Iran pamerkan 'rudal balistik hipersonik pertamanya'


WARTANUSANTARA.ID|INTERNASIONAL-- 
Iran meluncurkan rudal balistik hipersonik buatan dalam negeri pertamanya dalam sebuah upacara pada hari Selasa, menurut kantor berita negara IRNA.

Rudal, bernama "Fattah", dipresentasikan dalam sebuah upacara yang dihadiri oleh Presiden Ebrahim Raisi dan komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC).

Rudal itu dapat mencapai kecepatan tertinggi 15.000 km per jam, lapor IRNA.

Rudal hipersonik terbang lebih dari lima kali kecepatan suara dan pada lintasan yang tidak dapat diprediksi, membuatnya sulit untuk dideteksi atau dicegat. Seperti rudal balistik tradisional, mereka dapat mengirimkan senjata nuklir.

“Rudal hipersonik Fattah berpemandu presisi memiliki jangkauan 1.400 km dan mampu menembus semua perisai pertahanan,” kata Amirali Hajizadeh, kepala pasukan kedirgantaraan IRGC, seperti dikutip di media pemerintah.

“[Fattah] dapat melewati sistem rudal anti-balistik tercanggih Amerika Serikat dan rezim Zionis, termasuk Iron Dome Israel,” klaim TV pemerintah Iran, meskipun tidak memberikan bukti klaim tersebut.

Teheran sering dituduh oleh analis militer melebih-lebihkan kemampuan misilnya. Namun dalam beberapa tahun terakhir, persenjataan misilnya telah menjadi salah satu yang terbesar dan paling beragam di Timur Tengah.

Pada tahun 2018, mantan Presiden AS Donald Trump mengutip pengembangan rudal balistik sebagai salah satu alasan pemerintahannya secara sepihak menarik Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir Iran 2015.

Pakta itu ditandatangani bersama kekuatan dunia lainnya untuk membatasi program nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi.

Sejak menjabat, Presiden Joe Biden telah berusaha mengembalikan AS ke perjanjian - yang secara resmi disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) - tetapi kedua belah pihak gagal untuk menghidupkan kembali kesepakatan tersebut meskipun telah melakukan pembicaraan berbulan-bulan di Wina.

Sumber yang dekat dengan negosiasi mengatakan kepada Middle East Eye pada bulan April bahwa Raisi memiliki kesempatan untuk menandatangani kesepakatan di awal masa jabatannya pada tahun 2021, dan terbuka untuk melakukannya, tetapi orang-orang yang dekat dengannya membujuknya untuk menolak proposal tersebut.

Sumber : MEE

0/Post a Comment/Comments