konveksi Amazon berniat untuk mengupgrad bisnisnya. Mulai dari sistem manajemen operational (yang meliputi sistem produksi, aswt, dan perlengkapan), branding (meliputi pembahruan nama dan logo), marketing (meliputi advertising dan pemasaran).
Namun, pemilik memilih menunda proses upgrading bisnisnya tersebut dengan alasan sang pemilik menyadari masih kurangnya ilmu manajemen bisnis yang ia miliki. Keputusannya menunda upgrading ini dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan risiko yang akan terjadi. Pemilik mengkhawatirkan jikalau ia terburu-buru justru ia akan mengalami kerugian yang besar, karena pertama secara pasar konveksi Amazon sudah memiliki pasar tetap ia mengkhawatirkan jika terburu-buru mengupgrad usahanya maka pasar tetapnya akan hilang. Kedua pemilik belum melakukan riset pasar, sehingga pemilik khawatir akan risiko kerugian dari proses dan biaya upgrading tersebut.
Rencana penudaannya terebut tidak hanya dibiarkan begitu saja, namun pemilik mulai mempelajari ilmu mengenai manajemen bisnis yang baik. Pemilik menyadari tanpa ilmu yang mumpuni maka rencananya akan berujung risiko yang tinggi.
Dari kasus di atas dapat kita simpulkan bahwa Risk avoidance merupakan upaya yang dilakukan agar dapat menghindari terjadinya risiko. Pemilik konveksi Amazon melakukan penundaan karena khawatirnya terjadi kerugian yang besar jika terburu-buru tanpa ilmu. Seorang perencana dapat mengatur kembali pa yang ia rencanakan ketika setelah dievaluasi rencananya dapat meimbulkan risiko, seperti pemilik konveksi Amazon yang mengatur kembali rencananya dengan mempersiapkan ilmu manajemen bisnis terlebih dahulu.
Ditulis oleh Sintia Sinta
Mahasiswi STEI SEBI Depok
Sumber Referensi :
Suharto, Dedhi. 2021. https://birokratmenulis.org/sekilas-pandang-mengelola-risiko-di-kementerian-keuangan/ , diakses pada 21 Juli 2021 pukul 05.48 WIB
Kemenkeu, 2021. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/14069/Pengelolaan-Risiko-yang-Optimal-Melalui-Manajemen-Risiko.html , diakses pada 31 Desember 2021 pukul 14.21 WIB
Ajaib, 2021. https://ajaib.co.id/risk-avoidance-dan-risk-reduction-dalam-manajemen-risiko/ , diakses pada 01 Januari 2022 pukul 09.45 WIB