Mengintip Kebiasaan Masa Kecil Hasan al-Banna

Hasan al-Banna pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin, salah satu gerakan Islam moderen dunia yang hingga saat ini masih ada dan mempunyai cabang di beberapa Negara. Ikhwanul Muslimin didirikan pada tahun 1928 M, 5 tahun setelah Kekhilafahan Utsmani secara resmi bubar pada tahun 1923 M.

Tamim Ansary (sejarawan muslim) menyebut Hasan al-Banna sebagai keturunan intelektualnya Jamaluddin al-Afghani. Anis Matta (eks waka DPR-RI)  menyebutnya salah seorang putra terbaik umat Islam di abad 20.[1] Mari kita simak kebiasaan masa kecilnya.

Baca juga Perjalanan Dakwah Jamaluddin al-Afghani

Hasan al-Banna dilahirkan di kota Mahmudiyah pada tahun 1906 M. Ia tumbuh besar di lingkungan keluarga yang bersih dan religius. Ayahnya merupakan seorang ahli hadist alumni al-Azhar Kairo, disamping bekerja sebagai profesi tukang jam yang digelari as-Sa’ati. Ayahnya lah yang memberikan pendidikan agama bagi anak-anaknya.

Ketika Hasan al-Banna berumur 9 tahun mampu menghafal dua pertiga al-Qur’an. Sepulang sekolah, ayahnya mengajarkan kitab Sirah Nabawiyah (sejarah kehidupan Rosulullah), ilmu Fiqh, dan Nahwu kepada Hasan al-Banna dan adiknya.  Ia belajar fiqh Imam Abu Hanifah dan kitab al-fiyah.

Hasan al-Banna kecil mempunyai jadwal harian yang harus ditepati dan dilaksanakan. Ia bangun waktu sahur dan shalat, dan membangunkan adiknya (Abdurrahman al-Banna) untuk melaksanakan shalat subuh.  Pukul enam pagi waktunya untuk mengaji al-Qur’an. Pukul tujuh pagi mempelajari tafsir al-Qur’an, dan pukul delapan pagi mempelajari Ushul Fiqh dan Fiqh. Selanjutnya ia bersama adiknya berangkat ke sekolah. Itulah rutinitas setiap paginya.

Karena ayahnya mempunyai perpustakaan yang cukup besar, Hasan al-Banna kecil gemar sekali membaca kitab-kitab punya ayahnya. Karena memang dorongan sang ayah yang sangat kuat kepada anak-anaknya untuk membaca kitab-kitab yang ada di perpustakaan pribadinya. Ayahnya sering kali mengadakan majelis-majelis diskusi ilmiah, ia bersama adiknya kerap mengikutinya dengan teliti kajian ilmiah antara ayahnya dengan ulama lain yang ternama.[2]

Baca juga Benarkah Yazid bin Muawiyah Pembunuh Husein bin Ali? 

Peran ayahnya yang sangat perhatian memberikan pengaruh kepada Hasan al-Banna kecil yang kelak menjadi tokoh pergerakan ikhwanul Muslimin yang fenomenal hingga saat ini.

Selesai di Kaki Gunung Gede Pangrango.




[1] Lihat dalam kata pengantar pada  perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin karya Ali Abdul Halim Mahmud.
[2] Sebagaimana dikisahkan oleh adiknya dalam buku berjudul Cinta di Rumah Hasan al-banna karya M. Lili Nur Aulia, hlm. 8-10.

0/Post a Comment/Comments