Hukum Ucapan Selamat Natal
Oleh Ustadz Ahmad Syahrin Thoriq
WARTANUSANTARA.ID-- 1. Ulama sepakat berpendapat bahwa umat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan umat agama lain dalam masalah yang berhubungan dengan muamalah keduniaan.
Namun ulama juga bersepakat tentang haramnya turut serta dalam ritual ibadah dan keyakinan agama lain.
2. Disinilah titik pangkal perbedaan pandangan tentang hukum mengucapkan selamat Natal, apakah itu hanya masalah muamalah dunia semata, ataukah telah masuk kedalam ranah ibadah.
3. Mayoritas ulama termasuk empat mazhab dalam kitab-kitab mu'tamad berpendapat bahwa mengucapkan selamat hari raya termasuk urusan ibadah, sehingga haram hukumnya.
Sedangkan sebagian ulama kontemporer pecah menjadi dua pendapat, antara yang tetap mengikuti pendapat ulama terdahulu, dengan yang membolehkan dengan ijtihad baru.
4. Kalangan yang membolehkan memandang bahwa ucapan selamat hari raya agama lain bukan termasuk bagian dari ibadah, tapi hanya muamalah biasa, sebagaimana ucapan selamat pagi, sore dan malam.
5. Saya pribadi memilih mengikuti pendapat 4 mazhab dan mayoritas ulama, karena menurut saya itu pendapat yang paling kuat, lebih selamat dan mashlahat bagi umat. Dengan tetap memandang masalah ini bukan tentang benar salah aqidah, tapi ranah khilafiyah Fiqhiyah.
6. Tentu boleh dan sah-sah saja seseorang mengajak orang lain untuk mengikuti pendapat yang terbaik dalam pandangannya, tapi tanpa perlu diiringi dengan menistakan pilihan pendapat yang berbeda.
7. Setelahnya, saya mengajak umat untuk tetap menjaga persatuan untuk maslahat yang lebih besar.
Yang membolehkan tidak selayaknya mengklaim diri sebagai yang paling bisa mengamalkan toleransi, sebagaimana yang mengharamkan tidak perlu merasa paling baik dan bersih aqidahnya.
8. Yang mengikuti ulama kontempoter jangan menuduh pihak lain sebagai radikal, sebagaimana yang mengikuti mayoritas ulama tidak perlu melabeli yang mengucapkannya dengan cap liberal.
HUKUM MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL (2)
B. Kalangan yang membolehkan
Ulama kontemporer dan lembaga fatwa dunia hari ini umumnya membolehkan mengucapkan selamat pada perayaan umat non Muslim termasuk Natal. Sebut seperti syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi, syaikh Ali Jum’ah ,syaikh Wahbah Zuhayli , Habib Umar bin Hafidz, syaikh Mustafa Ahmad Zarqa, syaikh Abdullah bin Bayyah, syaikh Syaraf Qudhat , Dr. Abdul Latif Al-Banna, Majelis Ulama Mesir, Majelis Ulama Eropa dan lainnya.
Syaikh Wahbah Zuhaili berkata :
لا مانع من مجاملة النصارى في رأي بعض الفقهاء في مناسباتهم على ألا يكون من العبارات ما يدل على إقرارهم على معتقداتهم.
“Tidak ada halangan dalam bersopan santun (mujamalah) dengan orang Nasrani menurut pendapat sebagian ahli fiqh berkenaan hari raya mereka asalkan tidak bermaksud sebagai pengakuan atas (kebenaran) ideologi mereka.”[1]
Syaikh Dr. Musthafa Zarqa berkata :
إنّ تهنئةَ الشّخص المُسلِم لمعارِفه النّصارَى بعيدِ ميلاد المَسيح ـ عليه الصّلاة والسلام ـ هي في نظري من قَبيل المُجاملة لهم والمحاسَنة في معاشرتهم. وإن الإسلام لا ينهانا عن مثل هذه المجاملة أو المحاسَنة لهم، ولا سيّما أنّ السيد المَسيح هو في عقيدتنا الإسلاميّة من رسل الله العِظام أولي العزم، فهو مُعظَّم عندنا أيضًا، لكنهم يُغالُون فيه فيعتقدونَه إلهًا، تعالى الله عما يقولون عُلُوًّا كبيرًا.
“Ucapan selamat natal seorang muslim pada temannya yang Nasrani menurut pendapat saya termasuk dalam kategori mujamalah (sopan santun) pada mereka dan muhasanah (berbaikan) dalam pergaulan. Islam tidak melarang kita untuk bermujamalah dan muhasanah dengan mereka. Apalagi Nabi Islam dalam akidah Islam termasuk Rasul Allah yang agung dan ulul azmi. Nabi Isa diagungkan juga dalam Islam. Hanya saja mereka, Nasrani, berlebihan pada Nabi Islam dan menganggapnya tuhan. Maha Luhur Allah dari apa perkataan mereka yang melampaui batas.”[2]
Fatwa Darul Ifta Mishriyah :
إن هذا الفعل يندرج تحت باب الإحسان الذي أمرنا الله عز وجل به مع الناس جميعا دون تفريق، مذكرة بقوله تعالى: ﴿وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا﴾، وقوله تعالى:﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ﴾.
“Perbuatan (ucapan selamat untuk hari raya agama lain) ini termasuk dalam berbuat baik yang diperintahkan Allah kepada seluruh manusia tanpa perbedaan. Sebagaimana firman Allah, "Katakan kebaikan pada manusia" dan "Allah memerintahkan berbuat adil dan berbuat baik."[3]
Fatwa Majelis Ulama Eropa :
فلا مانع إذن أن يهنئهم الفرد المسلم، أو المركز الإسلامي بهذه المناسبة، مشافهة أو بالبطاقات التي لا تشتمل على شعار أو عبارات دينية تتعارض مع مبادئ الإسلام. والكلمات المعتادة للتهنئة في مثل هذه المناسبات لا تشتمل على أي إقرار لهم على دينهم، أو رضا بذلك، إنما هي كلمات مجاملة تعارفها الناس. ولا مانع من قبول الهدايا منهم، ومكافأتهم عليها، فقد قبل النبي –صلى الله عليه وسلم - هدايا غير المسلمين مثل المقوقس عظيم القبط بمصر وغيره، بشرط ألا تكون هذه الهدايا مما يحرم على المسلم كالخمر ولحم الخنزير.
“Tidak ada larangan bagi individu muslim atau organisasi Islam untuk mengucapkan selamat atas peringatan (natal) ini secara lisan atau dengan kartu yang tidak mengandung syiar atau ucapan keagamaan yang berlawanan dengan prinsip Islam.
Hendaknya kalimat yang digunakan untuk ucapan selamat natal tidak mengandung pengakuan apapun pada agama mereka atau rela atasnya. Ia hendaknya berupa kalimat mujamalah (courtesy) yang umum dikenal.
Tidak ada larangan menerima hadiah dari mereka dan memberi hadiah pada mereka. Karena, Nabi pernah menerima hadiah dari non-muslim seperti Muqauqis pembesar Kristen Koptik Mesir dan lainnya dengan syarat hadiah tersebut tidak haram bagi muslim seperti minuman alkohol dan daging babi.”[4]